Episode 05

"Namira kau--" Begitu menyadari jika Ziva sudah tidak ada dihadapannya, Rian pun bergegas mengejarnya. "Sial, kemana gadis itu pergi!" Umpat Rian seraya berlari mengejar Ziva.

Sementara itu Ziva dengan sekuat tenaganya terus berlari keluar dari tempat kerjanya untuk menghindar dari Rian, pria asing yang dianggapnya gila karena selalu menyebutnya sebagai Namira.

"Apa dia masih mengejarku?" Dengan nafas terengah-engahnya Ziva menoleh kebelakang untuk memastikan jika Rian tidak lagi mengejarnya.

"Aku rasa sudah aman, tapi sebaiknya aku pulang saja karena aku yakin pria itu masih ada disini." Ziva pun berjalan dengan memegangi pinggangnya yang terasa pegal lantaran harus berlari dengan kaki yang masih memakai higlsnya.

"Taxi." Teriak Ziva dengan lantangnya saat menghentikan mobil taxi. Begitu mobil taxi itu berhenti Ziva pun masuk kedalam mobil taxi tersebut.

"Pak, antarkan aku ke Panti Asih." Kata Nara dan tanpa menjawabnya sopir taxi itu pun mulai melajukan mobilnya.

"Hah... untung saja aku bisa lari dari CEO gila menyebalkan itu, haiihhh... rasanya kakiku." Ziva melepas satu persatu higlsnya dan menyandarkan diri disofa mobil seraya mengatur nafasnya.

30 Menit kemudian, mobil taxi pun berhenti dan Ziva yang tertidur juga terbangun saat merasakan laju kendaraan yang sudah berhenti.

"Loh, ini kan bukan dipan--" Ucapan Ziva terhenti saat seseorang yang tengah duduk dikursi kemudi sedang melepaskan masker dan topinya lalu menoleh pada Ziva.

"Kau lagi?" Ucap Ziva dengan tidak percaya. Ya, bagaimana mungkin seseorang yang Ziva pikir adalah sopir taxi ternyata adalah seorang pria yang dianggapnya gila sebelumnya. Dan tentu saja siapa lagi pria itu jika bukan Rian, pria gila yang sejak tadi menyebut nama Ziva sebagai Namira.

"Kenapa bisa kau yang membawa mobil taxi ini!" Tanya Ziva dengan nada kesalnya.

Rian pun hanya menatap Ziva seraya melontarkan senyum smirknya kemudian turun dari mobil taxi yang ia kendarai.

Klak.

Rian membuka pintu mobil untuk Ziva dan meminta gadis itu untuk segera turun. "Keluar sekarang."

"Tidak mau!" Ucap Ziva dengan ketus kemudian menggeser duduknya lebih jauh dari Rian berdiri. "Keluar sekarang atau aku akan memaksamu dengan cara yang tidak akan pernah kau duga." Ujar Rian dengan sedikit mengancam.

"Satu... dua... ti--"

"Ck, iya aku keluar!" Pekik Ziva yang kemudian langsung keluar dari dalam mobil yang ia tumpangi. "Menyebalkan!" Ketus Ziva seraya mendorong dada Rian agar sedikit menjauh darinya.

"Ayo ikut aku." Ucap Rian yang kemudian menarik begitu saja tangan Ziva.

"Eiittss... tunggu dulu!" Pekik Ziva dengan menarik kembali tangan Rian. "Kau ini mau membawaku kemana! Aku mau pulang kepanti sa--" Baru Ziva akan pergi namun dengan cepat Rian menarik kembali tangan Ziva.

"Siapa yang mengijinkanmu pergi hah?" Dengan mengangkat satu alisnya seraya tersenyum menyeringai, Rian dengan cepat mengangkat tubuh ramping Ziva dipundaknya lalu membawanya masuk kedalam Mansion megah miliknya.

"Hey apa yang kau lakukan! Turunkan aku!" Teriak Ziva seraya memukuli punggung Rian.

"Tolong... siapapun tolong aku!" Dengan sekuat tenaga Ziva berteriak namun tidak satu pun orang yang sudi menolongnya. Yang ada justru Ziva ditertawakan oleh semua anak buah Rian yang tengah berjaga disekitar Mansionnya.

Dan sesampainya dikamar milik Rian barulah Ziva diturunkan. "Diam disini dan jangan pernah mencoba pergi dariku." Kata Rian yang hendak pergi meninggalkan Ziva dikamarnya.

"Tunggu dulu!" Dengan cepat Ziva menghadang didepan Rian dengan merentangkan kedua tangannya. "Kenapa kau membawaku kesini? Apa kesalahanku? Apa karena aku sudah menumpahkan kopi panas dicelanamu atau--"

Rian menghentikan ucapan Ziva dengan menarik kuat tangannya lalu melemparnya pada tempat tidur, dan dengan cepat Rian langsung menindih tubuh Ziva sampai membuat gadis itu seketika tidak berani berkutik sedikit pun.

"Masih ingin banyak bicara? Hum?" Ziva menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya berusaha menelan salivanya dengan susah payah.

"Bagus lah, jadi diam lah disini dengan patuh maka kau akan baik-baik saja." Rian pun beranjak dari atas tubuh Ziva dan keluar meninggalkan Ziva dikamar.

Melihat Rian pergi lantas Ziva pun duduk dengan menghela nafas panjangnya. "Kenapa dia membawaku kesini? Apa yang salah denganku?" Gumam Ziva seraya pandangan mata yang melihat sekeliling kamar besar milik Rian yang bernuansa putih bersih tersebut.

Saat Ziva melihat sekeliling kamar Rian, tiba-tiba pandangannya teralih pada satu foto besar yang terpampang ditembok kamar. "Foto ini." Ziva menyentuh bingkai foto tersebut dengan melihat gambar sepasang pengantin disana.

"Kenapa wajahnya sangat mirip denganku?" Ziva menyentuh bagian foto seorang wanita yang memang terlihat sangat mirip dengannya.

Dan benar sekali, foto wanita yang Ziva pikir sangat mirip dengannya itu adalah foto Namira, istri Rian terdahulu yang sudah meninggal 3 tahun lalu.

"Apa karena wajah ini dia membawaku kesini?" Gumam Ziva dengan terus memperhatikan wajah Namira dibalik foto pengantin yang terpampang ditembok kamar Rian.

Terpopuler

Comments

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

Rian setampan apapun km klo kek gini ziva pasti takut

2023-01-30

0

Tutik Yunia

Tutik Yunia

sekarang Rian menetap di Swiss??
makan Namira kan di Swiss

2023-01-18

0

hadiya nur Jannah

hadiya nur Jannah

nahkan ziva beneran kembaran nya Namira,ayo Rian cari tau tentang keluarga nya ziva

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!