Part 2

"Jangan gila kamu Alana, misi ini bukan main-main!"

"Alana tau, tapi kenapa kita gak coba? Siapa tau, 'kan kalo Alana yang pergi mereka gak curiga," ujarnya memohon.

Komandan Kim benar-benar bingung memikirkannya, memang tidak ada salahnya jika dicoba. Tapi masalahnya tidak semudah itu, apa lagi Alana tidak ada pengalaman sama sekali. Yang punya banyak pengalaman seperti Devano saja bisa tertangkap apa lagi Alana yang tidak ada pengalaman dan pengetahuan yang cukup dalam hal ini.

"Alana...."

"Please! Kasih Alana waktu sebulan, kalo Alana berhasil ngasih informasi. Komandan bisa percayakan semuanya sama Alana."

"Jika dalam sebulan kamu tidak berhasil memberi info?"

"Alana akan mundur, dan tidak akan melanjutkan misi ini."

"Baiklah, jika itu maumu, lalu bagaimana dengan orang tuamu? Apa yang mau kamu katakan pada mereka? Karena misi ini tidak bisa sehari dua hari, bisa berbulan-bulan bahkan mungkin bertahun-tahun."

"Kalo soal itu komandan tenang! Alana akan katakan pada mereka. Alana akan nge-kost dekat kampus karena Alana masih semester satu jadi Alana bisa bikin alasan untuk itu."

"Hmm..."

"Jadi untuk tahap pertama apa yang harus kita lakukan?" tanya Alana, tekadnya sudah bulat sekarang. Dia akan menyelamatkan Devano apapun yang terjadi, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan komandan Kim yang dia bujuk susah payah.

"Pertama "

.

.

.

.

"Bun, Dad. Ada yang mau Alana omongin," ujarnya ditengah-tengah makan malam.

Ayana dan Arif saling pandang. "Apa, sayang?" tanya Ayana.

Alana jadi gugup, bagaimana jika Arif tidak mengizinkannya?

"I--itu ... itu ...?"

"Itu apa Alana?" kini Arif bersuara dengan nada dingin membuat Alana tidak yakin untuk mengatakannya.

Ayana yang melihat ketakutan Alana pun memegang tangan putri satu-satunya itu.

"Bilang aja, gak papa."

"Tapi Bunda sama Daddy jangan marah, ya?"

"Apa dulu? Kalo bukan hal yang aneh-aneh bunda sama Daddy gak akan marah, kok."

"Bun, Dad. Jarak dari rumah ke kampus, 'kan jauh. Alana mau minta izin nge-kost di dekat kampus supaya Alana gak terlalu jauh pulang-perginya," ujarnya memberanikan diri.

Ayana dan Arif kembali saling pandang. "Alana,kan punya mobil sendiri buat pulang pergi. Ngapain harus nge-kost?"

"Bunda tau, 'kan Alana sering kesiangan dan selalu ketinggalan pelajaran, kalo nge-kost dekat kampus Alana jadi gak telat terus. Walaupun berangkatnya siang."

"Gimana, ya?"

"Bolehlah, Bun. Katanya Daddy sama bunda mau Alana fokus kuliah, tapi kalo Alana telat terus kapan selesainya."

Alana masih terus berusaha untuk membujuk kedua orang tuanya agar mengizinkan dirinya untuk nge-kost.

"Nge-kost di mana? Keamananya gimana?" tanya Arif.

Alana melebarkan senyumnya. "Di kos-kosan dekat kampus sebrang jalan itu, dan kost-kostannya juga khusus cewek, ada CCTV yang pastinya menjamin keamanan."

Arif berpikir sejenak, apa iya dia harus memberi izin putri kesayangannya nge-kost di luar?

Tapi benar juga yang dikatakan Alana. Jika dia sering terlambat bagaimana dia bisa cepat-cepat menyelesaikan kuliahnya.

"Oke, Daddy kasih izin. Tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Kamu harus sering-sering komunikasi sama Daddy atau Bunda, dan harus jaga diri baik-baik. Karena dunia luar itu kejam."

"Iya, Daddyku sayang. Tenang aja! Ini juga bagus untuk melatih kemandirian Alana, iyakan, Bun?"

"Iya, sayang. Yang terpenting kamu harus belajar yang bener! Jangan aneh-aneh!"

"Siap."

Alana memeluk kedua orang yang paling berharga dalam hidupnya.

'Maaf, Bun, Dad. Alana untuk pertama kalinya bohong sama kalian, tapi Alana gak ada pilihan lain!' tangis Alana dalam hati.

Ini untuk pertama kalinya dia berbohong kepada kedua orang tuanya.

----------------

"King, pesta pertemuan sudah siap. Apa ada yang perlu kami tambahkan?"

"Tidak, cukup pastikan saja semua berjalan dengan lancar. Saya tidak mau ada kekacauan."

"Baik."

Malam ini adalah malam pesta pertemuannya dengan Klien-klien penting. Setiap tahun dirinya memang sering mengadakan pesta pertemuan seperti ini, teman bisnisnya dari berbagai negara datang untuk menghadiri undangan sang king.

"Alana, malam ini dia akan melaksanakan pesta pertemuan dengan seluruh klien pentingnya. Kamu harus bisa masuk ke sana sebagai perancang pesta."

"Hati-hatilah! Karena keamanan yang sangat ketat. Jika kamu salah langkah maka kamu akan tertangkap, jika kamu ingin memberi informasi atau berkomunikasi cukup aktifkan tombol yang ada dibalik kalung hati yang kamu pakai ini. Saya akan mendengar apa yang kamu katakan."

Itulah pesan-pesan komandan Kim sebelum mengirim Alana pergi untuk menjalankan misi menyelamatkan Devano.

"Aku datang Dev"

Secara perlahan Alana mulai memasuki area rumah mewah yang sudah dihias dengan begitu mewahnya.

Banyak penjaga yang ada di sana. Di mulai dari bodyguard laki-laki dan perempuan yang memeriksa setiap tamu yang datang, karena tidak bisa sembarang orang masuk apa lagi yang tidak memiliki kepentingan. Ditakutkan dia adalah penyusup atau mata-mata.

"Maaf berikan kartu tanda pengenal anda," ujar seorang wanita yang bertugas memeriksa setiap tamu yang datang.

"Iya, ini!" Alana menyerahkan kartu tanda pengenal yang palsu, komandan Kim sebelum Alana pergi dia lebih dulu membuatkan kartu tanda pengenal palsu karena sudah pasti setiap yang mau masuk harus menunjukkannya.

"Jadi kamu ini perancang pesta tambahan?"

"Iya, saya perancang pesta tambahan."

"Baik, silakan lewat sini! Kami harus memastikan Anda tidak membawa barang-barang yang dilarang. Seperti korek api, pist0l dan senjata tajam lainnya."

Alana dengan perlahan memasuki sebuah alat deteksi bahaya yang disediakan.

Tiiiit!

Deg!

Astaga! Kenapa saat Alana melewatinya malah berbunyi.

"Tangkap dia!"

"A--apa ini? Sa--saya tidak membawa senjata tajam!" panik Alana.

"Kalo kamu tidak membawa senjata tajam atau yang lainnya. Kenapa alat ini berbunyi?!" bentak wanita tadi.

"Sa--saya tidak tahu, tolong jangan apa-apakan saya!"

"Bawa!"

"Ayo!"

"Lepas! Tolong, saya tidak membawa apapun."

Kedua bodyguard tadi membawa Alana kesebuah ruangan yang gelap.

Brak!

"Kenapa saya dibawa ke sini?"

"Diam!"

Alana benar-benar ketakutan, kenapa mereka membawanya keruangan gelap seperti ini? Tuhan. Semoga tidak terjadi apapun.

"Dev, aku takut!"

Alana berkeringat dingin. Ini benar-benar menakutkan, pantas saja seorang Devano yang profesional sampai kalang kabut saat berada di sini ternyata memang menyeramkan.

Apa yang akan terjadi dengannya? Apa mafia itu akan menghabisi nyawanya?

Tidak-tidak!

Siapapun tolong!

"Tenang Alana, tenang! Kamu harus tenang!" Alana mengusap keringat di dahinya, ini benar-benar menakutkan.

"Dia ada di dalam."

Alana membekap mulutnya. Kedua bodyguard tadi memberi tahu siapa bahwa dirinya ada di dalam? Apakah itu mafia yang ....

"A--astaga! Bagaimana jika dia ...? Tidak-tidak! Dia tidak akan menghabisiku." Alana benar-benar panik setengah mati apa lagi mendengar derap langkah besar mendekatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!