Kelas olahraga sebentar lagi dimulai, kami harus segera ke lapangan sekarang...
"Cil, buruan." Ajak Priscil
Dua sahabat itupun berlari menuju lapangan di ikuti dengan anak-anak lainya.
"Woy, tega banget lu berdua ninggalin gue." Keluh Rendy, menyusul kedua sahabatnya itu.
"Ya maap Ren, lagian lu dari tadi kemana aja sih?.” Kesal Cecil.
"Biasa gue abis ketemu kirana anak baru kelas 11-C" Jawab Rendy cengengesan.
"Ya lu jadi ketinggalan berita deh" Ucap Cecil.
"Berita apaa hahh?" Tanya Rendy penasaran.
"Udah entar aja deh" Ucap Priscil. Sehingga membuat Rendy semakin penasaran.
Kelas olahragapun dimulai dengan pemanasan, seperti biasa kami harus mengitari satu putaran lapangan, sebelum melakukan olahraga inti hari ini.
Rasanya begitu melelahkan, terik matahari pun begitu menyengat sampai kekulit bagian dalam.
Priscil yang mulai kelelahan, mencoba berhenti sejenak mengambil nafas untuk kembali berlari.
Ditengah perhentianya, sepasang mata sedang mengamatinya dari jauh sambil memegang secangkir kopi di tanganya.
"Astaga itu kan Pak Dika" Jerit Priscil dalam hati, sambil melihat kearah balkon tepat diruang guru.
Andika pun segera beranjak dan masuk begitu saja, setelah menyadari Priscil juga menatap kearahnya. Priscil hanya menghela nafas panjang, saat Dika nampak begitu enggan untuk melihatnya dan memilih untuk masuk begitu saja.
"Pris... Priss.... " Sepertinya seseorang sedang memanggil namaku, tapi dari mana arah suara itu, pikir Priscil. Astaga ternyata itu martin, apa lagi yang akan dilakukanya.
"Hei" Sapa Martin menghampiri Priscil.
"Kok lu disini, emang gak ada kelas?" Tanya Priscil.
"Biasalah, gue kabur hahaha.." Ucap Martin sambil terkekeh.
"Eh ini buat lo, pasti capek kan lari-larian" Ucap martin memberi sebotol air mineral untuk Priscil.
"Makasih ya" Priscil mengambil botol air yang diberikan Martin.
"Ciecie ada yang lagi pedekate nih" Goda Clara teman sekelas Priscil.
Teman-teman Priscil yang lain seakan mendukung ucapan clara dan mulai menggoda mereka.Tapi anehnya, Martin tampak tak keberatan dengan ucapan teman-teman Priscil.
"Kenapa gak jadian aja sih" Goda Rendy, membuat Priscil jadi serba salah dihadapan Martin.
Tiba-tiba Martin berpikir sesuatu..
"Pris.... " Ucap martin dan berlutut dihadapnya.
Membuat mata Priscil harus menatap kearahnya Martin lagi.
"Hah. Iyaaa kenapa Tin..." Tanya Priscil, kebinggungan
"Jadian yuk ! Sebenaranya gue udah lama mau omongin ini ke elo. Gue sayang banget sama lo Pris" Ujar Martin, menggungkapkan perasaanya.
Priscil sebenarnya tak begitu kaget mendengar pernyataan cinta dari Martin, karena sejak lama Priscil sudah mengetahu perasaan Martin padanya, tapii, yang bener saja apa harus di depan teman-teman sekelas gue?" Pikir Priscil.
"Izinin gue jagain lo ya Pris" Pinta Martin lagi.
Mulut Priscil masih tertutup rapat, tidak ada satupun kata yang bisa keluar dari mulutnya. Sedangkan semua orang disekelilingnya, terus memintanya menerima Martin.
"Terima... Terima... Terima.... " Begitu mereka meneriakinya.Gue harus ngomong apa, gue gak mungkin nolak Martin disini, dia pasti malu banget nanti.
"Tin... Gue... Gue... " Ucap Priscil terbata-bata. "Tin...kasih gue waktu ya!" Hanya kalimat itu yang bisa Priscil ucapakan.
"Oke gue akan nunggu lo Pris" Ucap Martin tersenyum puas, dan berlari menjauh dari tengah lapangan, meninggalkan Priscil.
Suara teman-teman Priscil semakin riuh saja sekarang.
Flashback on
sebelum Martin mengunggapkan perasanya pada Priscil.
"Coba lihat anak zaman sekarang, mereka selalu melakukan hal seperti itu saat menyatakan cinta" Ucap Kepala Sekolah, sembari melihat kearah lapangan.
"Bukankah itu siswi anda pak Dika?" Tanya bu Rebecca.
Dika pun mendekati mereka sembari melihat kearah lapangan, dan memperhatikan aktivitas yang terjadi disana. Martin yang sedang berlutut di depan Priscil menyatakan cintanya.
"Iya dia siswi saya Priscila Alaxsandra dikelas 11-f" Jawab dika singkat dan melangkahkan kaki pergi begitu saja.
Tidak ada yang bisa menebak perasaan Andika sekarang.
Flashback off
*****
Liburan Sekolah Tiba. Dikediaman Diana.
"Pris, besok pagi bunda akan pergi menjenguk omo lagi" Ucap Diana pada putri semata wayangnya itu.
"Bunda aku ikut ya, kan mumpung libur" Pinta Priscil memanja.
"Kamu sebenar lagi kan ada ulangan sayang, kapan-kapan aja ya. Priscil belajar dirumah aja" Ucap Bunda Diana memberi pengertian.
"Nggak Ah, Priscil mau ikut bunda aja titik."
"Eh apa-apaan jangan kayak anak kecil." Bastian memotong pembicaraan adiknya itu.
"Bunda." Rengek Priscil. Diana pun mengelus kepala anak gadisnya itu.
"Kak Bastian udah nyiapin guru privat buat ajarin kamu selama libur sekolah, jadi kamu tetap disini" Titah Bastian.
"Bunda..." Rengek Priscil makin kencang.
"Sudah-sudah, kamu nurut ya nak" Ucap Bunda pada Priscil lembut.
"Nanti malam kamu ikut kakak aja ke apartemen, besok kan bunda akan berangkat pagi." Ucap Bastian.
"Terserah." Ucap Priscil ketus.
Pukul 21:00
"Bunda... Bastian bawa Priscil balik ke apartemen dulu ya" Pamit Bastian.
"Bunda hati-hati ya" Ucap Priscil.
Diana tersenyum dan memeluk kedua anak-anaknya, sembari medaratkan kecupan sayang dipipi kedua putra putrinya itu.
"Iya. Jagain adikmu baik-baik" Titah Bunda pada Bastian.
"Siap Bunda...."
"Dah Bunda.... muuuach."
Priscil Pov
Sejujurnya aku masih merasa lega meskipun tidak diizinkan ikut dengan Bunda.
Setidaknya jika ikut bersama Bastian pun itu cukup menguntungkan, aku bisa bertemu dengan pak Dika. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaanku padanya. Apa harus malam ini?
Tidak, jangan, itu terlalu terburu-buru, sebaiknya ku pikirkan lagi bagaimana caranya.
"Hei anak kecil, apa yang sedang kau pikirkan?" Ucapan itu sontak membuat Priscil sadar dari lamunan sesaatnya.
"Tidak, aku tidak memikirkan apapun," Elak Priscil. Bastianpun mengacak rambut adiknya itu.
"Kakak hentikanlah, Pinta Priscil, kemudian merapih kan rambutnya kembali.
"Beberapa hari ini aku sangat senang dengan perubahanmu. Aku tak lagi menerima aduan buruk tentangmu disekolah" Ucap Bastian melirik kearah adiknya itu, dan tersenyum.
"Kuharap, seterusnya jadilah penurut seperti ini, setidaknya buat kakak mu ini bangga. Ahhh.. Kurasa adik kecilku ini sudah mulai beranjak dewasa sekarang" Lanjut Bastian.
"Jika itu membuatmu senang, aku kan berusaha" Ucap Priscil dengan mata yang berbinar-binar, mendapatkan pujian dari Bastian.
Sebenarnya Priscil juga tidak benar-benar menyadari perubahanya, tapi ini terjadi saat Andika hadir dikehidupanya.
Ditengah obrolan kakak beradik itu.
Ponsel Bastian berbunyi.
H**alo....
......
B**aiklah aku mengerti, aku akan segera kesana sekarang.
......
Dan panggilan berakhir.
Sesampainya di lobby Apartemen, Bastian menurunkan Priscil. Karena ada sesuatu yang harus segera dikerjakan olehnya sekarang, dan itu memaksanya untuk meninggalkan Priscil.
"Naik lah sekarang, aku ada urusan sebentar.” Ucap Bastian. Priscil pun segera turun dari mobil kakaknya.
Priscil melangkah, menuju lift yang ada didepanya kemudian masuk, dan menekan lanati 18. Lantai unit apartemen Bastian.
Pintu hampir tertutup, namun seseorang menahanya. Membuat mata Priscil kembali menatap kearah depan.
Deg.
Deg.
Deg.
Jantungku, ada apa lagi sekarang, ketika menyadari itu adalah Andika.
Orang itu menatapnya sekilas dan masuk. Tidak ada ada obrolan, hanya keheningan.
Hingga mereka sampai didepan pintu Apartemen masing-masing.
Seperti ada yang tertahan antara Guru dan Murid itu, tapi sepertinya keduanya sama-sama belum siap untuk bekata-kata, sehingga diam adalah pilihan terbaik untuk mereka.
Pukul 02:00
Sepanjang malam Priscil masih terjaga dari tidurnya. Pikiranya terbang kemana-mana. Hanya ada Dika,dika,dika dan dika.
Aarrgghh... Kenapa sih gue. Jerit Priscil.
Priscil pun melangkah kan kaki keluar, tanpa berpikir panjang ia menggedor-gedor dan memencet bel apartemen tetangganya itu berkali-kali
Krekkk suara pintu dibuka
"Apa kau sedang tidur?" Tanya Priscil.
"Apa kau tahu ini jam berapa?.” Ucap Dika dengan wajah kusutnya. Tentu saja dia sudah tidur dan terbangun karena gedoran kasar Priscil.
"Baiklah aku minta maaf menganggu. Aku ingin mengatakan sesuatu setelah ini kau boleh menutup pintu mu..." Ucap Priscil menarik nafas panjang.
Dika pun hendak menutup pintunya kembali, beruntung Priscil masih menahannya.
"Pak aku belum mengatakanya."
"Kau ingin mengatakan apa? Cepat lah! " Pinta Andika.
"Aaa...aa... Aku... Kurasa... Pak... Aku mencintai mu" Ucap Priscil dan segera berlari kembali ke apartemen Bastian.
Andika Pov
Gadis itu...
Dia membangunkanku untuk menyatakan perasaanya. Apakah dia tidak mengerti jam berapa sekarang? Membuatku harus mendengar pernyataan cintanya yang bodoh itu.
Apa dia tidak berpikir itu akan membuatku terkejut !
Tidak. Ini tidaklah benar
Dia hanya anak kecil.
*****
Keesokan harinya
"Pagi kakak, apa kau pulang subuh lagi kemarin?".
"Ya, terlalu banyak masalah di klinik aku harus menyelesaikanya segera, maaf meninggalkanmu."
"Sudah tenanglah, aku mengerti, kau berkerja siang dan malam, bukankah itu untuk masa depanku juga" Jawab Priscil.
"Tentu saja makanya, kau harus belajar dengan tekun, ini ambi lah ucap Bastian memberi sepiring pasta untuk Priscil.
"Aaaahh. Makanan favorit ku. Terima kasih kakak ku Bastian!" Seru Priscil.
"Cepat habis kan" Titah Bastian.
"Hemmm" Angguk Priscil.
"Oya. Apa kau menggenal Andika?" Tanya Bastian".
"Hukk. Hukk. Hukk...." Priscil tersedak.
"Andika?" Priscil mengulang ucapan Bastian.
"Ya Andika, Guru disekolahmu. Dia guru matematika disana."
"Ada apa dengan pak Andika" Tanya Priscil dengan wajah yang sangat sulit diekspresikan.
"Oh. Berarti kau sudah mengenalnya. Baguslah... Orang itu ku pikir dia tidak akan pernah kembali ke sini lagi" Ucap Bastian sambil tersenyum.
Priscil hanya memperhatikan Bastian tanpa berkata apa-apa.
"Oh. Maksudku Andika itu adalah sahabatku saat di SMA dulu" Ucap Bastian meluruskan perkataanya.
"Benarkah?" Tanya Priscil, tidak percaya yang dikatakan Bastian.
"Apa kau ingat denganya, dulu dia sering main kerumah kita?".
"Tidak, aku hanya ingat kau memiliki dua sahabat kala itu, tapi aku tidak ingat sepenuhnya!" Ucap Priscil mengingat kembali.
"Ya itulah dia... Dia adalah tetangga kita disini! Sebuah kebetulan yang luar biasa bukan."
"Hmmm..... " Jawab Priscil pura-pura tidak mengetahui apa yang dikatakan Bastian.
"Aku sudah memintanya. Mulai siang nanti dia akan menjadi guru les matematikamu" Ucap Bastian dengan begitu bersemangat.
"Apaaaa... Apaa kau serius kakak?" Tanya Priscil lebih antusias lagi.
"Ya tentu saja. Apa aku terlihat bercanda?."
Apa ini mimpi. Pak Andika dan aku ? Arghhhhh dia akan menjadi guru privat Priscila Alexsandra. Ini berarti aku akan sering bertemu dengannya.
"Yeay...yeay.. Yeay..." Sorak Priscil kegirangan dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Alea venus graham
cinta ala ala bocil😂
2021-01-21
2
🌹di🅰nmama️°𝐍𝐍᭄✔️
kebetulan ap disengaja yaaaa
2021-01-14
0
Aufa S Adzkiya Muzamil
Mirip film Mr. Right
2020-11-12
2