Safira melengang pulang hanya dengan jalan kaki, karena kebetulan tempat kost Safira tidak jauh dari kantor nya. Sampai di tempat kost Safira menaruh barang barang itu di meja samping tempat tidurnya, karena Safira hanya menyewa kost satu petak saja.
Sudah satu minggu ini Rena teman Safira menghilang, padahal tinggal satu minggu lagi tanggal jatuh tempo, dimana dia harus membayar kost. Dan yang mengenaskan Rena tidak meninggalkan separuh biaya sewa kost miliknya, membuat Safira semakin pusing dengan jalan hidupnya yang penuh dengan terjal dan berliku.
Safira menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, dan melihat langit langit. Ia butuh seseorang untuk menjadikan tempat luapan emosinya saat ini.
" Rajes..... " gumam Safira, ternyata satu minggu ini ia sama sekali tidak menghubungi kekasihnya. Karena seringnya ia lembur diakhir bulan, ia bahkan tidak menyadari sudah mengacuhkan kekasihnya selama itu. Safira hanya sibuk mencari tahu keberadaan Rena yang menghilang tiba tiba, tanpa ia tahu jika kekasihnya pun juga menghilang.
Berkali kali Safira menghubungi nomor kekasihnya, namun sama sekali tidak tersambung sama seperti nomor Rena saat ini. Pikiran buruk pun mulai bermunculan tentang kepergian keduanya.
Karena tidak ingin penasaran, Safira memutuskan mendatangi apartemen milik Rajes. Sudah tiga tahun Safira berpacaran dengan Rajes. Semula Safira hanya kagum dengan kepopuleran seniornya di kampus, siapa sangka jika ternyata gayung pun bersambut. Rajes juga sudah menunjukan ketertarikan pada Safira, sejak ia menjadi seniornya dalam masa ospek. Dengan hanya bermodal rasa kagum saja, Safira tidak serta merta segera menerima cinta Rajes, ketika Rajes menyatakan cinta. Satu tahun lebih Rajes tetap setia menunggu jawaban Safira, sampai akhirnya Safira menerima Rajes sebagai kekasihnya.
Sayangnya karena Safira harus membiayai kuliah sendiri, Safira harus bekerja paruh waktu, sampai akhirnya ia di terima bekerja di Jhonson Elborune, Perusahaan yang Ryder dirikan. Safira semakin gila kerja, dan sering menerima menggantikan lembur teman temanya, sehingga waktu bertemu dengan Rajes sangat sedikit. Setiap hari Rajes masih setia mengirimkan kabar pada Safira kala itu. Membuat Safira semakin semangat untuk bekerja agar ia bisa lulus kuliah dan bekerja dengan jabatan yang lebih tinggi, sehingga ia bisa sejajar dengan Rajes, karena Rajes terlahir dari keluarga kaya, tanpa bekerja pun Rajes bisa kuliah. Dan selepas kuliah pun ia langsung bekerja di tempat Ayahnya.
Hampir lima belas menit Safira membunyikan bel apartemen itu, namun tidak ada jawaban, atau tanda tanda apartemen itu di buka. Safira menatap pintu apartemen itu, sudah satu tahun ia tidak menginjakan kaki di sini. Sejak Safira yang ikut terbuai suasana ketika Rajes meluncur jurus maut ketika Safira mau diajak ke apartemen nya untuk yang pertama kali dan sekaligus terakhir kali. Kala itu hampir saja Safira kehilangan mahkotanya, ketika mereka saling bersentuhan bibir dan berciuman dengan sangat manisnya. Beruntung Safira bisa mengendalikan diri dan mendorong Rajes sekuat tenaga. Rajes pun minta maaf saat itu. Dan memohon agar mereka masih bisa bersama. Rajes berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya, sehingga Safira memaafkan Rajes.
Lama Safira melamun, ia pun kembali pulang. Ia sudah benar benar tidak punya siapa siapa lagi di ibukota ini. Sahabat baiknya Rena, sudah seminggu meninggalkan dia tanpa kabar, dan sekarang kekasihnya pun ikut menghilang bagai di telan bumi juga. Lebih miris lagi, hari ini ia di pecat oleh CEOnya langsung, dan yang membuat Safira tidak terima adalah, bukan masalah ia salah dalam bekerja. Masalahnya hanya ia salah berucap sehingga menyinggung perasaan CEOnya.
" Malang sekali hidupku, Tuhan. Apakah ada ujian lain yang lebih menyakitkan lagi selain ini Tuhan. " ucap Safira menatap langit yang begitu panas menyengat wajahnya, bahkan matanya begitu gelap ketika mengalihkan pada pandangan lain nya.
Begitu sampai kembali di tempat kostnya, Safira menyiapkan diri untuk mencari pekerjaan lain. Ia menyiapkan berkas berkas yang ia bawa untuk melamar besok pagi, karena sekarang sudah menunjukan pukul tiga sore. Safira menyiapkan lima berkas sekaligus, ia berharap sebelum lamaran yang ia buat habis, ia sudah di terima di perusahan lain.
Pagi ini Safira mendatangi kantor satu persatu, namun tidak satu pun yang menerima dirinya, walaupun ia sudah mencatumkan pengalaman bekerja di Jhonson Elborune selama empat tahun. Akhirnya Safira pun memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai waiters saja di restoran, sayangnya restoran yang semula menerima dirinya bekerja, hanya dengan hitungan menit, Sang pemilik itu merubah keputusan nya untuk tidak menerima Safira dengan alasan Safira tidak profesional dalam bekerja. Padahal Safira sudah menunjukan kemampuan nya yang begitu cekatan dalam menjalankan pekerjaan. Sampai sore Safira tidak mendapatkan pekerjaan. Ia hampir meneteskan air mata karena takdirnya yang sangat menyedihkan. Ia seperti sudah putus asa dengan keadaan yang sedang mengujinya bertubi tubi.
Safira memutuskan pulang, karena ia sudah mulai lemas karena seharian ini ia sama sekali belum makan. Begitu sampai di tempat kost barulah ia menumpahkan segala kesedihan nya pada bantal kesayangan nya, yang selalu setia tanpa meninggalkan nya. Air mata nya tumpah membanjiri bantal itu, bahkan ia sampai sesenggukan karena meluapkan kesedihan lewat deraian air mata. Ingin rasanya ia pulang kembali ke kampung. Namun jika mengingat Bapaknya yang sudah tua, juga Adiknya yang juga sudah masuk sma dan kuliah juga, membuat Safira kembali menurunkan egonya untuk pulang. Ia tidak mau menambah beban keluarga dengan ikut menanggung hidupnya. Walau ia nyakin, jika Bapaknya akan menerimanya dengan tangan terbuka.
Setelah puas menangis, Safira merasa sangat kelaparan. Ia memutuskan akan membeli nasi bungkus, namun berhubung uangnya tingga sedikit, ia memilih berhemat dengan membeli beras saja dan memasak di penanak nasi di kamarnya.
Sore ini Safira pergi ke mini market yang jaraknya lumayan jauh dari kostnya. Karena di sini banyak kebutuhan tersedia juga harganya yang murah, membuat Safira memilih ke sini.
Selesai membayar, Safira berniat kembali, namun matanya tertuju pada Pria yang ia sangat kenal.
" Rajes... Iya itu Kak Rajes. " ungkap Safira dengan melengkungkan sebuah senyuman.
Hanya dalam hitungan detik, senyum yang ia kembangkan meredup ketika melihat kekasih hatinya di rangkul lengan nya oleh wanita yang sangat ia kenal.
" Renna ??? " gumam Safira memanas. Bahkan ingin rasanya ia berlari mendekati keduanya dan mencakar habis wajah Rena.
" Beraninya kalian di belakangku.... " ungkap Safira yang sudah tak sabar ingin berlari mendekati keduanya. Namun sayangnya Rajes dan Rena sudah lebih dahulu masuk ke mobil dan berjalan meninggalkan Safira yang sedikit berlari mengejarnya.
" Ya Tuhan.... Tolong Aku !!! Berikan aku sedikit kebahagiaan. Agar aku bisa melupakan ujian kesedihan yang engkau berikan saat ini. " ucap Safira dengan menatap langit yang mulai gelap.
Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments