CINTAI AKU PAK (bagian 2)

Andika POV

Hanya karena nama wanita itu terdengar kembali, aku seperti kehilangan akal lagi .

Sebenarnya apa yang kuharapkan kembali ke kota ini?

Apa benar alasan satu-satunya alasan hanya karena cinta yang belum benar-benarku tuntaskan ?

Dan bodohnya , mengapa aku malah bertemu muridku ditempat seperti ini. Astaga Sebenarnya apa yang ada di pikiranku ini, menyentuh gadis kecil ini.

Aku merasa benar-benar tidak waras malam ini.

Flashback on

"Ini nih yang di tunggu-tunggu dateng juga." Sambut Zidan saat Dika datang, sembari memberi jabatan tangan kedua kawannya itu.

"Hei brother ! Gila berubah banget ya lo sekarang...” Melihat penampilan Andika yang seperti sekarang, siapapun tidak akan menyangka dia adalah Andika yang dulu.

Andika pun duduk dan membuka obrolan bersama teman-temannya itu. Mereka tampak menikmati obrolan-obrolan ringan, sampai ke pembahasan yang membuat Andika diam seribu bahasa.

"Eh dik, udah lama banget ya. Sudah 5 tahun kita gak ketemu, btw kaliam tau nggak, berita tentang Renata sekarang?."

Andika termenung sesaat memikirkan jawaban apa yang akan diutarakanya. Ditambah seorang teman wanita yang juga berada disana, menyambar dan memotong obrolan itu lagi, dengan sebuah pertanyaan lainya.

“Jangan bilang. Lo balik kesini untuk Renata? Aku dengar Renata putus dengan tunangan brengseknya itu. Kalau dipikir-pikir Renata emang tega banget sih sama lo dulu.” Sadar dengan ucapanya yang mengulik kembali masa lalu Andika. Sisca langsung mengalihkannya dengan menuangkan minuman ke gelas teman-temanya.

"Sudah-sudah ayo minum." Ajak Sisca, menengahi suasana yang semakin canggung itu.

Sampai akhirnya Andika tanpa sengaja menabarak seorang gadis kecil yang tak lain adalah muridnya Priscila.

Flashback off .

"Kau cukup katakan saja dimana aku harus mengantarmu" Ucap Dika, tak ingin terlalu banyak berkata-kata.

"Ke apartemen Town House pak." Sahut Priscil.

"Apartemen mu berada di sana juga." Ucap Dika, entah itu sebuah pertanyaan atau sebuah pemberitahuan untuk Priscil.

"Maksud bapak? Bapak juga tinggal disana?." Tanya Priscil menunjukan wajah terkejut.

"Hemm." Ucap Dika singkat.

Sesampainya di Town House.

Mereka diberi kejutan lain malam itu, tidak disangka jika unit milik mereka bersebelahan

"Astaga, apa kita tetangga pak Dika." Ucap Priscil makin terkejut.

Tanpa menjawab Andika langsung meninggalkan Priscil, dan masuk ke unit miliknya. Priscil juga tidak terlalu menghiraukanya dan segera membuka pintu apartemen miliknya juga.

Priscil masuk dengan mengendap-ngendap, diruangan gelap itu, agar tidak membangunkan kakaknya.

Ctek, suara lampu dihidupkan.

"Hey bocah sialan dari mana saja kau?." Ucap Bastian membentak, gadis kecil yang masuk seperti pencuri itu.

"Kakak, kumohon maafkan aku kak.” Tahu bahwa keadaan akan semakin memburuk, Priscil cepat-cepat meminta maaf pada Bastian, dan bersujud dihadapan kakaknya itu.

Bastian memperhatikan adiknya itu dari atas hingga ke bawah dengan mata melotot, sudah dapat dipastikan bahwa Bastian sangat marah melihat penampilan Priscil yang seperti itu.

"Hey baju apa yang kau gunakan itu, apa kau gila?." Bentak Bastian dan menarik kasar tangan Priscil.

"Sudah ku katakan berkali-kali sebelum melakukan sesuatu otak itu dipake dulu, kau pikir aku menyekolahkan mu untuk jadi berandalan seperti ini?." Ucap Bastian dengan nada yang semakin tinggi.

Kemarahan Bastian pun terpecah ketika adik kesayanganya itu menangis teseduh-seduh didepannya. Tidak melanjutkan ucapanya, Bastian langsung memeluk adik kecilnya yang beranjak dewasa itu.

"Sudah jangan menangis, masuk kekamarmu dan segeralah tidur." Titah Bastian menyudahi keributan malam itu.

Bastian pov

Ku rasa apa yang kumiliki saat ini sudah cukup membanggakan untuk semuanya, menjadi dokter bedah plastik nomor satu di kota ini, bukankah itu sebuah prestasi besar? Namun nyatanya aku gagal menjadi seorang kakak jika adikku satu-satunya melakukan hal bodoh seperti ini.

Keluargaku dan pekerjaanku, keduanya begitu berharga buatku.

Priscil hidup tanpa sosok ayah.

Ayah meninggalkan kami begitu cepat karena penyakit jantung yang dideritanya sejak lama, tepat saat usiaku 13 tahun dan 11 hari setelah priscil lahir. Jika kuingat keadaan saat itu, semua terasa berat, kami harus kehilangan ayah sekaligus tulang punggung keluarga kami. Dan adikku dia tidak mengerti apapun saat itu. Aku berusaha bangkit untuk mereka berdua, bunda dan adik ku. Saat itu aku berjanji pada diriku sendiri apapun yang kulakukan semata-mata hanya untuk kebahagian mereka.

Berlarut-larut dalam pikiran hingga membuat bastian terlelap.

*****

Priscil POV

Pagi ini sepertinya cuaca sangat tidak bersahabat, hujan turun begitu deras. Sedangkan kakak sudah meninggalkan ku sejak pagi buta tadi. Keluh Priscil dalam hati"

Priscil beranjak dari tempat tidurnya yang berukuran king size itu, menuju meja makan.

Mata Priscil langsung tertuju pada satu hidangan dimeja, itu adalah pasta kesukaan Priscil, buatan tangan Bastian. Priscil segera mengambil ponsel nya dan mengirimkan pesan untuk kakaknya.

To.my brother ❤

Kakak, terima kasih pastanya. Aku akan menghabiskanya. Kau tidak perlu merasa bersalah aku sudah memaafkanmu.

To Priscil.

Merasa bersalah? Seharusnya saat ini kau sudah menyadari kesalahan mu semalam dan meminta maaf padaku bocah kecil.

Priscil yang sedang asik makan sembari menonton televis, kembali terpaku pada layar Ponselnya yang menyala, satu pesan masuk. Priscl segera membalas...

To My brother ❤.

Baiklah kakak, aku menyesal untuk kejadian semalam.

Tiba-tiba ingatannya kembali pada kejadian semalam dan segera mengirimkan pesan grup pada Rendy dan Cecil.

Priscil. Guys!

Cecil. Apaan?

Priscil. Cil semalam gue ketemu pak Dika.

Cecil. Serius?

Rendy. Apaaa? Bisa gawat kalau sampai pak Dika ngadu ke sekolah.

Priscil. Semalam gue setengah mabok.

Cecil. Mampuss, makin gawat.

Priscil. Tapii...

Rendy.Tapi apaan priscila alxesandra?

Priscil. Pokoknya kalian tenang aja Pak Dika ga bakal ngomong apa-apa ke sekolah.

Rendy. Yakin lo? Demi apa dia gak bakal ngomong?

Cecil. Sebaiknya kita temuin Pak Dika deh, minta maaf aja. Gue takut.

Priscil. Percaya, gue jamin kita bertiga aman.

Rendy. Mantap.

Rendy. Emg kok lo Bisa seyakin itu sih pris?

Cecil. Iyaa?

Priscil kembali mengingat kejadian semalam ucapan Dika masih terngiang-ngiang di kepalanya, "Mari bersenang-senang, mari bersenang-senang." Argh jerit Priscil. Lamunannya kembali terpecah, dan segera membalas pesan grupnya

Priscil. Panjang ceritanya, yang penting kalian tenang aja.

Cecil. Oke deh.

Rendy. Benaran ya aman, awas aja kita sampai kena masalah, semua gara-gara lo ya Pris !

Obroalpun berakhir...

Priscil meletakan jari dibibirnya, menyentuh bibirnya, kembali memikirkan kejadian semalam, astaga apa itu ciuman pertamaku. Pak Dika kau harus menerima balasan karena melakukan hal itu padaku, batin Priscil, berapi-api.

📍Shanghai High School

Beberapa hari kemudian dikelas 11-F.

"Astaga hari apa ini" Tanya Priscil

"Sudah pasti hari kamis " Ucap Cecil dengan senyum sumringah.

Berarti hari ini, setelah kejadian malam itu, aku akan bertemu dengan pak Dika lagi" Ucap Priscil dalam hati.

"Woy bengong aja lo" Ujar Rendy, membuat Priscil sadar dari lamunan sesaatnya.

"Akhirnya bisa liat wajah cakep Pak Dika lagi, kalau gini mah gue rela deh ikut kelasnya tiap hari" Ucap Cecil.

Priscil hanya bengong entah memikirkan apa,  namun lamunannya segera berakhir saat suara seseorang menyapa dari balik pintu kelas.

"Selamat siang anak-anak."

Dug.

Dug.

Dug.

Rasanya Priscil akan mendapat serangan jantung mendadak. Pak dika masuk sembari tersenyum hangat. Dia tampak santai, tidak seperti Priscil yang malu setengah mati, karena belum benar-benar melupakan kejadian malam itu.

Priscil berusaha mengalihkan pandanganya agar tidak melihat Dika, matanya menelusuri segala penjuru kelas, namun yang ditemukanya hanya mata berbinar-binar dari semua kaum hawa di kelasnya.

“Mereka tidak tau saja orang seperti apa pria yang mereka kagumi ini cih.” Decak Priscil dalam hati.

Pelajaran dimulai dan berlangsung dengan tertib

Tanpa sengaja mata Priscil bertemu dengan mata Dika, beberapa detik kedua insan itu saling terpaku saling menatap satu sama lain.

Kring, kring, kring... Bel tanda pelajaran usai.

Tatapan itu sontak terpecah dalam sekejap. Priscil kembali menunduk,  dan Dika menutup pelajaran dan segera meninggalkan kelas.

"Pris gue balik duluan ya." Ucap Rendy sembari berlari meninggalkan Priscil dan Cecil.

"Buru-buru amet tuh orang." Keluh Cecil.

Dret..Dret..Dret...

Ponsel Cecil berdering, panggilan dari cemceman Cecil yaitu Christian.

"Halo." Seru Cecil.

"Cil lu dimana,  temenin gue cari buku yuk?." Pintah Christian.

"Sekarang banget nih?." Tanya Cecil lagi, sambil melirik kearah Priscil yang berada disebelahnya.

"Iyalah masa taon depan,  buruan gue tunggu di parkiran ya." Pinta Christian, kemudian memutuskan telpon mereka begitu saja.

"Pris gue harus temenin tian sekarang,  gue juga balik ya. Gpp kan?." Pamit Cecil, merasa tidak enak meninggalkan Priscil.

"Yaudah santai aja kali Cil, buruan sana pergi." Usir Priscil.

Priscil menghela nafas panjang setelah Cecil meninggalkanya...

"Hei Priscil." Sapa sesorang dari arah pintu kelas.

"Eh kamu." Ucap Priscil. Ketika menyadari bahwa itu adalah Martin

"Sendirian aja?." Tanyanya.

"Iya nih Cecil dan Rendy ada kegiatan lain." Ucap Priscil sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Yaudh balik sama gue aja." Ajak Martin.

"Gak usah Tin, kakak gue maju jemput kok."  Tolak Priscil.

"Yaudh ayok kedepan bareng."  Ajak Martin lagi.

Priscil dan Martin melangkahkan Kali meninggalkan kelas,  yang memang sudah ditingalkan kosong itu.

Sesampainya di koridor depan, Priscil yang merasa risih karena Martin terus menemaninya, akhirnya memberanikan diri menyuruh Martin meninggalkanya dengan halus.

"Tin loh balik aja, gue nunggu disini sendiri gpp kok."  Titah Priscil.

"Beneran nih."  Ucap Martin, yang sebenarnya masih ingin menemani Priscil.

"Serius,  sana balik-balik." Usir Priscil.

"Yaudh bye My Love" Ucap Martin bercanda.

Priscil hanya membalas dengan senyuman.

Sebenarnya Priscil tau tentang perasaan Martin padanya. Meskipun Martin adalah pria berandalan namun didepan Priscil, Martin bisa menjadi pria yang baik dan manis. Namun sayangnya Priscil tidak dapat membalas perasaan Martin padanya, tentu saja alasanya karena dia tidak memiliki perasaan apapun untuk Martin.

Ponsel priscil kembali bedering, dia meraih dan melihat layar ponselnya, disana nampak

My brother ❤, panggilan dari Bastian.

"Halo kak" Jawab Priscil

"Pris, hari ini kau balik sendiri ya. Kakak ada klien penting yang akan konsul hari ini." Jelas Bastian, dengan sedikit terburu-buru.

"Baiklah, hari ini aku balik kerumah bunda aja,  pasti bunda udah balik. Priscil bisa kok pulang sendiri" Jawabnya, meyakinkan Bastian.

"Eh. Jangan..  Kakak lupa ngabarin bunda belum balik, bunda masih dirumah oma" Bastian kembali menjelaskan.

"Kok bunda gak ngabarin Priscil." Keluhnya.

"Udah jangan banyak ngeluh sekarang kamu pulang ya. Ingat jangan kemana-mana, pokoknya...." Belum sempat Bastian meneruskan ucapanya Priscil langsung mengakhiri panggilan tersebut,  karena tidak ingin mendengar ocehan Bastian terlalu lama.

Terpopuler

Comments

Utami Wiewie

Utami Wiewie

masih nyimak kak..sepanjang ini seru 🤗

mampir juga dikaryaku ya kak,

MIA SI SATPAM CAANTIK.

MOGA SUKA🤗

2020-11-22

0

Maya Sarimaya

Maya Sarimaya

bagus cuman masa cerita di hongkong nya jangan ada kata loe gue donk,,maaf jujur kurang suka,,setiap baca novel kalau ada kata katanya seperti itu,,padahal aku suka dari ceritanya,,cuman dari kata katanya aja.

2020-11-07

4

Hayu Kirana

Hayu Kirana

halo kak. karyanya bagus. penulisannya juga rapi.

jangan lupa mampir di novelku ya kak makasih

2020-09-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!