2. First Beginning

CAHAYA ruangan yang terlihat begitu remang-remang oleh sinar mentari telah muncul dengan terselip melalui tirai jendela. Aku bangkit dari singgasana nyaman ini dan membuka jendela hingga cahaya pagi yang mengandung vitamin D menyeruak masuk agar memberi sebuah manfaatnya.

Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Membangun rutinitas baru? Tentunya mandi dan sarapan adalah hal wajib. Tapi, setelah itu aku harus melakukan apa? Menuruti pria yang mengaku sebagai kekasihku, aku diperintahkan untuk beristirahat di rumah sambil ongkang-ongkang kaki. Atau menuruti si pengirim pesan teks, aku langsung ngibrit menuju kampus? Namun, aku tidak tahu kapan jadwal masukku atau lebih tepatnya jurusan apa yang aku pilih.

Sepertinya diriku harus memilih option pertama.

Aku pun membersihkan diri dengan mandi menggunakan shower pada tempratur hangat. Ternyata mandi adalah solusi yang tepat untuk menyegarkan akalku dari semua mimpi buruk yang telah menghantuiku sebelum berada di rumah sakit.

Setelah itu, aku mengeringkan diri dan memakai pakaian kaos lengan pendek sekaligus celana tiga perempat. Untuk pagi hari, pilihan sarapan adalah roti panggang dengan mentega yang telah kutemukan pada rak dapur. Terlihat ada beberapa kopi susu instan yang begitu banyak seperti persediaan sebulan dan snack yang lumayan banyak. Oh ya, aku juga sempat melihat laci di bawah washtafel kamar mandi yang terdapat banyak stok sikat gigi, pasta gigi sekaligus sabun-sabunan. Rupanya, aku benar-benar perhatian sekali pada persiapan.

Terdengar sebuah ketukan pelan dari pintu keluar. Dengan cepat tanganku mengambil roti panggang terlebih dahulu—aku tidak ingin mendapati roti tersebut dalam keadaan gosong jika tidak secepatnya diambil— lalu membukakan pintu sebelum mengintip melalui lubang pengintai yang terbuat dari kaca cembung di pintu hingga melihat pria kemarin sedang berdiri di depan pintu seraya memeriksa jam tangannya.

"Kok lama banget?" tanyanya seraya masuk ke apartemenku begitu saja. Sepertinya hal ini sudah biasa baginya, tapi tidak bagiku. "Gile, bau roti bakar. Padahal gue baru aja beliin lo sarapan."

Dia meletakkan sebuah bungkusan putih di meja dekat TV dan mengeluarkan isinya dengan cepat. Terdapat empat kotak pizza mini dan dua kaleng susu. Baguslah, kukira dia akan memberikan makanan berat di saat pagi begini. Di saat itu juga, aku duduk di sampingnya dan ikut menyantap pizza tersebut secara bersamaan.

"Lo kagak usah ngampus hari ini. Tapi, kalau mau kerja, bakal gue temenin," ucapnya dengan mulut penuh. "Gue tahu kalau lo tuh workholic dan butuh duit banget. Apalagi gajinya harian juga dapet, jadinya terasa rugi kalau nggak sikat duit jatah itu."

Oh, ternyata aku pekerja keras dan haus akan kertas-kertas bernominal. Syukurlah, setidaknya aku bukanlah pemalas dan dianggap sampah masyarakat. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengumpulkan informasi perihal ingatanku yang hilang di saat bekerja. Aku harus memasang tampang bersemangat dan berusaha mengenali sekitar dengan sebisa mungkin.

"Ley, kok lo diem melulu sih?"

Astaga, aku terlalu sibuk memikirkan segalanya hingga tak sadar jika pria ini memerhatikan gelagatku.

"H-hanya mikirin pekerjaan. Gue memang harus berangkat kerja hari ini," kataku buru-buru tanpa berkontak mata dengannya dan berharap semoga pria ini tidak mencurigai sikap anehku.

"Oh gitu, okelah," jawabnya sembari menepuk-nepuk tangannya dari remah-remah pizza. "Gue cabut untuk ngampus dulu. Entar siang bakal gue jemput ke tempat kerja, ya?"

Wajahku berubah memerah saat cowok ini mengelus-elus pipiku dengan punggung tangan. Untung saja saat dia memakan pizza telah menggunakan tisu agar tangannya tidak tercemar minyak.

"Biar gue aja yang beresin ini."

Tidak kusangka-sangka bahwa sikapnya cukup peduli dan manis padaku. Hanya sarapan saja dia harus ke apartemenku dan makan bersama seperti ini.

Setelah dia berpamitan dan pergi, aku membereskan bagian dapur dengan menyimpan roti panggangku tadi pada oven agar terlindungi dari segala macam serangga yang kelaparan.

Aku tahu bahwa saat ini telah diperintahkan untuk beristirahat agar memulihkan tubuhku di saat bekerja nanti. Tapi, apa daya rasa ingin tahuku melonjak tinggi terhadap informasi kehidupanku sendiri. Dengan cepat tanganku meraih ponsel dan laptop, kemudian meletakkannya pada kasur. Apakah aku hobi melakukan kegiatan memelototi layar di atas kasur? Jika tidak, sepertinya aku harus meminta maaf pada diri sendiri.

Aku menghidupkan daya ponsel dan membuka beberapa media sosial yang cukup sedikit dalam daftar pertemanan. Algoritma internet hanya berisikan tentang berita-berita lokal dan dunia musik asia sekaligus western. Ternyata aku pecinta musik. Jadi, apakah aku hobi bernyanyi? Bisa jadi. Setelah membuka media sosial yang tidak begitu penting, aku membuka bagian gallery yang terlihat begitu banyak sekali swafoto dari kekasihku dan foto kami bersama di beberapa tempat.

Beberapa terdapat foto kafe dan sederet orang yang memakai seragam seiras. Kurasa mereka adalah pekerja pada kafe tersebut dan betapa terkejutnya adanya aku di antara mereka Ya ampun. Tampangku tidak cupu-cupu sekali saat menggunakan seragam kerja. Kemeja putih dengan apron hitam, rok kembang se-batas lutut, rambut terurai berbandana putih di atasnya. Kurasa bandana tersebut adalah seragam juga, karena terlihat bahwa selain diriku, ternyata wanita lainnya menggunakannya juga. Terdapat dua wanita di sebelah kiriku dan satu cowok di sebelah kananku. Di tengah-tengah deretan tersebut telah terdapat cowok yang menggunakan setelan berbeda dari semuanya. Kurasa dialah maitre D'Caffe. Atau mungkin manajer? Atau dia lupa membawa seragam?

Beberapa foto lainnya yang begitu banyak bertempatan pada area kampus. Ada juga fotoku yang sedang berdiri di depan gedung bertuliskan 'ekonomi'. Rupanya, aku mengambil jurusan ekonomi.

Mengubek-ubek ponsel ada gunanya juga. Bosan, ah iya ... aku bosan sekali.. Aku harus melakukan apa, sekarang? Jalan-jalan ke luar? Jangan, kemungkinan aku akan nyasar dan tidak dapat kembali pulang. Masak-memasak? Tidak, bisa-bisa aku menghabiskan semua bahan makanan dalam sekejap dan akan menjadi sia-sia. Lalu, apa ya?

Seketika, mataku melirik ke arah kalender yang berada di meja belajar. Kalender yang berwarna violet dan diterangi oleh lampu belajar. Omong-omong, mengapa lampu itu hidup saat awal aku memasuki ruangan ini? Aku sadar jika lampu itu selalu menyala, tapi aku tidak terlalu memerhatikannya. Mencoba untuk duduk pada kursi dan aku langsung berhadapan dengan meja yang berisikan deretan buku tebal dan peralatan tulis. Serta merta aku meraih kalender cantik tersebut yang telah dicorat-coret oleh tinta.

Tanggal 02: Waktu gajian!

Tanggal 23: Tour karyawan, jangan lupa.

Oh, dua hari lagi akan ada tour karyawan. Syukurlah aku melihat hal ini. Sepertinya kegiatan tersebut akan menjadi tempat yang tepat untuk menyegarkan pikiranku. Namun, apakah kekasihku akan ikut? Sepertinya itu tidak usah dipikirkan.

Aku yakin teman-teman tempat kerjaku cukup baik dan bisa membantuku untuk mengingat kembali kenangan bersama.

Tepat di jam dua belas tepat, pintu apartemenku terketuk beberapa kali. Aku sudah bisa menebak bahwa orang itu adalah kekasihlu, tetali tetap saja aku harus mengintip lobang pintu yang bercermin cebung untuk berjaga-jaga.

Mengejutkan, ada dua orang dan salah-satunya adalah kekasihku.

"Udah siap?" tanya cowok asing di sebelah kekasihku saat pintu telah terbuka. "Apa nggak usah kerja hari ini?"

Ya ampun, ternyata mereka ingin menjemputku dalam bekerja.

Aku mengatakan bahwa akan berangkat bekerja sebentar lagi. Sialnya, aku belum bersiap-siap sedikit pun. Dengan cepat aku mempersilahkan mereka masuk dan menderap masuk ke kamar tidur untuk bersiap-siap.

Mengapa di lemari tidak ada seragam kerja yang sama seperti di foto? Apakah di mesin cuci? Tapi, kurasa mesin cuci benar-benar kosong. Astaga, aku kehilangan seragam!

"Maaf, gue kehilangan seragam kerja," ucapku pada kedua cowok itu saat ke luar dari kamar tidur.

"Kok bisa, Ley?" tanya kekasihku dengan terperangah. "Bukannya lo letakkan di loker kerja? Atau lo laundry akhir-akhir ini?"

Ah iya juga, teringat olehku pada pria di sebelah kekasihku itu adalah teman sepekerjaanku yang terlihat di foto. Dia juga tidak memakai seragam kerja, pastinya sudah tersedia pada loker kerja. Ini benar-benar memalukan dan dapat dicurigai bahwa ada yang salah dengan ingatanku.

"Oh iya, di loker," ucapku seraya mengurut dahi. "Maaf."

"Dasar pelupa, baru juga umur segini," sahut pria sebelah pacarku dengan wajah datar dan berbicara nada ketus. "Ya sudah ayo jalan."

- ♧ -

Episodes
1 Prolog
2 1. Lilian Ashley
3 2. First Beginning
4 3. Caffe Clair De Lune
5 4. Sang Pembunuh
6 5. Terbongkar
7 6. Memulai Dari Awal
8 7. Tour
9 8. First Death
10 9. The Second Life
11 10. Semua Menjadi Berbeda
12 11. Mengenal Hal Baru
13 12. Satu Hal Lagi Menjadi Kenyataan
14 13. Si Misterius
15 14. Lagi-Lagi Menjadi Kenyataan
16 15. Kematian Terbaru
17 16. The Third Nightmare
18 17. Paradox (?)
19 18. Ancaman Lain
20 19. Ancaman Lain (2)
21 20. Tertidur
22 21. Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
23 22. Melarikan Diri
24 23. Tenggelam
25 24. Fourth Life
26 25. Pernyataan DJ
27 26. Ada Apa Dengan Zack?
28 27. Fakta Yang Terkuak
29 28. Organisasi Cate
30 29. Try to Die
31 30. Kenyataan yang Pahit
32 31. Tour Untuk Kesekian Kalinya
33 32. Berbohong
34 32. Cinta Dan Rasa Takut
35 33. Tanggal 26
36 34. The Most Nightmare
37 35. The Last Death
38 36. Our First Story
39 37. Day-2
40 38. A Love Story Already Begun
41 39. Hari Yang Meresahkan.
42 40. Pantai
43 41. Pendekatan
44 42. Kekasih yang Sebenarnya
45 43. Seorang Psikopat
46 44. Cemburu
47 45. Masa Lalu Zack
48 46. Ponsel Rusak
49 47. Sarana Kematian yang Gagal
50 48. Protektif
51 49. Mimpi
52 50. Kissing
53 51. Posesif
54 52. Permintaan Maaf
55 53. Obsesif
56 54. Obsesif (2)
57 55. Teror yang Sesungguhnya
58 56. Akhir Bagi Segalanya
59 57. Epilog
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Prolog
2
1. Lilian Ashley
3
2. First Beginning
4
3. Caffe Clair De Lune
5
4. Sang Pembunuh
6
5. Terbongkar
7
6. Memulai Dari Awal
8
7. Tour
9
8. First Death
10
9. The Second Life
11
10. Semua Menjadi Berbeda
12
11. Mengenal Hal Baru
13
12. Satu Hal Lagi Menjadi Kenyataan
14
13. Si Misterius
15
14. Lagi-Lagi Menjadi Kenyataan
16
15. Kematian Terbaru
17
16. The Third Nightmare
18
17. Paradox (?)
19
18. Ancaman Lain
20
19. Ancaman Lain (2)
21
20. Tertidur
22
21. Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
23
22. Melarikan Diri
24
23. Tenggelam
25
24. Fourth Life
26
25. Pernyataan DJ
27
26. Ada Apa Dengan Zack?
28
27. Fakta Yang Terkuak
29
28. Organisasi Cate
30
29. Try to Die
31
30. Kenyataan yang Pahit
32
31. Tour Untuk Kesekian Kalinya
33
32. Berbohong
34
32. Cinta Dan Rasa Takut
35
33. Tanggal 26
36
34. The Most Nightmare
37
35. The Last Death
38
36. Our First Story
39
37. Day-2
40
38. A Love Story Already Begun
41
39. Hari Yang Meresahkan.
42
40. Pantai
43
41. Pendekatan
44
42. Kekasih yang Sebenarnya
45
43. Seorang Psikopat
46
44. Cemburu
47
45. Masa Lalu Zack
48
46. Ponsel Rusak
49
47. Sarana Kematian yang Gagal
50
48. Protektif
51
49. Mimpi
52
50. Kissing
53
51. Posesif
54
52. Permintaan Maaf
55
53. Obsesif
56
54. Obsesif (2)
57
55. Teror yang Sesungguhnya
58
56. Akhir Bagi Segalanya
59
57. Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!