*Malam hari di rumah Rendi
"Bagaimana Ri sudah siapkan?" tanya Rendi
"Insyaa Allah siap Ren, bantu doanya dong"
"Tentu saja... apa kamu gugup ???"
"Iya, sedikit..."
"Atau jangan-jangan lagi mikirin kejadian tadi he he he..." goda Rendi sambil tertawa cekikikan.
"Akh.... kamu bisa aja... nggak lah..." jawab Ari sambil bersikap biasa-biasa saja.
"Jangan bohong Ri tuh wajah kamu saja udah merah, lagi pula kalian berdua cocok kok sama-sama pintar dan malu-malu. he he he...." goda Rendi dan berusaha untuk tertawa walau pun sebenarnya hatinya merasa sakit.
"Aku mau tidur dulu, capek ngomong sama kamu Ren..."
"Bilang saja kalau malu, he he he...."
"Tau akh..." rajuk Ari sambil menutupi tubuh dan kepalanya dengan selimut.
****
Flash back on
*Di Aula sekolah
Nurul yang sedari tadi sibuk membantu teman-temannya tidak menyadari kedatangan Rendi dan Ari, ketika Dia hendak menaiki kursi untuk memasang baliho kegiatan, tiba tiba kepalanya merasa pusing dan terjatuh.
Syuuut
Untung saja Ari sempat menangkap tubuh Nurul dengan cepat, keduanya pun saling menatap, tepat di netra yang berwarna coklat itu. Mata yang sangat bening dan teduh sehingga membuat orang yang menatapnya tidak ingin berpaling darinya.
Deg
Deg
Deg...
Ya itulah bunyi suara jantung mereka saat ini, karena kondisi fisik Nurul yang terlalu lelah menyebabkan Dia pingsan dalam pelukan Ari.
Dengan gerakan refleks Ari langsung menggendong Nurul dan membawanya ke ruang UKS ditemani Rendi, Lidya dan Ani sebagai penunjuk jalan.
Setelah mereka sampai di ruang UKS, Ari membaringkan Nurul ke tempat tidur. Dengan cekatan ia langsung menggosokkan minyak angin yang diambilnya dari kotak P3K.
Rendi, Lidya dan Ani tidak bisa melakukan hal yang lain lagi karena mereka kalah cepat dengan gerakan Ari yang sangat gesit itu. Tidak ada pilihan lain bagi mereka, kecuali menjadi penonton yang baik.
Tanpa terasa 30 menit sudah berlalu tanpa perbincangan apapun dari mereka. Terlalu banyak kejutan yang terjadi saat ini. Mereka tidak ingin merusak suasana saja.
Tak lama kemudian Nurul sadar dari pingsannya. Dia merasakan ada yang sedang menggenggam tangannya saat ini, sebuah genggaman yang sangat erat dan membuat hatinya merasa nyaman.
Dengan pelan ia membuka matanya.
"Nur kamu sudah sadar" ucap Lidya setelah melihat Nurul yang sudah membuka kedua matanya perlahan-lahan, kemudian mendekatinya.
Ari yang sedari tadi menatap wajahnya itu hanya tersenyum tulus dan tidak menyadari kalau saat ini ia sedang menggenggam tangan Nurul.
Nurul mengalihkan pandangannya ke arah Lidya dan mengangguk ringan, kemudian memalingkan wajahnya ke arah Ari yang berada di sebelah kanannya dan membalas senyuman Ari dengan kikuk. Ia merasa canggung setelah mengetahui ternyata Arilah yang sedang menggenggam tangannya itu. Apalagi ketika ia teringat bahwa sebelumnya ia pingsan di dalam gendongan Ari.
"Akh... Andaikan ada lubang semut yang bisa kujadikan tempat untuk bersembunyi." Pekiknya di dalam hati.
"Bagaimana perasaanmu Nurul?" Tanya Ani setelah berada di samping Lidya.
Dan, pertaan itu mampu mengusir rasa canggung yang sedang melanda di hati Nurul.
"Apa aku di UKS?"
"Iya, tadi kamu pingsan Nur, bagaimana perasaan mu?" tanya Lidya kemudian.
"Alhamdulillah sudah lebih baik."
"Apa kamu haus?" tanya Ani
Nurul hanya mengangguk pelan.
"Ehem... ehem... tangannya bisa dilepas dulu kan??" ucap Rendi sambil memegang bahu Ari.
"Eh iya, maaf tadi _" Ari pun terkejut dan melepaskan genggaman tangannya.
"Iya, nggak apa apa"
"Eh.. jangan bangun dulu, biar aku bantu" ucap Ari sambil memegang bahu Nurul.
Nurul pun merasa enggan dengan perlakuan Ari terhadapnya. "Nggak usah kak, sudah nggak apa-apa kok." ucap Nurul sambil melepaskan tangan Ari dari bahunya.
Rendi, Lidya dan Ani hanya bisa melirik satu sama lain, karena melihat Ari yang sangat mengkhawatirkan keadaan Nurul.
"Oh iya... tadi kata pak Hari kamu pulang saja dulu biar kita aja yang meneruskan pekerjaan malam ini, tinggal sedikit lagi akan rampung kok." ucap Ani mencairkan suasana.
"Iya kamu pulang saja dulu, biar bisa istirahat total." sambung Lidya
"Iya Nurul biar nanti kak Ari saja yang mengantar kamu pulang" ucap Rendi
Ari pun melihat ke arah Nurul menunggu reaksi dari Nurul.
"Maaf ya... jadi ngerepotin kalian." sambil mengedarkan pandangan kepada semua orang dengan perasaan enggan.
"Nggak apa-apa kok, nggak ada yang merasa direpotkan" ucap Ari dengan senyum tulus yang menghiasi wajah tampannya.
"Tapi jangan lupa habisin dulu kue sama minumannya biar nggak pusing lagi" ucap Ani
"Makanya kalau lagi kerja jangan lupa makan dong, nih akibatnya kan..." celoteh Lidya sambil mencubit pipi Nurul sampai merah.
"Aduh... aduh ... sakit Lid, udah dong... ini namanya penyiksaan. An tolongin dong.." rintih Nurul yang sedang menahan sakit.
"Nggak mau ah.. sekali-kali kamu yang ngerasain dicubit he he he... bukan cuma aku aja yang selalu dapat hukuman dari Lidya." goda Ani
"Ampun... ampun... Lid, udah dong sakit bangat nih."
"Ok, awas kalau diulangi lagi" ucap Lidya sambil melepaskan tangannya.
"Pipi kamu jadi merah Nur, he he he..." ledek Ani
Rendi dan Ari hanya bisa menggeleng-melengkan kepala mereka melihat kelakuan mereka bertiga.
10 menit kemudian mereka keluar dari ruang UKS, kemudian berpamitan dengan pak Hari.
Ari pun membonceng Nurul untuk pulang ke rumahnya.
Saking canggungnya, selama di perjalanan keduanya hanya diam membisu dan menikmati indahnya suasana di sore hari di mana matahari yang sudah mulai terbenam sehingga langitpun melukiskan keindahan yang mengagumkan, ditambah dengan alunan suara jantung yang bertalu-talu tak karuan.
Hening, damai dan gugup itulah perasaan mereka saat ini.
5 menit kemudian mereka tiba di rumah Nurul, setelah turun dari motor, Nurul pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ari.
"Terima kasih kak, umm... yang kemarin malam aku_"
"Eh... itu, anggap saja hanya sebuah kecelakaan." sela Ari
"Hmmm" jawab Nurul sambil menganggukkan kepalanya.
"Iya, kecelakaan walau pun itu adalah kecelakaan yang sangat berkesan" gumamnya pelan dan masih dapat terdengar jelas di telinga Nurul.
"Haah"
Sungguh, Nurul tak mampu mengangkat kepalanya lagi karena terlalu malu. Ingin rasanya ia langsung masuk ke kamar dan mengurung dirinya di dalam selimut.
Setelah mengucapkan salam Ari langsung kembali ke rumah rendi.
flash back off
****
*Pukul 11 malam di rumah Rendi
Ari yang pura-pura tidur untuk mengelabuhi pertanyaan-pertanyaan Rendi, akhirnya bernafas lega setelah mengetahui Rendi sudah terlarut dalam mimpinya. Ia bisa mendengar dengkuran halus Rendi yang menandakan bahwa Rendi sedang tertidur nyenyak.
Akhirnya ia bangun dari tempat tidur dan bebersih untuk melaksanakan sholat Isya yang tertinggal.
Setelah selesai sholat, ia mencurahkan segala kesedihan yang menimpa keluarganya, harapannya dan isi hatinya.
Ya Allah jika Engkau memilih Dia sebagai jodohku, maka pertemukanlah kami disaat kami sudah benar-benar siap untuk menjalani sebuah rumah tangga, agar kami tidak lagi mendekati perbuatan zina yang sangat engkau benci. dan jagalah hatiku untuk terus mencintai Dia .
Itulah doa yang ia khususkan untuk Nurul.
Rabbigfirly wali walidaya warhamhuma kama rabbayani shagira. Aamiin.
Setelah selesai sholat ia merasa tenang dan melanjutkan istirahatnya.
*Keesokan harinya.
Satu persatu siswa-siswi, guru-guru, dan beberapa aparat desa mulai berdatangan ke Aula sekolah. Tempat duduk yang disiapkan pun sudah hampir penuh.
"Acara kegiatan memperingati hari Isra' mi'raj akan segera dimulai. Diharapkan siswa-siswa yang masih berada di luar segera masuk ke Aula dan duduk di tempat yang telah disiapkan" ucap Pak Hari melalui pengeras suara
Acara pun berlangsung dengan sangat tertib seperti yang diharapkan.
Dalam sesi ceramah kali ini, para guru, orang tua dan siswa-siswa pun sangat antusias mendengarkannya, di satu sisi banyak siswi - siswi yang terpesona melihat ketampanan Ari, dan sisi lain banyak yang kagum dengan caranya berceramah yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga akan lebih muda untuk dipahami.
Dari deretan siswi-siswi, Nurul yang sedari tadi menyimak isi ceramah, tanpa sadar tersenyum manis sehingga membuat lesung pipinya terlihat sangat jelas.
Ketika itu netra Ari dan Nurul bertemu.
Satu detik...
Dua detik....
Tiga detik...
Bluuush
Menjadikan Ari kesusahan untuk mengingat kembali materi ceramah yang sudah ia kuasai kemarin.
Deg
Deg
Deg...
Suara jantungnya semakin cepat dan nafasnya semakin memburu sehingga membuatnya kehilangan konsentrasi.
Nging....
Suara maik berbunyi dengan keras membuat kekacauan karena tiba-tiba saja Ari terdiam membisu.
"Astagfirullah haladzim.." ucap Ari sambil memegang dadanya.
"Baiklah sampai di sini dulu ceramah saya pada hari ini, sesungguhnya segala kebenaran itu datangnya dari Allah Subhana Huwata'ala, dan untuk lebih dan kurangnya kembalikan kepada saya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..." dengan enggan Ari mengakhiri ceramahnya itu.
Para siswa dan guru-guru pun terlihat bingung dengan apa yang sedang terjadi.
Akhirnya acara dilanjutkan dengan istirahat, seluruh pengurus OSIS membagikan paket makanan yang sudah disediakan sebelumnya.
30 menit kemudian acara ditutup dengan mengucapkan hamdallah.
Alhamdulillah hirabbil alamin...
Satu persatu keluar dari ruang Aula. Yang tersisa hanya beberapa guru pembina, pengurus OSIS, serta Ari & Rendi.
"Terima kasih nak Rendi, Ari. Kalian sudah banyak membantu." ucap Pak Hari sambil mengulurkan tangannya.
"Sama - sama pak" ucap Rendi dan menyambut uluran tangan dari Pak Hari.
"Maafkan saya Pak, karena telah mengacaukan acara ini." ucap Ari dengan perasaan bersalah.
"Iya, secara keseluruhan nak Ari sudah berusaha yang terbaik. Mungkin nak Ari hanya sedikit gugup saja sehingga nak Ari kehilangan konsentrasi"
"Terima kasih atas pengertiannya Pak." ucap Ari dengan enggan.
"Sama sama, Bapak permisi dulu"
.
.
.
Hay Readers...
Jangan lupa like, vote dan favoritnya ya....
Happy reading Readers
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
suka Thor 😍
2023-03-29
0
Mom Dian
"Alhamdulillah hirabbil alamin ...."
elepsis kasih sepasi dulu yaa kak di tengah jaga sama kak sepasi ... titik tiga sepasi lagi 🙏
2023-03-22
1
linda sagita
bukan muhrim ren
2023-03-19
1