"Aku tahu kau sedang apa."
"Apa dia tahu kalo aku sedang mencari pintu rahasia?"
Alana kembali mengusap keringat di dahinya, habislah.
"A--apa? Memangnya apa yang aku cari?" Alana berusaha memasang wajah setenang mungkin. Walaupun dalam hatinya benar-benar takut.
"Kau pasti mencari ...."—Alana mengusap keringat di dahinya.
"Kau pasti mencari kamar mandi, 'kan?"
"Apa?!" kaget Alana "Kamar mandi?" lanjutnya.
"Iya, kau orang baru di sini. Pasti kau tidak tau beberapa tempat di sini, makanya aku pikir kau sedang mencari kamar mandi," ujarnya.
Alana mengembuskan nafas lega. "Syukurlah, dia tidak curiga."
"I--iya memang benar aku mencari kamar mandi. Aku pikir kamar mandinya ada di sini, tapi setelah aku cari tidak ada."
"Di sini tidak ada kamar mandi, kalo kau ingin ke kamar mandi. Kau pergi ke arah sana! Nanti kau belok ke sebelah kiri di sana ada satu pintu kamar mandi untuk tamu."
"Ohh, iya. Terima kasih."
"Baiklah, aku permisi."
"Siapa namamu?"
Dia berbalik. "Aku Alesha . Adiknya kak Levin."
"Jadi dia adiknya Levin, dari cara berbicaranya aku tau sikap dan perilakunya tidak seperti kakaknya."
"Kalau kau?"
Alana mengulurkan tangannya. "Aku Alana,"
"Salam kenal, aku permisi!"
"Silakan."
Alana mengusap wajahnya. Hampir saja.
"Sebaiknya aku cari ke sana saja, karena di sini tidak ada apapun."
Alana pun pergi ke arah yang ditunjukkan Alesha tadi, mungkin saja dia bisa menemukan apa yang dia cari di sana.
"Semoga saja aku menemukannya, aku tidak punya banyak waktu."
Alana kembali menyusuri setiap ruangan yang ada di lorong tersebut, dia harus segera menemukan kamar rahasia sang mafia. Waktunya hanya sampai besok untuk menemukan Devano.
Alana tiba di depan pintu sebuah ruangan yang terlihat asing dibandingkan dengan pintu-pintu ruangan lainnya.
"Apa mungkin ini ruangannya?"
Alana mulai berusaha membuka pintu yang terkunci itu. "Terkunci, aku yakin ini pasti ruangannya." Alana kembali berusaha untuk membuka pintunya.
Saat Alana berkutat dengan pintu tersebut. Dia mendengar suara langkah kaki berjalan ke arahnya.
"Siapa itu?" Alana segera bersembunyi di balik salah satu pilar.
Ternyata dia adalah Levin. Levin memasuki ruangan yang berusaha Alana buka. "Jadi kunci ruangan itu ada padanya, sekarang bagaimana aku mengambil kunci darinya?".
Tak lama Levin kembali keluar dari ruangan tersebut dan kembali menguncinya. Dia memasukkan kunci berwarna gold itu ke saku celananya.
"Aku harus mendapatkan kunci itu, Agar bisa masuk ke dalam."
Alana pergi mengikuti ke mana Levih pergi. Dia harus mendapatkan kunci itu bagaimanapun caranya, waktunya tinggal sedikit.
----------------
Di sisi lain Anaya dan Arif sedang khawatir karena tidak bisa menghubungi Alana. "Kak, Alana kok gak bisa ditelpon!" panik Anaya.
"Kakak juga udah coba buat telpon Alana, tapi gak bisa. Kayanya dia lagi ditempat yang tidak ada sinyal."
"Terus kita harus gimana? Aku takut Alana kenapa-kenapa."
"In Syaa Allah, enggak. Kita berdoa semoga Alana baik-baik aja di manapun dia berada."
Arif juga sudah menelpon teman-teman Alana tapi mereka mengatakan Alana tidak ada bersama mereka, Arif juga sudah menyuruh Saga untuk pergi ke kost-kostan Alana.
"Dad!" panggil Alex.
"Sayang, aku mau ngobrol dulu sama Alex" ujar Arif mengelus pipi Anaya.
"Iya, aku akan terus berusaha telpon Alana." Arif menganggukkan kepalanya. Dia pun segera keluar untuk menemui Alex.
Semoga saja Alex bertemu dengan Alana di kost-kostannya.
"Gimana, Lex, Apa Kakak kamu ada di kost-kostan?"
Alex sedikit bingung menjawabnya, karena saat dia pergi ke sana dia sama sekali tidak menemukan Alana. Bahkan kata pemilik kost-kostan Alana tidak pernah nge-kost di sana, lalu ke mana Alana?
"Jawab, Lex! Apa kamu bertemu dengan kakakmu?"
"Tidak," jawabannya. "Maksudnya? Kamu pergi ke sana, 'kan?"
"Iya, Alex pergi ke sana. Tapi kata pemilik kost-kostan kak Alana tidak pernah nge-kost di sana."
"Apa?!" kaget Arif'
Jika Alana tidak nge-kost di sana ke mana dia?
----------------
"Aku harus segera mengambil kunci kamar itu." Alana berjalan mendekat ke arah Levin. Di sana lumayan ramai jadi jika Alana mengambil kunci dari saku celana Levin, Dia tidak akan sadar.
Dengan perlahan-lahan Alana memepetkan dirinya kepada Levin. Dia memperhatikan gerak-gerik Levin dan orang-orang di sana, mereka tidak boleh tau apa yang ingin Alana ambil.
Dengan perlahan-lahan akhirnya Alana berhasil mengambil kunci ruangan itu dari saku celana Levin.
Dia segera menjauhkan diri.
"Aku harus cepat." Alana dengan buru-buru pergi kembali menuju ruangan tadi.
Sampai tiba-tiba dia tak sengaja menabrak seseorang.
Bugh!
"Haaah!" Alana hampir saja terjatuh, untung dia bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Kau!" bentak orang yang tak sengaja Alana tabrak.
Alana perlahan melihat siapa yang dia tabrak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments