BAB 5 PERMINTAAN MAAF

Weni dan Bagas saat ini sedang bermalam minggu bersama. Mereka sedang bersenang-senang di pasar malam. Weni begitu bahagia saat Bagas mengajaknya ke tempat yang tidak pernah ia kunjungi. Beberapa jajanan yang tidak pernah ia makan, Bagas dengan senang hati membeli apa yang ia tunjuk. Saat ini mereka sedang duduk di salah satu gerai kue tradisional.

“Ini namanya makanan apa, Mas?”

“Ini namanya bubur sumsum,” Bagas mulai menyuapi Weni.

“Emm … enak, manis. Ini buatnya dari apa, Mas?”

“Tepung beras, santan dan kuahnya gula merah dan pandan.”

“Mas, bisa buat gak?”

“Bisa!”

“Ajarin ya!” Bagas tersenyum lalu kembali menyuapi Weni.

“Dor!” seru Nindi tiba-tiba, membuat mereka berdua terkejut.

“Nindi!” balas Bagas kesal, Nindi tertawa lalu duduk di samping Weni.

“Hai Kak!” sapa Nindi pada Weni.

“Hai! Sama siapa datang kemari?” tanya Weni.

“Sendiri.” Nindi memeluk Weni dari samping.

Weni tersenyum dan membalas pelukan Nindi sambil masih menerima suapan bubur sumsum dari tangan Bagas. Bagas tersenyum melihat adik dan gadis pujaannya begitu akur. Andai saja Weni gadis biasa mungkin dirinya sudah mempersuntingnya. Bagas butuh keberanian besar jika ingin mempersunting Weni, apa lagi Weni anak seorang bos besar, sepertinya mustahil orang tua Weni setuju dengan hubungan mereka.

“Mas, kayaknya aku harus pulang!” seru Weni saat melihat pesan di ponselnya.

“Ya sudah, Mas antar ya.”

“Gak usah, Mas. Aku bawa mobil.” Weni kemudian berdiri di ikuti Nindi dan Bagas.

“Tapi ini sudah malam! Mas ikuti dari belakang ya?”

Weni tersenyum lalu berdiri di hadapan Bagas. Baru kali ini ia merasa di perhatikan dan perhatian Bagas begitu besar padanya. Saat bersama Bian ia selalu sendiri bertemu pun masing-masing membawa kendaraan.

“Baiklah, Nindi juga ikut ya. Buat temenin Mas nanti pulang!”

“Ok! No problem!” sambung Nindi lalu memeluk Bagas dari belakang.

“Kalian berdua akrab ya? Enak kayaknya kalau punya adik!” ujar Weni sendu.

Terkadang ia memang kesepian tidak memiliki saudara yang bisa diajak bercanda, tukar pikiran dan bertengkar. Ada rasa iri jika melihat orang-orang mempunyai saudara apalagi terlihat akur, seperti Bagas dan Nindi.

“Ya sudah. Ayo!” Mereka pun berjalan keluar dari area pasar malam lalu menuju parkiran.

“Bagas mengendarai motornya bersama Weni sementara itu Nindi mengendarai motornya. Bagas membonceng Weni menuju rumahnya untuk mengambil mobilnya yang di tinggal di rumah Bagas.

Sesampainya di rumah Bagas memasukkan motornya ke dalam rumah dan mengambil jaket dan helmnya.

“Mas, biar aku saja yang bawa motornya. Mas Bagas bawa mobilnya Kak Weni saja. Aku ngikutin dari belakang,” ujar Nindi saat Bagas keluar rumah.

Bagas melihat Weni, apakah Weni setuju dengan ide adiknya agar dirinya menemani Weni di mobil. Weni tersenyum dan mengerti maksud Nindi.

“Kamu saja yang bawa mobil Kakak, kamu bisa bawa mobil, kan?” Weni memberikan kunci mobilnya pada Nindi.

“Biar aku yang bonceng Mas Bagas.” Weni kemudian meraih lengan Bagas dan tersenyum padanya. Bagas Meraih pinggang Weni dan tersenyum.

“Gak apa-apa ini, Kak? Aku, kan gak biasa bawa mobil bagus. Biasanya bawa mobil butut Ayah sama mobil pickup Mas Bagas buat anterin Ibu belanja di pasar.” Weni tertawa kecil lalu mengusap pundak Nindi.

“Gak apa-apa! Lagian gak baik kamu malam-malam mengendarai motor sendiri. Bawa mobil saja lebih aman dan … kakak sama Mas Bagas. Biar lebih lama sama Kakak Kamu!”

“Halah …! Bilang aja mau berduaan. Ok!” Nindi kemudian menuju mobil Weni lalu masuk kedalamnya. Ia begitu senang bisa mencoba mobil milik Weni yang menurutnya mobil mewah.

“Ya sudah ini pakai jaketnya!” ujar Bagas memasangkan jaket ke pundak Weni.

“Mas?”

“Aku gak apa-apa. Begini saja,” balas Bagas lalu memasangkan helm ke kepala Weni kemudian ia mengenakan helmnya.

Di perjalanan, Motor Bagas jalan lebih dulu diikuti Nindi di belakangnya. Nindi begitu senang melihat sang kakak yang begitu mesra dengan Weni.

Sepanjang jalan Weni terus memeluk Bagas dengan mesra seolah jalanan milik mereka berdua. Sesekali Weni mencium pipi Bagas dari belakang, membuat Nindi beberapa kali menekan klakson mobil. Mereka berdua hanya terkekeh dan Weni justru bertambah erat memeluk Bagas.

Bagas berhenti di depan rumah Weni. Weni turun diikuti Nindi turun dari mobil lalu menghampiri mereka berdua.

“Kak! Ini kunci mobilnya. Akhirnya bisa cobain mobil bagus.” Nindi tertawa kecil di ikuti Bagas dan Weni.

“Kamu bisa saja. Nanti kamu bisa pinjam kalau mau pergi sama teman-teman kamu. Biar kakak sama Mas Bagas naik motor. Lebih seru naik motor.”

“Benaran, kak? Nindi boleh pinjam!”

“Nindi! Jaga sikapmu!” pekik Bagas, Bagas sedikit malu dengan tingkah adiknya yang seolah memanfaatkan kedekatan dirinya dengan Weni. Nindi menunduk melihat tatapan tajam sang kakak.

“Gak apa-apa, Mas.” Weni tersenyum mengusap lengan Nindi. Ia begitu senang bisa bertemu Nindi, seolah ia mempunyai adik.

“Lain kali, kalau Kakak ada waktu. Nanti kita pergi berdua jalan-jalan,” sambung Weni lagi, membuat Nindi tersenyum.

“Ya sudah. Kalau begitu kamu masuk. Sudah malam.” Bagas mengusap lembut pipi Weni.

“Iya. Mas hati-hati ya, dan terima kasih sudah antar aku pulang.” Bagas tersenyum lalu Weni memeluknya.

Bagas melepaskan pelukannya lalu Bagas pulang bersama sang adik. Sementara itu Weni masuk kedalam rumah dan meminta tolong pada sopirnya untuk memasukkan mobilnya ke dalam garasi.

Saat Weni masuk ke dalam rumah, rupanya Bian ada di rumahnya. Bian sedang bermain catur bersama Pak Bima. Pak Bima tidak mengetahui jika putrinya dan Bian sudah putus hubungan. Karena memang Weni tidak bercerita dengan orang tuanya.

“Dari mana saja kamu?” tanya pak Bima saat melihat Weni berjalan hendak menaiki tangga.

“Dari galeri!” bohongnya.

“Ya sudah. Ini ada Bian, kamu temani dia. Dari tadi dia menghubungi kamu tapi gak kamu angkat.”

“Weni capek, Pa. Suruh pulang saja. Lagian sudah malam.” Weni berjalan menaiki tangga, ia tidak peduli lagi dengan Bian.

“Weni!” teriak Pak Bima.

Pak Bima melihat Weni seperti tidak mempunyai sopan santun dengan calon suaminya.

“Mana sopan santunmu dengan tamu! Apa lagi Bian calon suami kamu!” Weni berhenti dan membalikkan badannya.

Weni turun dan menghampiri Bian dan sang Ayah. Weni begitu muak dan jijik melihat wajah Bian yang seolah tidak tau malu.

“Sopan santun, Pa! Dia datang kemari dan ini sudah larut malam. Apa dia mempunyai sopan santun dalam bertamu?” sarkas Weni melihat tajam Bagas.

“Weni … Mas datang kesini mau minta maaf sama kamu!” ujar Bagas dengan tidak mempunyai rasa malu dan bersalah.

“Selesaikan urusan kalian!” sambung pak Bima yang tidak tahu duduk permasalahannya dan tidak ingin ikut campur permasalahan mereka.

Pak Bima meninggalkan mereka berdua di ruang tengah. Weni menatap tajam dan penuh rasa benci pada Bian.

“Weni … aku minta maaf. Aku memang salah. Maafkan aku ya!’ mohon Bian.

“Cukup, Mas! Aku sudah tidak ingin berurusan lagi dengan kamu. Hubungan kita sudah berakhir dan jangan menggangguku. Aku sudah melupakan kisah kita. Kisah yang begitu menyakitkan.” Weni mendorong kasar Bian lalu berjalan ke arah tangga. Bian meraih lengan Weni.

“Tolong maafkan aku, Wen.” Bian tidak menyerah untuk meminta maaf.

“Maaf! Tapi kesalahanmu sudah fatal. Aku tidak semudah itu memaafkan orang yang sudah berkhianat dariku!” Nada Weni penuh penekanan agar Bian mengerti, walau ia tahu Bian akan terus mengejarnya. Weni mungkin tidak sadar ia juga bermain api dengan satpam kantornya.

Weni melepas paksa cengkeraman tangan Bian dari tangannya lalu meninggalkan Bian sendiri di ruang tengah. Bian hanya bisa melihat Weni menaiki tangga.

“Sial!’ gerutu Bian mengusap kasar wajahnya lalu ia keluar dari rumah Weni dan memutuskan untuk pulang.

Terpopuler

Comments

⏤͟͟͞R◇Adist

⏤͟͟͞R◇Adist

skrng ja masih syng susngn apakabarnya nanti klo bagas tahu dia jadi selingkuhan 🤦‍♀️🤦‍♀️... bisa ngamuk dia

2023-01-21

0

yuni kazandozi

yuni kazandozi

weni maafkan az bian tapi jangan mau kalau diajak balikan lagi,lebih baik sama bagas

2023-01-16

0

Yeni Wati Hiatus

Yeni Wati Hiatus

eh typo Bian jadi Bagas

2022-12-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!