Deg....deg....deg......
Jantung Safira terus berdetak keras, Ia sudah tidak mampu mengeluarkan satu patah kata pun sejak dirinya di tunjuk untuk ikut Ryder. Ia terus merutuki hidupnya yang terus saja mendapat ujian. Baru saja ia bisa hidup dengan tenang dengan mendapatkan gaji lumayan dengan mengandalkan ijazah nya yang masih sma. Karena masih satu semester lagi ia baru bisa mendapatkan gelar sarjana.
Safira ikut masuk ke dalam ruang CEO, ia hanya berani menundukan wajahnya. Jauh sekali dengan raut wajah yang ia tunjukan kemarin sore. Safira hanya bisa berdoa semoga saja Ryder tidak mengingat dirinya, walau doa itu sangat mustahil terkabul, karena saat ini Ryder sedang menatap intens wajah Safira yang ketakutan. Ada rasa bahagia juga meremehkan ketika melihat ketakutan di wajah Safira.
" Kita bertemu lagi Nona.... Sa...fi...ra... Ell..le..na. " kata Ryder dengan membaca name tag yang di kenakan Safira pagi ini.
Sedangkan Safira hanya mendongakkan wajahnya dengan tersenyum kaku pada Ryder.
" Apa orang tuamu tidak mengajarkan sopan santun? Atasan mu sedang bertanya, kenapa tidak menjawab?!! " ucap Ryder pelan namun seolah meremehkan, dengan mengulang perkataan yang di gunakan Safira kemarin sore untuk menghinannya.
Kali ini Safira sama sekali tidak menjawab, ia bingung harus berkata apa. Ingin sekali kali ini ia berlari dan berlutut di hadapan Ryder dan meminta maaf padanya, dan berharap agar dirinya tidak di pecat, karena dirinya sangat membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup di jakarta. Sayangnya jangankan untuk berlari, menggerakan bibir saja ia tidak mampu.
" Aku rasa Nona Safira tidak membutuhkan uang. Kenapa harus bekerja pada Pria tidak bermoral seperti saya. " ungkap Ryder masih meremehkan Safira.
" Jika sudah tidak ada yang di sampaikan, silahkan keluar dan kemasi barang barangmu. Jhonson Elborune tidak membutuhkan karyawan yang tidak kompeten seperti kamu. " kata Ryder yang sejak tadi hanya menatap Safira yang berdiri menunduk seperti patung.
Safira terkejut dengan perkataan Ryder, dengan cepat ia mendongakan kepalanya menatap Ryder yang juga sedang menatap sinis padanya.
" Saya tahu saya salah Tuan, dan saya minta maaf. Saya terlalu lancang dalam berbicara kemarin. Bisakah saya tidak di pecat. Saya tahu Anda adalah orang baik, Tuan. " ucap Safira mengakui kesalahannya, karena berbohong jika kemarin bukan dirinya pun percuma, karena kejadian itu baru kemarin.
" Heh...... "
Ryder tersenyum meremehkan ucapan Safira. Inilah saat membuktikan ucapan Safira yang berbeda dengan wanita lain nya. Bagaimana jika ia tidak mempunyai pekerjaan, apakah ia akan tetap seperti ucapan nya, tidak bisa di beli dengan uang, ataukah ia akan merendahkan harga dirinya untuk uang, seperti kebanyakan wanita wanita lain nya.
" Perusahaan sedang tidak membutuhkan banyak pegawai. Karena kebanyakan karyawan hanya akan merugikan perusahaan. Tapiiii..... " kata Ryder tidak melanjutkan ucapanya, ia menatap Safira dengan tersenyum licik.
" Aku butuh partner. " tambah Ryder
Safira menatap Ryder tak mengerti dengan ucapan nya. apa yang di maksud dengan partner, apakah Ryder akan mengajak Safira untuk bekerja sama?? Tapi dalam hal apa? Safira hanya bisa bertanya dalam hati saja. Safira masih menatap Ryder dengan pandangan tak mengerti, namun kemudian ia bergumam pelan, namun bisa di dengar oleh Ryder.
" Partner??? " gumam Safira
" Ya Partner, Apa kamu setuju. Jika iya, Aku akan memberikan sepuluh juta dalam satu malamnya. " kata Ryder menatap Safira, menunggu setiap respon yang di tunjukan Safira untuknya.
Kini rasa takut yang di rasakan Safira hilang, karena sebuah penghinaan. Ia dapat memastikan jika ia kan di jadikan partner ranjang, karena gaji yang di terimanya setiap malam bukan bulan.
" Maaf Tuan Ryder Jhonson yang terhormat. Apa maksud dari ucapan Partner yang Anda katakan, agar saya tidak salah dalam mengartikan ucapan Anda. " kata Safira dengan lantang, wajahnya sudah hampir sama dengan wajah Safira ketika di mall kemarin. Karena kekurangan Safira adalah mudah terpancing emosi.
" Menurut Anda ?? Partner apa yang saya butuhkan?! " jawab Ryder meremehkan.
" Saya hanya orang awam, jadi tolong Anda langsung saja ke inti ucapan Anda, karena saya tahu, Anda adalah CEO yang sibuk dan tidak punya banyak waktu. " jawab Safira dengan tidak takut.
Ryder tersulut emosi dengan jawaban Safira yang sedikit meninggi, tadinya ia ingin mempermalukan Safira sebagai balas dendam. Tapi nyatanya kenapa Safira masih berani menjawab bahkan dengan intonasi yang tegas.
" Hahaha... Anda pintar Nona. Saya rasa Anda cocok sebagai partner ranjangku. " jawab Ryder dengan intonasi yang memuji namun dengan perkataan yang menyakitkan.
Duar........
Sebuah penghinaan besar yang ia dapatkan dari atasanya, membuat Safira benar benar semakin jijik dengan Ryder. Kenapa dalam kepalanya hanya uang, wanita dan ranjang. Karena sejak bertemu kemarin, dalam penilaian ingatan Safira tentang Ryder adalah harta, tahta dan wanita. Dan sekarang Safira semakin nyakin, jika Ryder adalah Pria yang tidak baik.
" Terima kasih Tuan CEO. Namun aku rasa, Anda salah dalam memilih partner. Karena pekerjaan saya dalam dunia bisnis bukan dalam pekerjaan ranjang. Sebaiknya Anda mencari wanita yang lebih cocok untuk menjadi partner Anda. " jawab Safira
Ryder memainkan pulpen di tangan nya, masih dengan menatap Safira dengan pandangan sulit diartikan.
" Baiklah. Karena perusahaan sedang membutuhkan lowongan partner ranjang, dan sedang tidak membuka lowongan pekerjaan lainnya, jadiiii.... Silahkan keluar dan kemasi barang barangmu. " kata Ryder tersenyum mengejek.
Safira mengepalkan kedua tangan nya, ia masih berusaha meredam emosinya untuk merobek habis mulut CEOnya itu. Safira menarik nafas panjang, kemudian membuang secara perlahan, barulah ia pamit undur diri.
" Baik. Terima kasih sudah memberi kepercayaan saya sudah bekerja selama empat tahun lebih di perusahaan ini. Karena saya hanya bawahan tak berguna dan Anda adalah bosnya, jadi saya pamit undur diri. Mohon maaf atas kekeliruan saya. Permisi. " jawab Safira mantap tanpa merengek minta di kasihani seperti dalam bayangan Ryder saat ini.
Klek.......
Sebuah pulpen yang ia mainkan patah sudah, hanya dengan satu kepalan tangan kanan Ryder. Ryder benar benar sangat emosi karena rencananya mempermalukan Safira gagal, dan lagi lagi dirinya yang di permalukan.
Ryder menekan nomor kantor, dan menghubungi asisten pribadinya.
" Ken... Aku mau gadis itu tidak di terima di Perusahaan mana pun, Dan buat dia bertekuk lutut di hadapanku memohon ampun. Agar dia sadar, jika ia sudah salah dalam memilih lawan. " ucap Ryder kemudian memutuskan panggilan telepon tanpa menunggu jawaban dari seberang telpon nya.
" Kita Lihat... Seberapa lama kamu mampu bertahan dengan keangkuhan mu, Safira Ellena. " gumam Ryder dengan berdiri menatap dari jendela, menunggu Safira keluar dengan membawa satu kardus barang barangnya, yang ia dekap dengan kedua tangan nya.
" Menyedihkan.. !!! " ungkap Ryder bangga
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments