BAB 3 KITA SELESAI

Weni berjalan bersama asistennya, Tiara. Mereka baru saja selesai meeting disalah satu restoran yang ada di Mall. Pandangan Tiara tidak sengaja melihat ke salah satu toko perhiasan dan tercengang melihat seseorang pria yang sangat ia kenal sedang bersama wanita lain dan tampak begitu mesra.

“Weni, itu bukanya cowok kamu ya!” seru Tiara sambil menarik Weni agar berhenti dari jalannya. Weni melihat apa yang dilihat Tiara, ia hanya tersenyum karena wanita itu adalah sekretarisnya.

“Sudah biarin.”

“Gak bisa gitu dong. Mending Kamu samperin minta kejelasan dia aja. Putus-putus aja deh, dari pada mesra sama orang lain di belakang kamu.”

“Heh! Itu sekretarisnya!” Weni terkekeh melihat Tiara malu dengan ucapannya. Weni kemudian melangkah ke toko perhiasan di ikuti Tiara, sang asisten.

“Mas!” sapa Weni. Sejenak Bian terdiam begitu juga sekretarisnya lalu menoleh ke belakang.

“Weni? Sayang. Kamu ada di sini juga?”

“Ngikutin, Mas!” Canda Weni membuat Bian sedikit salah tingkah lalu melihat Rara, sekretarisnya yang kini sedikit menjauh darinya.

Weni tertawa lalu memeluk Bian. “Gak kok. Tadi habis meeting sama klien di sekitar sini,” terang Weni.

“Oh! Oh iya. Mas lagi cari cincin buat kamu. Dan kebetulan kamu ada di sini kamu pilih sendiri saja ya. Tadinya aku mau minta tolong Rara buat milih cincin untuk kamu.” Bian kemudian merangkul Weni agar memilih cincin sendiri.

Sementara itu Tiara melihat Rara penuh selidik, karena ekspresinya begitu cemburu terhadap Weni. Rara menduga sudah pasti Bian dan Rara mempunyai hubungan khusus.

“Mencurigakan,” gumam Tiara.

Tiara terus melihat gelagat Bian dan sekretarisnya. Ada yang tidak wajar antara keduanya. Apa lagi Bian sesekali mengetik sebuah pesan di ponselnya lalu sekilas melihat Rara. Tak lama Rara tersenyum tipis lalu menghampirinya.

“Permisi, Pak! Kalau begitu saya pamit kembali ke kantor lebih dulu,” pamit Rara.

“Oh, iya. Nanti kamu letakkan hasil meeting tadi di meja ruangan saya.”

“Baik, Pak. Permisi Bu Weni.” Weni hanya tersenyum ramah begitu juga Rara, lalu Rara keluar dari toko perhiasan.

Setelah Rara pergi Weni mengurungkan niatnya untuk memilih perhiasan, lantaran tiba-tiba ia teringat Bagas.

“Mas, aku gak ada yang suka!”

“Ya sudah. Kalau begitu tolong kamu pilihkan kalung untuk Mama. Mama hari ini ulang tahun.”

“Astaga. Aku lupa, Mas. Kalau begitu aku juga mau beli satu buat Mama.” Bian tersenyum tipis sambil melihat ponselnya. Akhirnya ia mempunyai alasan agar secepatnya menyusul sang sekretaris.

Hubungan gelap Bian dan sekretarisnya memang sudah terjalin cukup lama. Ia begitu pandai menyimpan rapat-rapat dari Weni. Bodohnya Weni selalu percaya apa yang dilakukan Bian di luar sana.

Weni kemudian memilih gelang untuk ia berikan pada Orang tua Bian sementara itu Bian memilih kalung.

Setelah membeli kalungnya Weni dan Bian serta Tiara keluar dari toko. Saat menelusuri mall Bian merangkul Weni begitu posesif. Sedangkan Tiara hanya mengekori mereka di belakang. Tiara menatap Bian penuh curiga.

“Dasar laki-laki, sok mesra buat ngilangin jejak kalau sudah selingkuh. Eh, Weni juga sama saja. Tapi Weni begitu karena Tuan Bian sok sibuk. Padahal sibuk dengan sekretarisnya,” batin Tiara.

“Tiara, kita langsung balik ke kantor ya.” Tiara mengangguk dan tersenyum.

“Mas … aku langsung ke kantor ya.”

“Iya! Aku antar ya.”

“Gak usah, Mas. Aku bawa mobil,” balas Weni lalu mencium pipi Bian. Bian hanya bisa mengangguk dan tersenyum melihat Weni dan Tiara menuju parkiran.

“Wen … kau tidak curiga dengan sikap Tuan Bian yang tiba-tiba romantis seperti tadi. Setahuku dia cuek!” Weni tersenyum sambil menyalakan mobilnya.

“Bagus dong ada perubahan.”

“Terus! Bagaimana dengan gebetan kamu si satpam itu?”

“Masih lancar. Lebih memberi warna di hari-hariku dan hatiku,” balas Weni penuh semangat sambil mengemudikan mobilnya.

“Pantes! Mau diantar tadi gak mau,” ledek Tiara.

“Bagaimana ya, Ra. Aku jatuh cinta sama satpam itu, tapi aku juga gak bisa lepas dari Mas Bian. Karena menyangkut perusahaan.” Weni menghela nafas panjang.

Weni bingung harus berbuat apa. Disisi lain ia begitu menyukai Bagas yang selalu meluangkan waktu untuknya walau perkenalan mereka baru beberapa minggu, sedangkan Bian terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Ingin melepaskan Bian, tetapi bagaimana dengan perusahaannya. Sungguh pilihan yang sulit.

“Kau aneh, Wen! Cinta tulus Bagas kau permainkan. Sedangkan dirimu sendiri dipermainkan.”

“Maksud kamu?”

“Kau gak curiga sama sekretaris tuan Bian. Kayaknya mereka punya hubungan khusus.” Weni hanya tersenyum membayangkan Bian.

”Gak! Namanya juga laki-laki tebar pesona, masih wajar. Asal gak tidur bareng saja. Aku akan memilih Mas Bian. Walau aku cinta sama Satpam itu. Karena demi kelangsungan perusahaan, demi kamu juga.”

“Kok Aku?”

“Kalau perusahaan Papaku terjadi sesuatu, kamu mau kerja di mana? Gak Cuma kamu, tapi demi orang banyak.”

“Gila kau! Gila.” Tiara menggelengkan kepalanya melihat Weni yang hanya tersenyum tipis. Jika harus memilih sesuai hatinya, Weni akan memilih Bagas.

Sesampainya di kantor. Tiara lebih dulu ke ruangannya. Sementara Weni menemui Bagas di lobby.

“Mas!” sapa Weni. Bagas melirik kanan dan kiri di sekitarnya.

Bagas tersenyum canggung di depan orang yang ia cintai. Pasalnya beberapa rekan kerjanya melihatnya.

“Kenapa panggil, Mas?” cicit Bagas dan tetap bersikap sopan.

“Gak apa-apa, yuk ikut sebentar.” Weni menarik pergelangan tangan Bagas menuju lift.

“Pak Ahmad. Pinjam Mas Bagas sebentar ya. Mau minta tolong!” seru Weni pada kepala Satpam sebelum sampai di lift khususnya.

“Silakan, Nona!” Weni tersenyum kemudian masuk ke dalam lift bersama Bagas. Saat pintu lift tertutup dan Weni menekan tombolnya. Weni langsung memeluk Bagas.

“Weni, ini kantor. Nanti kelihatan dari CCTV.”

“CCTV nya masih rusak.” Weni menangkup pipi Bagas lalu mencium bibirnya.

Bagas tersenyum saat Weni melepas ciumannya. Bagas Meraih pinggang Weni dan menyatukan keningnya.

“Perlakuanmu membuatku semakin jatuh hati, sayang!” ujar Bagas.

“Gombal!”

“Hm!” Bagas mengecup kening Weni, lalu memeluknya.

“Mas sudah makan?”

“Sudah tadi di kantin. Kenapa kamu mau masakin.” Keduanya tertawa dan menyatukan keningnya.

“Nanti pulang ke rumah kamu ya. Aku masakin.”

“Ke rumah Ibu?”

“Bukan Mas ... tapi ke rumah Mas sendiri. Bukannya sudah jadi rumahnya.”

“Iya … tapi peralatan masaknya belum lengkap.” Bagas melirik tombol lift dan rupanya baru sampai lantai 25.

“Gak apa-apa. Aku masak telur ceplok, mau?” Keduanya tertawa sambil berpelukan.

“Sudah ya. Sebentar lagi sampai,” ucap Bagas melepas pelukannya.

“Ikut sebentar ke ruanganku!”

“Gak sayang! Sebentar lagi jam pulang kerja. Mas harus serah terima pergantian Shift.”

“Ya sudah! Pulang nanti tunggu aku di tempat biasa ya. Di halte.”

“Iya! Jangan lama-lama ya! Karena habis ini aku serah terima.” Weni mengangguk dan tersenyum, mereka seketika bersikap biasa ketika pintu lift terbuka. Weni keluar dari lift di ikuti Bagas. Weni berjalan ke arah ruangannya. Sedangkan Bagas berpindah lift karyawan.

Bagas tersenyum sendiri saat di dalam lift, hatinya begitu berbunga-bunga bisa berpacaran dengan atasannya yang begitu cantik. Sedangkan Weni seolah mendapat perhatian yang tidak pernah didapatkan dari kekasihnya, Bian.

Waktu terus berjalan, Bagas sudah menunggu Weni di halte. Dengan sabar ia menunggu Weni. Sesekali ia melihat jam tangannya. Namun, Weni tak kunjung datang. Kemudian ia memutuskan untuk menghubungi Weni.

Bagas mengambil ponselnya, tetapi saat hendak menghubungi ponsel Weni. Rupanya Weni justru menghubungi dirinya lebih dulu. Bagas tersenyum kemudian meletakkan ponsel di telinganya.

“Ya sayang.”

“Mas … maaf ya! Sepertinya aku gak jadi ikut pulang sama Mas. Aku mau ketemu klien,” ujar Weni. Bagas tersenyum dan mengerti posisi Weni.

“Iya, gak apa-apa!” Bagas kemudian memutuskan sambungan ponselnya begitu juga Weni. Bagas kemudian memutuskan untuk pulang.

Sementara itu Weni yang sedari tadi melihat Bagas dari kejauhan dari dalam mobil, ia begitu merasa bersalah sudah membohonginya, membohongi ketulusan cinta seorang satpam. Weni mempunyai alasan tersendiri mengapa dirinya membatalkan untuk pulang bersama Bagas, lantaran ia ingin bertemu dengan Bian. Sedikit banyaknya Weni teringat dengan ucapan Tiara, yang mencurigai Bian mempunyai hubungan khusus dengan sekretarisnya.

Weni melajukan mobilnya saat motor Bagas sudah melaju jauh. Kemudian ia menuju apartemen kekasihnya.

Sesampainya di apartemen dan ketika membuka pintu kamar Bian. Weni begitu terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Weni melihat Bagas sedang menggagahi sekretarisnya, Rara. Weni berdiri mematung dan masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Suaranya tertahan di tenggorokan dan hanya air matanya yang menetes di pipinya.

“Weni!” pekik Bian lalu meriah celananya, sedangkan Rara menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Weni membalikkan badannya dan menangis tanpa suara. Jalannya sedikit terhuyung.

“Weni!” panggil Bian sambil mengejarnya. Weni berpegang tembok dan tetap masih menangis.

“Weni!” Bagas Meraih tangannya.

“Aku bisa jelaskan!” terang Bian. Weni menatap Bian kemudian menamparnya.

“Cukup!” teriak Weni di depan wajah Bian.

“Sudah cukup! Apa yang mau Mas jelaskan. Semua sudah jelas. Selama ini aku terus memaafkan kesibukan Mas, yang jarang mempunyai waktu untukku dan aku memakluminya. Tapi untuk hal ini, aku sudah tidak mau mentolerir lagi, Mas! Kesalahan yang satu ini begitu fatal.” Weni mendorong Bian.

“Hubungan kita selesai!” Weni melepaskan cincinnya lalu melemparkannya ke wajah Bian.

Weni berjalan keluar dari apartemen di ikuti Bian. Bian meraih lengan Weni sebelum Weni menekan knop pintu.

“Sayang! maafkan aku! Kita tidak mungkin putus begitu saja. Bagaimana dengan kerja sama perusahaan kita?”

“Aku tidak peduli!” Weni mengibaskan tangannya lalu berlari keluar.

Bian mengusap kasar wajahnya dan melihat Weni berlari. Ia tidak menyangka hubungannya dengan Weni hancur begitu saja hanya karena ulah isengnya pada sekretarisnya, Rara. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada orang tuanya dan orang tua Weni.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

huuuuffffttt penyesalan selalu datang di akhir cerita deeeeh karena jika datang di awal itu mah namanya pendaftaran seeeeh 🤣🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃🏃

2023-02-10

1

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

naaaah lhoooo Wen....apa yang kamu takutkan ternyata menjadi kenyataan karena Bian ternyata melakukan hubungan badan dengan sekretarisnya Rara tuuuuh

2023-02-10

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

waaah Weni rela mengubur rasa cintanya pada Bagas demi kelangsungan hidup para karyawannya

2023-02-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!