Kehamilan Nastiti sudah memasuki bulan ketiga, sudah satu bulan Rei membawa Nastiti dan menyembunyikan nya di kota Bandung tanpa ada siapapun yang tau.
Nastiti bisa menghubungi keluarga nya kembali. Sengaja ia tidak mnceritakan masalah yang ia alami karena saat ia di kurung di villa pribadi milik Maxwell.
Keluarga Nastiti sempat panik dan mencari keberadaan Nastiti. Ia tidak ingin membuat kekuarga nya sedih lagi.
Nastiti merahasiakan kehamilan nya dengan beralasan mendapatkan pekerjaan baru dan mendapat penempatan di kantor cabang Malaysia. Tentu dengan bantuan dari Rei untuk mendapatkan dokumen palsu sebagai penunjang agar keluarga Nastiti percaya.
Hari ini Nastiti mengatar Rei ke bandara. Rei mendapat pelatihan dokter ke negara Singapura untuk beberapa bulan.
"Kamu tau Nas? aku sangat meng hawatirkan keadaanmu. Aku takut Max atau anak buahnya tau keberandaan mu."
"Mas, Rei. Sudah sangat berjasa dan membantu aku. Aku ga bisa menahan Mas, untuk tetap bisa bersamaku, Mas gak boleh menyia-nyiakan kesempatan."
"Di kota ini gak ada satupun yang kamu kenal, Nas. Selain aku dan mbok Darmi, bagaimana kalau terjadi sesuatu sama kamu atau kandungan mu?"
"Aku akan jaga diri sebaik mungkin, Mas. Aku juga berjanji akan selalu kasih kabar."
Senyum Nastiti berusaha membuat tenang lelaki yang selama ini membantunya.
"Ingat selama tiga bulan aku di Singapur kamu harus bisa menjaga diri baik-baik, selalu kabari aku, dan jangan keluar rumah untuk sesuatu yang gak penting! minta Mbok Darmi untuk membantu semua keperluanmu."
"Aku berjanji, Mas. Mas harus fokus pada kerjaan disana, jaga kesehatan dan juga tetap semangat."
"Aden ga perlu khawatir, Mbok akan berusaha ngejaga Non Nastiti dengan baik."
Mbok Darmi berusaha meyakinkan Rei. Mbok Darmi adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama sepuluh tahun dengan Rei, Ia ikut pindah ke Bandung bersama Rei dan Nastiti.
Setelah melepas kepergian Rei, Nastiti dan Mbok Darmi pulang. Sebelum itu ia mampir kesebuah warung bakso karena mengidam.
Saat sudah mendapatkan pesanan dan mulai makan, ia melihat dua orang wanita yang baru saja masuk ke warung tersebut. Satu paruh baya dan satunya lagi wanita muda dengan tinggi semampai, rambut panjang bergelombang, dan berkulit putih bersih.
Nastiti sangat senang melihat wanita muda itu. Ia sangat mengenalnya, dia adah Sraya Lituhayu Nirbita Rumi. Seorang yang telah menolong Nastiti sewaktu dia dia Jakarta.
"Mba Srayaaaaaa."
Gadis cantik yang disapa Nastiti pun menoleh, Sraya sangat terkejut saat melihat Nastiti. Sejak pihak rumah sskit mengabarkan Nastiti hilang Sraya berusaha mencari Nastiti. Kini mereka dipertemukan kembali.
Sraya saat ini sedang cuti dan ia pulang ke Bandung kerumah ibu nya. Di Bandung mereka hanya tinggal berdua saja.
Mereka berpelukan, baik Sraya maupun Nastiti sangat senang sampai Nastiti menitikan air mata. Nastiti membawa duduk Sraya dan ibunya ke meja yang sebelum nya Nastiti pesan.
Sraya memperkenalkan ibunya pada Nastiti demikian Nastiti yang mengenalkan Mbok Darmi pada Sraya. Nastiti menceritakan apa yang telah terjadi padanya termasuk dokter Rei.
"Jadi kamu di tolong dokter Rei?" tanya Sraya.
"Iya Mba, dokter Rei sangat baik dia mau memberiku tempat tinggal dan mengurus ku."
"Kamu tinggal berdua saja dengan Mbok Darmi, Nak?" tanya Emah ibu dari Sraya.
'"Iya, Buk. Saya tinggal berdua dengan Mbok Darmi," jawab Nastiti dengan senyum.
"Sekarang kamu tinggal dimana, Nas?" tanya Sraya penasaran.
"Di desa Margamukti Pengalengan, Mba. Villa dokter Rei. Sengeja dokter membawa Nas kesana supaya Maxwell atau orang nya gak ada yang tau."
"Sepertinya dokter Rei menyayangi mu Nak, terlihat dari perlakuan nya yang melindungi dan memberi perhatian," seru ibu Emah.
Nastiti terlihat tersipu malu dan wajahnya memerah.
"Apa Mba Sraya dan ibu mau ikut aku ke villa dokter Rei?" tanya Nastiti mengalihkan pembicaraan.
Sraya dan ibunya saling pandang, setelah Nastiti membujuk dan merayu akhirnya mereka menyetujui permintaan Nastiti.
Mereka berempat sampai di villa dokter Rei setelah kurang lebih empat jam perjalanan. Tidak lupa Nastiti memberi kabar pada Rei.
Nastiti dan Sraya sedang duduk di teras belakang yang menghadap perkebunan teh sambil menikmati teh yang di buat mbok Darmi.
Sedangkan mbok Darmi dan bu Emah memasak untuk makan malam mereka.
"Aku senang bisa ketemu sama kamu lagi, Nas."
"Aku juga seneng banget, Mba. Maaf aku gak ngabarin, Mba. Dan buat Mba khawatir, aku juga mau ngucapin makasi karena selama aku di Jakarta, Mba Sraya. Banyak bantu aku."
Nastiti menggengam tangan Sraya.
"Aku tau kamu baik-baik aja udah seneng Nas, oh ya kamu sudah kasih tau keluarga mu?"
"Aku ga bilang keluarga ku, Mba. Aku gamau buat mereka khawatir dan buat malu mereka. Aku bilang kalau aku diterima kerja dan ditempatkan di kantor cabang Malaysia."
"Bagaimanapun itu bukan kesalahan kamu, Nas. Aku kagum sama kamu. Kamu tetap mempertahankan bayi kamu dan menanggung nya seorang diri. Aku belum tentu kuat kalau ada di posisi mu."
"Aku gak tau kedepan nya akan seperti apa, Mba? aku cuma berharap tidak akan pernah bertemu Maxwell lagi …" ucapnya lirih.
"Aku yakin dokter Rei akan menjagamu dengan baik." Nastiti tersenyum.
Mbok Darmi memanggil kedua gadis itu untuk makan malam. Mereka berempat menikmati menu yang sudah dihidangkan mbo darmi, setelah makan malam Sraya dan ibunya memutuskan untuk pulang meski sebelum nya Nastiti mereka untuk menginap.
"Aku akan senang kalau, Mba. Dan Ibu mau menginap."
"Mungkin di lain waktu, Nak. Kamu bisa berkunjung kerumah ibu kapan pun kamu mau, anggaplah aku dan Sraya sebagai keluarga mu di kota ini. Meskipun Sraya bekerja di Jakarta kamu ga perlu sungkan untuk sekedar mampit kerumah kami."
Nastiti memeluk ibu dari Sraya dengan haru. Baik anak dan ibunya sama sama memperlakukan Nastiti dengan baik.
"Makasi, Ibu. Aku pasti akan mampir kerumah dengan Mbok Darmi. Aku juga akan selalu menghubungi ibu."
"Aku akan mengirim alamat kami, Nas. Kamu jaga diri baik-baik, Nas. Selalu beri aku kabar."
"Iya, Mba. Pasti, makasih atas waktu Mba dan Ibu hari ini. Nastiti sangat senang."
"Mbo Darmi, kalau butuh sesuatu jangan ragu untuk menghubungi saya. Apalagi Mbo Darmi dan Nastiti baru di kota ini," seru ibu Emah.
"Pasti, Bu. Saya dan Non Nastiti senang karena punya keluarga baru di kota ini."
Setelah berpamitan Sraya dan ibu nya pulang
"Aku masih belum moveon dari pesta resepsi tuan Maxwell dan nona Natt kemarin," Seru seoarang gadis bercerita kepada kedua teman nya.
"Iya keduanya sangat serasi bagai raja dan ratu."
"Semuanya terlihat sangat mewah dan berkelas. Vendor yang mereka pakai adalah vendor yang sering dipakai pejabat dan artis papan atas. Souvenir nya saja mini gold."
Sraya membantu Ferdi membersihkan area dining yang tadi penuh dengan customer saat makan siang.
Sraya mencuri dengar pembicaraan tiga gadis yang sepertinya bekerja di perusahaan Maxwell, Ternyata kemarin Natt dan Maxwell menikah.
Sraya masuk ke area kitchen dengan menutup pintu dengan sedikit keras karena masih kesal mendapat berita tentang Maxwell.
"Are you okay, sraya?"
Tanya willem boss sraya yang terlihat sedang menikmati rendang jengkol yang dibawakan istri nya untuk makan siang.
"Oh sorry Mr.willem, I didn't mean to."
"You know? i almost choked. Why do you look upset?"
"Maap Mister Willem. Mister makan redang jengkol lagi?" tanya sraya mengalihkan omongan.
"Yaaa ... aku menyukainya, di Perancis aku tidak pernah menemukan makanan seperti ini." Willem terkekeh.
"Apa Boss mau aku buatkan minuman?"
"Hmm buatkan aku greentea ice blend," pinta Willem.
"As your wish, Boss."
Setelah beberapa saat Sraya membuatkan pesanan Willem dan ia melanjutkan kembali pekerjaan nya Sampai pada pergantian shift saat hendak pulang, Sraya yang sedang mengobrol dengan Hendi dan Ferdi sampai tidak memperhatikan jalan menabrak seorang pria.
Dia adalah Maxwell bersama istri nya Natt. Mereka berdua terlihat sedang memesan kopi di Caffe Sraya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Kacan
aku berada di kubu maxwell😆
2023-02-17
0