Learn To Love You

Learn To Love You

Part 1

Seorang gadis cantik sedang berdiri di pinggir danau. Dia tengah menunggu seseorang.

Angin berhembus kencang di sore hari yang indah ini, sunset terlihat begitu cantik. Cahayanya yang menerpa wajah seorang gadis yang tengah tersenyum menunggu sang kekasih.

"Sayang!"

Gadis itu berbalik dan tersenyum, secepat kilat dia langsung memeluk sang kekasih.

"Aku merindukanmu," ujarnya.

"Aku juga."

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, tapi tidak seru karena gak ada kamu."

Laki-laki tersebut hanya tersenyum menanggapi ucapan sang kekasih.

"Kamu perginya lama!" keluhnya.

"Ya mau gimana lagi? Kerjaanku, 'kan ejen rahasia. Aku harus menyamar demi membuka kedok para pembisnis gelap, yang otomatis aku gak bisa berkomunikasi dengan orang luar selama itu."

Gadis itu hanya berdecak kesal, memang bukan hal yang mudah memiliki seorang kekasih yang punya kewajiban yang cukup rumit. Apa lagi harus berurusan dengan mafia, *******, dan hal-hal bahaya lainnya.

"Sayang!"

"Apa?"

"Kalo misalnya aku ikut kamu gimana?"

"Ikut maksudnya?"

"Iya, aku jadi ejen rahasia kaya kamu juga. Biar kita sama-sama bisa menyamar untuk membongkar kasus-kasus yang kamu tanganin."

"Alana, jadi ejen itu gak mudah. Resikonya tinggi apa lagi kalo harus berurusan dengan mafia dan *******, nyawa taruhannya jika kamu gagal dalam misi lalu ketahuan mereka gak akan lepasin kamu gitu aja."

"Iya aku tau, tapi aku pengen kaya kamu."

"Gak bisa, dengerin aku! Menjadi ejen rahasia seperti aku ini itu bukan main-main. Sekali kamu salah langkah dan ketahuan kamu bisa tinggal nama, dunia seperti itu kejam Al Mereka tidak akan mudah untuk percaya dengan orang asing."

"Jadi aku mohon! Jangan kamu berpikiran untuk mengikuti jejak aku. Karena kalo Tuhan tidak menolong aku dalam setiap misi. Aku pasti udah beda alam sama kamu sekarang."

Drett!

"Siapa?"

"Aku dapat SMS. Ada misi baru, aku harus pergi mungkin untuk tiga bulan."

"Apa tiga bulan? Lama banget!"

"Iya soalnya kali ini misinya membongkar bisnis gelap dari seorang mafia, dan itu tidak mudah ada resiko yang tinggi yang harus aku hadapi."

"Kalo gitu jangan! Kamu tolak aja."

"Gak bisa, ini perintah!"

"Tapi aku takut kau kenapa-kenapa."

"Selagi aku mengandalkan Tuhan. Kamu percaya bahwa aku akan baik-baik saja."

...----------------...

"King, pengiriman barang untuk Tuan Lu She Cheng sudah kami kirim."

"Bagus, ada lagi?" tanyanya cuek.

"Tidak hanya itu, permisi!"

"Hmmm"

Seorang pria yang akrab dipanggil King tersebut tengah duduk di kursi kebesarannya sambil melihat-lihat foto gadis-gadis yang akan dia jadikan barang berikutnya, barang apa? Itu rahasia.

Dia adalah, Levin Christensen berusia 30 tahun yang mendapat gelar king mafia. Bisnisnya di siang hari boleh santai-santai, tapi di malam hari bisnisnya ilegal. Soal kekayaan tidak perlu diragukan.

Apapun yang dia inginkan harus terjadi, tidak boleh ada kata tidak, Itu prinsipnya.

Dia memiliki dua orang adik perempuan, Alesha Christensen—Adik ketiga, Almahira Christensen —Adik keduanya, Melda Christensen —Ibunya, Zaida—Neneknya, Reno—Pamanya, dan Larasati—Bibinya. Mereka memiliki anak laki-laki bernama Raiden.

Mereka tinggal dalam satu rumah mewah, yang tentu saja rumah itu dibangun oleh Levin. Segala sesuatu yang terjadi di rumah itu hanya berlaku atas izin Levin.

Siapapun yang tinggal di rumah itu harus mengikuti segala peraturan yang dibuat oleh Levin. Termasuk keluarganya sendiri, jika ada yang melanggar? Maka. Siap-siaplah masuk ke dalam rumah peliharaan kesayangannya, kandang harimau sumatera yang sangat buas.

Apa ada yang berani menentang? Tentu tidak ada.

Levin tidak mengenal kata keluarga jika sudah berurusan dengan bisnisnya.

Apapun akan dia lakukan, bahaya sudah sering dia hadapi.

...----------------...

Sudah tiga bulan lamanya Devano—Kekasih Alana, menjalankan misi menjadi ejen rahasia untuk membongkar kedok bisnis gelap seorang mafia.

Tak ada kabar atau berita tentangnya. Selama itu Alana terus dirundung rasa khawatir, yang dia tau mafia yang satu ini sangat berbahaya. Dia takut Devano kenapa-kenapa.

Pada akhirnya Alana memberanikan diri untuk mendatangi sebuah gedung, di sanalah tempatnya para ejen rahasia berkumpul dan diawasi oleh ketua-ketua serta pelatih, di sana juga tempat pelatihan ejen-ejen baru dengan segala ujian-ujian yang harus mereka lewati agar bisa menjadi ejen rahasia profesional.

Alana datang ke sana seorang diri, dia benar-benar khawatir dengan Devano. Firasatnya mengatakan telah terjadi sesuatu dengan sang kekasih.

"Tempatnya begitu seram," ujarnya.

Gedung yang menjulang tinggi di tengah-tengah hutan benar-benar mengerikan, di sana banyak orang lalu-lalang dengan pakaian serba hitam. Kebanyakan orang-orang di sana adalah laki-laki, mungkin karena misi ejen rahasia ini berkaitan dengan bahaya. Ada beberapa wanita juga. Namun, tak sebanyak laki-lakinya.

"Tunggu!"

"I--iya?"

"Ada keperluan apa, anda datang kemari?"

"S--saya mau mencari komandan Kim."

"Kenapa anda mencarinya?"

"Ada keperluan."

"Baik, mari ikut saya! Tapi anda tidak membawa orang lain, 'kan?"

"Apakah bapak melihat orang lain di belakang saya?"

"Tidak."

"Itu artinya saya sendiri."

"Hmmm"

'Menyebalkan!'

Alana berjalan menyusuri lorong-lorong yang gelap, cahayanya hanya dari lampu-lampu kecil saja, Yang tidak terlalu terang.

Setelah berjalan cukup jauh akhirnya mereka tiba di depan sebuah ruangan.

"Masuklah! Komandan ada di dalam, Tapi jangan macam-macam! Karena disetiap penjuru ruangan ini ada kamera pemindai, kalo kamu berani melakukan sesuatu maka akibatnya akan sangat buruk!"

Alana menelan ludahnya, tempat ini benar-benar menyeramkan. "I--iya."

Alana dengan perlahan-lahan membuka pintu yang cukup besar itu.

"Ada keperluan apa?"

Deg.

Alana benar-benar terkejut mendengar suara berat itu.

"Ma--maaf komandan. S--saya datang kemari ingin menanyakan sesuatu." Alana benar-benar gugup berhadapan dengan sosok bertopeng ini.

Dia membalikkan badannya. "Pasti yang ingin kamu tanyakan hal yang sangat penting, karena tidak mungkin kamu memiliki nyali datang ke sini jika bukan karena hal penting, bukan?" tanya komandan Kim—Atasan Devano.

"Betul."

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Soal Devano?"

"Devano?"

"Iya."

"Kenapa dengan dia?"

"Saya kekasihnya, tiga bulan lalu dia izin ingin pergi untuk menjalankan misi yang diberikan oleh komandan. Tapi ini sudah hampir lebih dari waktu tiga bulan, kenapa Devano belum kembali?"

Komandan Kim memalingkan wajahnya yang semakin membuat Alana yakin pasti ada sesuatu yang membuat Davano sampai saat ini belum kembali.

"Dia, 'kan sedang menjalankan misi dan butuh waktu lama, tidak bisa sebentar."

"Saya tau, tapi seberbahaya apapun misi itu. Jika Davano pamit untuk pergi tiga bulan atau dua bulan. Dia pasti akan pulang tempat waktu, tapi ini sudah lewat dari tiga bulan."

"Jadi mau kamu apa?"

"Kasih tau saya yang sebenernya, apa yang terjadi dengan Devano? Pasti ada sesuatu. Firasat saya tidak akan pernah salah."

"Yakin kamu ingin tau?"

"Yakin!"

"Denger ini baik-baik! Tiga bulan lalu kami mengirim Devano untuk pergi menjadi mata-mata rahasia ke sebuah tempat yang berbahaya, satu bulan pertama kami masih berkomunikasi dengannya. Dia juga sudah berhasil memberi beberapa bukti tentang bisnis gelap sang mafia, tapi masuk bulan kedua. Kami tidak lagi menerima laporan atau berkomunikasi dengannya, Kami mencoba untuk menghubunginya, tapi tak bisa, Beberapa hari kemudian, kami mendapatkan pesan kecemasan yang dipasang di alat komunikasi dengan Devano. Setelah itu ada suara misterius yang terekam, yang bunyinya adalah 'Hidup atau mati, kau akan tetap berada di sini' disitu kami berpikir mungkin saja Devano ketahuan dan berada di penjara mafia," jelasnya.

Alana membekap mulutnya tak percaya. "Apa! Kenapa komandan tidak berusaha untuk menyelamatkan Devano jika itu benar."

"Kami sudah berusaha, tapi sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam lingkungan mafia itu. Karena keamanan yang sangat ketat, dan kami pun tidak tahu di mana Devano berada."

Alana rasanya benar-benar sedih, sudah dia katakan. Jangan pergi! Tapi kenapa Devano tetap pergi.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

"Hanya ada dua pilihan, mengirim orang lain datang ke sana dan mencari keberadaan Devano dengan risiko yang sama, atau kita terima apa yang terjadi dengan Devano, Mungkin saja saat ini Devano sudah tewas."

"Tidak! Devano pasti baik-baik aja, komandan. Kita pilih yang pertama."

"Gila kamu! Siapa yang mau datang ke sana mengorbankan nyawanya hanya untuk Devano, Kami tahu Devano itu anggota kami yang terbaik, tapi kami tidak mungkin mengorbankan nyawa yang lain demi satu nyawa. Syukur-syukur kalo Devano hanya disiksa dan masih hidup, kalo tidak? Ejen selanjutnya ketahuan disiksa pula, ini perangkap mafia risikonya tinggi!" bentak komandan Kim.

"Apa-apaan Alana ini? Dia pikir berurusan dengan mafia mudah apa." batin komandan Kim dalam hati.

"Kalo gitu, kirim Alana saja."

Komandan Kim melototkan matanya mendengar penuturan Alana.

BERTEMBUNG....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!