Part 2

" Sudah selesai ?" tanya ibu Kiara ketika Kiara dan Marsha kembali ke lantai dasar .

" Sudah dong tante , kami sudah membereskan semuanya." jawab Marsha .

" Aku dan Marsha benar-benar tim yang hebat bukan ? kita berdua bisa membereskan berkadus-kardus barang dalam waktu yang sangat singkat ." kata Kiara sambil mendekat Marsha, marshanya tetap mendengarkannya Begitu juga dengan ibunya Kiara.

" Jika kalian sudah selesai , sana makanlah makan siang sudah Ibu siapkan " kata ibu Kiara.

" Baiklah tante," jawab Marsha dengan semangat.

Belum sempat mereka beranjak, tiba - tiba terdengar suara bel pintu. Baru saja ibu Kiara hendak berjalan kembali kearah pintu. Kiara menyelahnya terlebih dahulu.

"Ibu, biar aku saja." ujar Kiara

Kiara berjalan menuju pintu utama rumahnya dan menekan tombol interkom untuk melihat siapa yang baru saja menekan bel rumahnya. Begitu layar interkom menyala, mata Kiara berbinar.

“Kiara, ini aku!” seru seorang pria dengan senyum manisnya sambil mengangkat sebelah tangannya, seolah melambai.

Tanpa membuang waktu, Kiara menekan tombol untuk membuka pintu dan pintu pun terbuka. Sosok pria itu pun masuk ke dalam rumah.

“Wah… Sudah lama sekali aku tidak ke sini,” komentarnya begitu kakinya menginjak lantai mewah rumah Kiara.

“Apaan sih!” seru Kiara.

Pria itu menoleh dan tersenyum. Kiara menghampirinya dan berdiri di sampingnya. “Wah, wah… Adik kecilku ternyata sudah besar, ya?” ujar pria itu sambil mengacak-acak rambut Kiara.

“Hentikan!” pinta Kiara sambil tersenyum, sudah lama sekali sejak ia merasakan momen-momen ini. Momen ketika ia berkumpul bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya.

“Bagaimana sekolahmu di Inggris? Ah… Seharusnya bukan itu yang kutanyakan lebih dulu!” pria itu mengaitkan sebelah tangannya pada bahu Kiara lalu mengacungkan sebelah tangannya ke hadapan Kiara.

“Mana oleh-olehku?”

Kiara hanya tertawa menanggapi tingkah laku pria tersebut. Kiara pun menepukkan sebelah tangannya pada tangan pria tersebut sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Setelahnya, ia melepaskan diri dari rangkulan pria itu dan menatap wajah pria itu, masih sambil tertawa jenaka.

“Itu! Oleh-oleh dariku,” seru Kiara.

“Hei... Mana bisa gitu!”

“Apa yang kalian lakukan? Makanannya sudah mau dingin!” seruan Marsa dari arah sekat menuju ruang makan, menyadarkan mereka untuk segera beranjak menuju ruang makan.

Kiara berlari ke ruang makan, takut akan tertangkap oleh pria tadi sementara pria tadi hanya tersenyum sambil menggaruk-garuk tengkuknya.

“Aduhh… Ternyata dia belum berubah juga,” katanya ketika sudah berada di dekat Marsa.

Marsa segera memukul lengan pria itu. Membuat pria itu berjengit kaget.

“Ya! Ada apa?” seru pria itu.

Marsa hanya tersenyum manis. “Tidak. Aku hanya senang melihatmu lagi, Tuan Daren" ujarnya.

Mata pria yang bernama Daren itu membesar. “Apa-apaan itu? Tuan? Sudah berapa tahun kita saling kenal?!” teriakan Daren yang tak terima diberi julukan formal oleh Marsa, tak didengarkan oleh gadis itu. Alih-alih mendengarkan, gadis itu malah berlalu sebelum Daren sempat protes. Meninggalkan Daren sendirian sementara tersungging senyum tipis di wajah Marsa.

____

" Jadi bagaimana di Inggris?" Tanya ibu Kiara ketika semua sudah berkumpul di meja makan kecuali Ayah Kiara yang sedang berada di luar kota

" Biasa saja" jawab Kiara sambil melahap makanannya.

" Kenapa kau tidak pernah menghubungi kami selama di sana? Kau tahu, Kami selalu menghadirkanmu di sini. Kalau kalau penyakitmu kambuh." Cerocos Daren yang langsung mendapatkan cetakan halus dari Marsha yang duduk di sebelahnya.

"Kak, penyakitku itu sudah sembuh." Kata Tiara sambil cemberut.

" Itu benar, Kiara baru saja pulang, jadi jangan memusingkannya dengan pernyataan menuduh seperti itu!" Seru Marsha

" Aku kan cuma ingin bertanya, untuk jaga-jaga lagi pula aku kan hanya ingin selalu tahu apa yang adik kecilku ini lakukan."

" Emangnya kau siapanya? Sehingga berhak mengetahui segala yang dilakukan Kiara?"

" Hei apa kau lupa aku ini adalah kakaknya."

" Dan perlu kau ingat kau itu bukan kakak kandungnya" bantah Marsha

" Ya kau kan tahu sendiri karena aku menyukainya, ada seberapa besar rasa suka aku padanya kau kan Juga Tahu."

" Sudah sudah, Kenapa kalian jadi ribut gini sih?" lerai Kiara susah payah.

Sambil sedikit tertawa sementara ibunya berdeham di sebelahnya." Aku bukannya pengen menghubungi kalian, aku hanya sibuk. Sekarang kalian tahu sendiri gimana ketatnya di sana hingga tak ada waktu sama sekali buat aku untuk menghubungi kalian, maafkan aku ya." Ucap Kiara.

" Sudahlah, Kiara , yang penting kamu tidak benar-benar melupakan kami kan? Biarkan saja Pilihan ini." Ujar Marsha sambil mendelik ke arah

Daren yang berada di sampingnya hanya bisa mendengar sebuah lalu kembali lanjutkan makanannya.

"Ah.. ngomong-ngomong. Aku ingin memberitahukan sesuatu pada kalian semua." Ujar Kiara tiba-tiba membuat seluruh perhatian tertuju padanya.

" Sebagai pemberitahuan, kalau aku sudah mendapatkan pekerjaan!!" Serunya.

"Banarkah? selamat ya. Aku tahu orang sepintar dirinu pasti akan cepat sukses di sini!"kata Marsha.

"Aduuhhh... Adik kecilku ini sudah dewasa ternyata ya. Ku kira kita akan lebih sering melewati waktu bersama setelah kau pulanh, tapi sepertinya tidak bisa, ya? Kau pasti akan sibuk sepanjang hari, semangat!"sahut Daren, membuat Kiara tersenyum.

"Secepat itu kah? Kalau boleh tau kerjaan apa itu?"tanya sang ibu.

Kiara mengerjap - ngerjapkan matanya lalu menunduk, seoalh menimbang - nimbang apakah ia harus mengatakan ini atau tidak, tapi...

"Sebagai penata busana di sebuah perusahaan majalah fashion." jawab Kiara.

Tiba - tiba keheningan pun melanda meja makan tersebut. Ia tahu, semua orang pasti sangat terkejut mengapa ia bisa memilih pekerjaan kecil seperti itu. Namun, meskipun tawaran lain padanya, bahkan tawaran dengan jabatan yang lebih tinggi, Kiara akan tetap memilih pekerjaan ini.

"Wah.. Kau sangat hebat."kata Daren seingkat sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Marsha segera menyikut perutnya setelah menyadari ekspresi wajah ibu Kiara yang tampak tidak begitu baik.

"Tapi Kia, kenapa kau memilih pekerjaan itu? Menurutku kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari itu dan dengan jabatan yang lebih tinggi. Misalnya kau bisa jadi designer yang sebenarnya?" tanya Marsha, seolah mewakili pertanyaan ibu Kiara yang sudah ada di unung lidahnya.

Kiara tersenyum simpul." itu karena, aku ingin belajar dari bawah. Bagaimana cara mengombinasikan pakaian yang tersedianagar terlihat bagus dan sesuai denganntema, baru aku bisa menciptakan gaya ku sendiri di tingkat yang lebih tinggi." jelas Kiara.

"Baiklah, tidak apa - apa. Apa pun pekerjaannya, kamu harus menjalankannya dengan baik" ucap Ibunya tiba - tiba, membuat Kiara dan yang lain ikut menoleh dan menatap beliau.

"Itu adalah keputusan mu nak, ibu hanya bisa mendukungnya dan mendoakan yang terbaim, bukan kah begitu? Semangat sayang.."ucapan itu pun di akhiri dengan tepukan lembut di bahu Kiara.

"Terima kasih ibu. I LOVE YOU"ucap Kiara memeluk ibunya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!