"K-kau … ?"
"Nona, Nastiti. Tuan Maxwell ingin bertemu dengan anda."
Nastiti memalingkan muka saat Sean asisten pribadi Maxwell itu menyebutkan namanya.
"Katakan pada tuanmu kalau aku tidak akan pernah mau bertemu dengan nya lagi!"
"Maaf tapi saya diperintahkan untuk membawa anda."
Kemudian datang dua orang pria yang penampilan nya sama dengan Sean, kedua lelaki itu membawa kursi roda. Sean dengan cepat mengeluarkan sapu tangan yang sudah diberi obat bius dan membekap Nastiti sampai tidak sadarkan diri.
Saat membuka mata Nastiti sudah berada di kamar mewah, ia terbaring di ranjang berukuran king size. Nastiti mengerjap bebera kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Kamu sudah sadar, Nona?" sapa seorang pria dengan snelli putih yang ia kenakan.
"Dimana aku?"
"Kamu di salah satu villa tuan Maxwell, kenalkan aku, Dokter Reihan." Lelaki itu mengenalkan nama nya pada Nastiti.
"Bagaimana aku bisa sampai disini?"
"Hmm … sebenarnya itu … aku sendiri tidak tau. Aku hanya mendapat telepon dari Maxwell untuk mengurus seseorang, begitu aku sampai sudah ada kamu disini."
"Aku ingin pergi tolong …" pinta Nastiti lirih.
"Aku tak punya kuasa, Nona. Sebaiknya tunggu Max saja."
"Aku gak mau berada disini atau ketemu dengan lelaki bajingan itu, bahkan dia berani menculik ku dari rumah sakit."
"Aku gak tau apa masalahmu, Nona? tapi melihat dari kondisi mu yang seperti ini kamu membutuhkan perawatan."
KLEKKKK … pintu kamar terbuka.
"bagaimana keadaan nya?" tanya Maxwell yang baru datang.
Tubuh Nastiti bergetar melihat kedatangan lelaki yang sudah membuat dirinya hancur. Ia menatap tajam dengan mata yang penuh dendam.
"Kondisi nya saat ini lemah, dia sedang hamil dan butuh badrest Max," jelas dokter Rei.
"Dia benar hamil?"
"Ya, kehamilan nya sudah memasuki minggu ketiga. Apa anak yang dikandung nya anakmu?"
"Bukan urusan mu, urus saja dia sesuai perintahku."
"KAU LELAKI PALING BAJINGAN YANG PERNAH AKU TEMUI! Kau sudah membuat aku menderita, dan kau masih menculiku dan membawaku kesini? Apa yang kau mau haaaa?" tanya Nastiti geram.
"Kau keluarlah Rei, aku akan menemui mu nanti," perintah Maxwell.
"Baik, bersikap lah sedikit lembut. Dia dalam keadaan yang tertekan."
Rei menepuk bahu sahabatnya dan keluar meninggalkan mereka berdua, Maxwell berjalan kearah Nastiti lalu berdiri disampingnya.
"Apa mau ku? Aku hanya ingin memastikan keadaanmu, apa benar kau hamil?"
"Apa kau lupa brengsek? Kau yang sudah membuatku seperti ini, kau tidak lebih dari lelaki hina. Pergi kau ke naraka!"
Entah setan apa yang sudah merasuki Nastiti. Gadis yang biasanya bersikap santun dan berkata lemah lembut itu berubah menjadi kasar saat sudah berhadapan dengan Maxwell.
Maxwell yang selama hidupnya selalu di hormati dan tidak pernah dihina, apalagi dari seorang gadis yang tidak ia ketahui asal-usul nya itu terlihat marah. Ia menampar Nastiti dan mencengkram wajahnya.
"Apa kau pikir aku sudi melakukan nya denganmu? Aku sudah menahan diri karena aku tau aku salah. Aku berbaik hati memberimu uang dengan jumlah besar sebagai kompensasi, tapi kau menguji kesabaranku dengan mulut kotormu ini?"
Nastiti menangis, hatinya sakit diperlakukan seperti ini. Bahkan orangtua dan kakak nya tidak pernah berlaku kasar padanya.
"Apa kau pikir uang segala nya? Apa kau pikir aku tidak ada harga diri? Apa kau sanggup mengulang waktu?"
"Jadi kau mau mengulang waktu, Nona? Ahh yaa … kemarin aku melakukan nya dengan kasar dan dalam pengaruh obat. Sekarang aku akan melakukan nya dengan lembut dan dalam keadaan sadar."
Nastiti terbelalak saat Maxwell mencoba menyentuhnya, ia kembali mencium Nastiti dan memaksa membuka bajunya. Nastiti melawan namun dia dalam keadaan yang lemah.
Bukan ini yang Nastiti maksud. Mengulang waktu versi Nastiti adalah andai malam itu tidak bertemu Maxwell dan menjadi korban pelecehan Maxwell.
Manis, itu yang Maxwell rasakan saat mencium bibir Nastiti dalam keadaan sadar. Ia menatap manik hitam milik Nastiti dan memperhatiakn wajah gadis tersebut.
Baru Maxwell sadari kalau Nastiti adalah gadis yang cantik, tanpa polesan makeup bahkan dalam kondisi yang pucat seperti ini saja Nastiti masih terlihat cantik, gadis ini memiliki inner beauty yang berbeda.
Dengan sisa tenaga Nastiti meraih vas bunga yang ada di nakas sebelah ranjangnya. Ia mengigit bibir Maxwell dengan kuat dan memukul kepala Maxwell sangat kuat dengan vas yang berhasil ia raih.
Darah seketika mengalir dari dahi Maxwell. Tangan nya bergetar melihat cairan merah itu, ia kembali menampar Nastiti dengan kuat sampai sudut bibir Nastiti mengeluarkan darah.
Maxwell meninggalkan Nastiti dengan keadaan baju nya yang robek. Rei yang melihat Maxwell keluar kamar dengan kondisi seperti ini seketika terpaku.
Bukan karena luka di dahi Maxwell tetapi karena Rei tahu kalau Maxwell memiliki trauma saat melihat darahnya sendiri. Entah apa yang sudah di lakukan Nastiti.
Setelah mengurus luka Maxwell dan memberinya obat penenang. Rei datang memeriksa keadaan Nastiti, gadis itu terlihat meringkuk di sudut ranjang dan menutupi badan nya dengan selimut. Rei memberikan snelli nya pada Nastiti sebagai pengganti baju nya yang koyak karena ulah Maxwell.
Dua bulan sudah berjalan, dan Nastiti masih dalam tawanan Maxwell, pria dingin itu semakin murka setelah Nastiti membuka trauma nya dengan cara melukai Maxwell.
Nastiti sangat peka dalam menilai seseorang. Ia bisa melihat Rei sebagai lelaki yang baik, ia pun mulai menceritakan semua yang tejadi pada Rei.
Rei sendiri melihat Nastiti sebagai gadis yang kuat dan sangat menjunjung harga dirinya, sangat berbeda dengan wanita wanita yang pernah dekat dengan Maxwell.
Ada perasaan yang berbeda saat Rei bersama Nastiti, entah karena iba atau hal lainnya. sampai ia berencana untuk menolong gadis yang sudah ia rawat selama sebulan ini di villa pribadi Maxwell.
"Apa rencanamu untuk Nastiti, Max? Apa kau ingin menahan dia lebih lama?" tanya Rei.
"Aku hanya sedang menghukum nya karena telah berani membuka luka lamaku."
"Kurasa sudah cukup, Max. Dua bulan bukan waktu yang singkat untuk menghukum wanita yang tengah hamil muda dan dalam kondisi lemah."
"Dia lemah? Bahkan dia selalu memiliki kekuatan setiap melawanku."
"Lalu apa yang kau inginkan? Kau ingin mempertahankan bayi itu?"
"Kau tau sendiri, Rei. Kalau bayi itu adalah anak yang tidak sengaja hadir karena kesalahan, aku juga tidak sudi memiliki anak dari gadis rendahan seperti Nastiti!"
"Lalu apa rencana mu, Max?"
"Gugurkan bayi itu!"
"Lalu apa bayaran yang aku dapatkan?"
"Apapun yang kamu. Rumah, mobil, uang, kedudukan sebutkan apapun itu."
"Apa kau akan memberikan apa yang aku ingin sebagai bayaran?"
"Kau tau aku, Rei. Aku tidak pernah bicara omong kosong."
"Aku menginginkan Nastiti !" jawab Rei tegas.
Maxwell meletakkan anggur mahal yang sedari tadi ia minum. Ia memandang kepada sahabatnya.
'"Kau menyukai Nastiti?"
"Ya aku menyukai nya, aku tidak keberatan dengan gadis bekas sahabatku ini. Kau tidak ada perasaan untuk Nastiti kan? Serahkan Nastiti untuk ku dan aku akan mengurus bayi yang dikandung Nastiti."
"Aku tidak minat dengan gadis rendahan seperti Nastiti. Kau urus bayi itu maka kau bebas memilikinya. Aku tidak ingin mendapatkan masalah kedepanya."
"Kandungan Nastiti sangat lemah dan memiliki kelainan, Max. Janin nya tidak akan bertahan lama dan memang harus diangkat. Aku tidak ingin mengambil resiko pada ibu dan bayi nya."
"Apa kau yakin kandungan Nastiti lemah dan janin nya mengalami kelainan?"
"Kau meragukan aku sebagai Dokter?"
"Aku hanya tidak ingin ada pengkhianat!"
"Kau bisa membaca laporan kesehatan nastiti yang sudah aku siapkan."
Rei melempar map yang ia bawa kepada Maxwell. Laporan kesehatan Nastiti yang sudah ia palsukan, kandungan Nastiti sebenarnya tidak ada masalah sama sekali.
Rei merencanakan ini semua untuk membantu Nastiti. Nastiti sendiri meskipun ia membenci Maxwell dan mengandung anaknya tetapi ia pernah bercerita kepada Rei kalau anak yang dikandung nya sama sekali tidak bersalah.
Nastiti teringat perjuangan ibunya yang telah menantikan kehadiran Nastiti begitu lama, ia merasa sedih kalau mengingat anak anak yang terlantar, ia tidak ingin membunuh anak yang tidak berdosa.
Bagaimanapun Nastiti adalah gadis yang sangat baik hati. Nasib nya saja yang buruk karena bertemu dengan Maxwell.
Maka cara terbaik adalah memalsukan keadaan Nastiti dengan bayinya. Dengan begitu Rei dapat membawa Nastiti jauh dari Maxwell tanpa harus mengugurkan bayi Nastiti.
Malam itu Rei dan Nastiti mendapat kesempatan dan bekerja sama. Rei mendapatkan pasien dengan kondisi kandungan tidak dapat di selamatkan.
Nastiti berpura-pura mengalami kontraksi hebat sehingga ia dilarikan kerumah sakit yang sama dengan pasien Rei.
Maxwell percaya kalau Nastiti mengalami keguguran setelah melihat kondisi janin dari pasien Rei yang tidak bisa di selamatkan, ia bilang itu adalah bayi Nastiti.
Sesuai dengan janji Maxwell, lelaki itu menyerahkan Nastiti kepada rei meski dengan perasaan aneh di hati Maxwell, entah itu perasaan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Kacan
Rei, itu bukan iba. Mungkin aja cinta
2023-02-17
0
Kacan
max ... max ... katanya gak sudi😒 nih kok nambah. aku tampol juga lo pakai centong nasi
2023-02-17
0
Kacan
isss tak patut, kasar kali kamu max😡
2023-02-17
0