Iya sibuk merasakan dentuman dan tuman Menyenangkan di dalam dadanya ketika menyadari siapa pria yang berada di luar pagar itu .
Pria itu akhirnya tanpa pasrah dan menguntungkan kameranya ke lehernya lalu masuk melalui pagar. ia tak sengaja melihat kerumunan yang tengah menatapnya dan berasal dari rumah di sebelahnya . Tatapannya pun bertemu dengan tetapan Kiara , dan ia hanya menyunggingkan senyum sopan sebelum akhirnya berlalu tanpa kata-kata .
" Tunggu !" seru Kiara . teriak gadis itu berhasil menggantikan pria itu tepat beberapa meter sebelum ia mencapai pintu . Pria itu berbalik ,pandangannya kembali bertemu dengan milik Kiara .
Kiara mengamati paras pria itu baik-baik, pria itu memiliki mata sipit, kulit putih, hidung mancung, bibit tipis dan rambut yang tertata sempurna di balik topi yang sedang dikenakannya , tak salah lagi dia adalah Vano .
Kiara berpakaian pria itu pun patut diacungi jempol. terkesan modern dan sangat mengikuti mode terbaru . Bagi orang-orang yang sekolah desain sepertinya , cara berpakaian seseorang menentukan sifat orang tersebut . Dan melihat dari tampilan orang tersebut yang memakai pakaian yang didominasi warna hitam , pria itu terkesan misterius . Seperti memiliki sesuatu yang disembunyikan atau memiliki sifat yang berbeda dari biasanya. Kiara bisa merasakan hal itu.
Namun , Ia juga merasa bahwa pria itu memiliki sisi hangat di balik wajahnya yang tampak dingin dan sorot mata yang tajam. Entah dari mana Kiara mengetahuinya ,Ia hanya tahu . Karena yang merasa mengenal pria itu, bukan hanya merasa , tapi ya memang mengenali pria itu.
" Iya kenapa ?" tanya pria itu ,keningnya berkerut menandakan rasa bingung Tengah melandanya.
" Apakah kau Vano ?" tanya Kiara belum nyaris tak terdengar .
Namun pria itu bisa mendengarnya dan dengan gerakan ringan ia menjawab. " Iya aku Vano. apa Kita pernah bertemu di suatu tempat ?"tanya pria tersebut .
Saat itu , entah apa yang dirasakan Kiara .kecewa , sedih, dan bingung datang nyaris persamaan . Ibunya pun menatap pria bernama Vano itu dengan pandangan aneh begitupun dengan Marsha . sementara Darren sibuk mengelus-elus pundak Kiara yang dirasanya akan segera menangis.
" Apa kau tidak mengenali anakku?" Tanya ibu Kiara .
Vano menatap Kiara lalu menghadirkan bahunya " Entahlah aku tidak ingat."
Kiara mengepalkan telapak tangannya, berusaha menahan amarah yang tiba-tiba menguasainya.
" Jika tidak ada yang mau kalian tanyakan lagi, aku akan masuk ke dalam" ujar Vano sambil menunduk singkat dan kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.
" Tunggu!!!" Kini Kiara menjerit, membuat Vano kembali menghentikan langkahnya dan dengan malas kembali berbalik menatap Kiara seolah-olah gadis itu orang yang tidak berguna yang telah mengganggu waktunya.
" Ada apa lagi? Aku tidak punya banyak waktu" ujarnya
" Kamu.... Benar-benar tidak mengingatku?" Katanya Kiara lagi
Vano mengernyitkan keningnya, memutar bola matanya , untuk Setidaknya menemukan satu saja memori tentang gadis itu, namun hasilnya nihil. Tidak ada yang bisa ya temukan,jadi akhirnya ia menggeleng.
" Aku benar-benar tidak tahu siapa kamu , aku juga tidak ingat pernah bertemu denganmu sebelumnya ."
Kiara menggigit bibirnya, kepalan tangannya semakin mengerat . Ia menatap pria itu tajam, berusaha melihat setidaknya sedikit harapan bahwa pria itu sedang bercanda atau ia berbohong dari kejauhan, Namun tidak ada sama sekali. Pria itu sepertinya memang tidak tahu siapa dirinya , dan itu membuatnya marah sekaligus bingung .
" Sudahlah , nanti Ibu tanyakan pada Nyonya Alexander." ujar ibunya sambil mengelus-elus Bunda Kiara lembut .
" Ada lagi yang ingin kalian katakan?Kalau tidak aku permisi .." ujar Vano lalu kembali berbalik.
" Hey, kau benar-benar tidak mengingatku? Apa yang salah denganmu ? Vano Alexander!!!!"Teriak Kiara, namun Vano tak lagi berbalik . Pria itu malah memegangi telinga kirinya yang merasa sakit mendengar teriakan Kiara lalu masuk ke dalam rumah .
___
Manual Alexander benar-benar merasa keputusannya untuk memilih mengikuti keluarganya kembali ke Indonesia adalah salah satu kesalahan besar yang telah ia lakukan . Entah kenapa saat ia Baru saja sampai di Bandara Soekarno Hatta ,kepalanya terasa pusing dan untuk pertama kalinya pria itu merasakan bagaimana rasanya jet lag. Akhirnya, pria itu pun hanya bisa tertidur di sepanjang perjalanan menuju rumah lamanya , sebenarnya ia tak ingat jelas dengan kota ini . Iya tak ingat Di mana rumah lamanya , Ia pun tak ingat seorangpun di sana . maka karena itu awalnya yang sangat menolak untuk kembali. Ia takut merasa tidak nyaman namun orang tuanya memaksa dan karena ia pun ditugaskan ke negara ini untuk urusan pekerjaan , jadi iya lebih memilih mengalah .
Setibanya di depan rumahnya , tidur Vano harus di ganggu oleh ibunya yang membangunkan nya dengan kasar karena ia tak juga bangun. Begitu Vano membuka mata , ia merasa berada di daerah yang sangat asing. Padahal kata ibunya, ini adalah tempat di mana Vano tumbuh. tapi entah kenapa , sejak ia menghentikan terapinya beberapa tahun yang lalu ,Iya tak mau lagi berusaha menggoreng-ngorek ingatannya . Dan sekarang ia semakin merasa asing di tanah kelahirannya sendiri .
Sebelum turun dari mobil, Vano mengeluarkan ponselnya dan menyalakannya . Begitu terkejutnya ia mendapati ada 10 pesan masuk dan 7 miscall yang semuanya berasal dari satu orang dalam kontaknya yang bernama Windy.
Dia itu segera menghubungi orang bernama Windy itu kembali lalu menempelkan ponselnya di telinga kanannya sementara ia menyandarkan kembali punggungnya pada sandaran kursi .
" Halo Windy? Maaf aku baru menelponmu sekarang .aku tadi tertidur di sepanjang perjalanan , rasanya lelah sekali sampai di sini." ujar Vano ditelepon.
....
"Hmmm... semuanya masih tanpa asing. sepertinya akan sulit mengingat sesuatu di sini ,sama saja ."lanjut Vano.
...
" Apa? Sudahlah Win , jangan memaksaku seperti itu lagi . jika Ingatanku tidak kembali , tidak apa-apa, tidak ada yang penting juga kan ."
Vano menyipitkan matanya mendengar sesuatu yang dikatakan orang di seberang teleponnya . " Ayolah Windy, jika kau menelponku hanya karena kau peduli pada Ingatanku dan bukan padaku lebih baik aku tidak usah sekalian menghubungiku, aku tutup dulu teleponnya ya ?" ucap Vano Ketus .
Windy kembali berbicara," Iya aku mengerti hmmm... Aku akan segera melapor kepadamu jika aku mengingat sesuatu .ya ya ya bye..." Vano pun memutuskan sambungan teleponnya dan kembali memasukkan ponselnya ke saku celananya . ia mendesah sejenak sambil bersandar pada sandaran kursi mobil
Ada satu hal yang ia benci , yaitu ketika orang-orang mulai memangsanya mengingat sesuatu yang tak bisa ia ingat .ia benci hal itu . Menurutnya tak ada yang penting di masa lalu ,toh ya hidup untuk masa sekarang . Yang terpenting ia bisa membuat memori memori baru di masa depan ,bukan ? ia tak seharusnya terus menoleh ke belakang .
Ah, dan sifat Windy yang keras kepala itu juga Terus mengganggunya . Walaupun Vano menyukai Gadis itu namun sifatnya terkadang membuat Vano gerah sendiri. Gadis itu terus mendesak Vano untuk mengingat masa lalunya , dan hal itu sangat melelahkannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments