"Bude! Apa-apaan sih. Main teriak," keluh Tasya sambil memegangi bokongnya akibat dirinya yang terjauh dari atas tempat tidur.
Sedangkan tatapan sinis di mata bu Rumi membuat Tasya bertanya-tanya karena ia merasa jika tidak melakukan, kesalahan apapun dengan bude nya.
"Bude, itu bola mata kalau keluar bagaimana?" dengan tampang bodohnya ia malah bertanya. Tasya tidak menyadari jika sang bude sedang marah dan kesal terhadapnya.
Bude Rumi pun berjongkok dan entah lah apa yang akan dilakukannya tapi, Tasya berteriak saat itu juga.
"Aaaaaa ... Bude ... Sakit!" Tasya berteriak kesakitan, belum juga rasa nyeri itu hilang di tambah sekarang dirinya mendapat jeweran dari sang bude.
"Syukurin, kapok gak kamu. Dasar ponakan tidak tahu diri menyebalkan dan sangat menjengkelkan!" umpat bude Rumi dengan Tasya.
Auh.
"Bude, Bude lepasin. Ini nanti kalau copot bagaimana?"
"Bude tidak peduli!"
Bude Rumi terus menempelkan jemarinya lalu menarik kupingnya dengan sangat keras.
Dari arah luar kamar pak Harun yang mendengar suara ribut-ribut pun di buat bertanya-tanya. Kenapa pagi-pagi sudah heboh di dalam kamar milik Tasya.
Pak Harun segera pergi untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pak Harun berjalan dengan langkah yang tergesa-gesa.
Sesampainya di kamar.
"Kalian sedang apa!" suara bariton dari arah pintu, membuat kedua orang perempuan itu langsung menoleh ke arah suara itu berada.
"Eh Bapak," ucap bu Rumi dengan wajah yang di buat-buat.
"Pakde tolongin Tasya, Tasya di aniaya sama Bude, lihat lah aku di jewer." Tasya pun mengadu pada pak Harun yang masih bersindakap dada di tengah pintu.
"Dasar anak tukang ngadu," ucap bude Rumi dengan wajah sebalnya.
"Bu, lepas kan. Memangnya ada apa sih pagi-pagi sudah ribut?" pak Harun akhirnya bertanya pada sang istri mengapa bisa ia menjewer telinga Tasya.
"Nih ponakan kamu! Masa iya dalam keadaan mengigau masih bisa mengatai aku, Pak." Bu Rumi pun akhirnya menjawab pertanyaan sang suami.
"Memangnya apa yang dikatakan oleh Tasya," kata pak Harun sedikit penasaran dengan apa yang terjadi.
"Dia bilang kalau sudah kaya uangnya akan di berikan padaku, supaya aku tidak cerewet dan mengusik dirinya di waktu tidur." Bu Rumi pun mengatakan semuanya tanpa ada yang di tambahi.
Hahahahaha.
Dengan suara tawa yang terdengar nyaring, pak Harun tertawa sambil memegangi perutnya. Menurutnya itu sangat lucu dan apa yang dikatakan oleh Tasya, adalah benar.
"Kenapa Bapak malah tertawa," ucap bu Rumi dengan tangan yang berada di pinggangnya.
"Karena apa yang dikatakan Tasya itu memang benar, Buk."
Bapaaaak.
Seketika Tasya dan Pak harun menutup kedua telinganya akan teriakan bu Rumi, yang begitu sangat kencang hingga membuat gendang telinganya mereka, terasa nyeri.
Pagi ini di awali dengan keributan, tanpa keributan berasa sayur kurang garam. Meski begitu keluar pak Harun sangat menyayangi Tasya.
Pukul tujuh pagi.
Tasya sudah bangun dan sudah membereskan rumah, sedangkan bu Rumi tengah memasak untuk mereka buat sarapan.
Dengan telinga yang tersumpal oleh alat musik. Tasya menyapu sambil menyanyi tidak jelas, karena yang di nyanyikan adalah lagu milik BON JOVI, yang berjudul its my life.
Bukan masalah soal musik sebetulnya. Akan tetapi, soal Tasya yang di panggil tidak ada sahutan, itu yang membuat bu Rumi kesal.
Hingga akhirnya,.
Srakkk.
"Budeee!" teriak Tasya.
"Apa, ini yang membuat suaraku hampir habis!" bu Rumi memolototi Tasya dan juga berkacak pinggang tepat di hadapan Tasya setelah mengambil headset, yang tertempel di telinga Tasya.
"Memangnya aku membuat kesalahan apa lagi sih, Bude!" seru Tasya yang tidak terima akan budenya yang langsung merusak suasana indahnya.
"Kamu ya, bener-bener bikin orang darah tinggi saja." Bude Rumi mengeluh karena kelakuan Tasya.
"Kamu dari tadi ku panggil-panggil tidak menimpali. Sampai-sampai tenggorakan Bude sakit, eh sampai sini gak taunya kuping kamu, kamu sumpal dengan ini! Sungguh menyebalkan." Bude Rumi terus mengoceh karena habis sudah menghadapi kelakuan anak gadis. Yang ada di depannya saat ini.
Sedangkan Tasya yang mendapat kemurkaan dari sang bude. Hanya diam sambil menggaruk tengkuknya dan diiringi sebuah senyuman.
"Bude, jangan marah-marah terus kalau nanti jantung Bude tidak berdetak lagi gimana hayo."
Bukannya sang bude meredam amarahnya, yang ada bude Rumi makin murka.
"Dasar menyebalkan. Apa kau sengaja mendoakan Bude mati!" seru bude Rumi.
"Salah lagi dong aku Bude," ujar Tasya dengan wajah polosnya.
"Ya jelas salah dong, Tasya! Ampun punya anak gadis satu dah bikin puyeng." Bude Rumi tak habis pikir lalu meninggalkan Tasya dengan hati yang dongkol.
Sedangkan Tasya mengangkat kedua bahunya dengan bibir yang terangkat, lalu ia melanjutkan menyapunya.
Pukul delapan pagi, semua pekerjaan telah selesai dan kini ia akan menjalankan ritual wajibnya. Ya itu mandi, setelah itu ia akan berangkat bekerja.
Tidak membutuhkan waktu lama Tasya sudah rapi dengan hem berwarna kotak-kotak dan celana jins, tidak lupa sepatu kesayangannya. Hadiah dari Aldo saat dirinya genap berusia (19) tahun saat itu.
"Syah, buruan sarapan dan ini bekal untuk nanti siang." Bude Rumi memberikan kotak bekal untuk Tasya.
"Terimakasih Bude, Bude memang yang terbaik." Tasya pun tidak henti-henti memuji akan kebaikan yang di berikan bude nya, pada dirinya. Di saat semua orang termasuk keluarganya sendiri tidak peduli dan sangat membencinya.
Tasya sudah berada di jalan untuk menuju ke toko roti di mana dirinya berada.
"Syah, tumben seneng banget itu muka." Salah satu teman kerja Tasya.
"Memang kelihatan ya," ujar Tasya dengan memegang kedua pipinya.
"Kau ini bodoh apa memang pura-pura bodoh sih," sungut temannya.
Hehehe.
Bukan menjawab melainkan malah menyungir kuda.
Merasa ada yang tidak beres hingga membuat temannya memegang dahinya, siapa tahu Tasya sedang sakit dan suhunya lebih dari 37c.
"Tidak panas," gumam temannya.
"Lantas mengapa jadi gila?" temannya berbicara pada dirinya sendiri karena melihat tingkah Tasya.
Sedangkan Tasya yang mendengar ingin sekali rasanya mencopot kepala temannya, lalu di letakkan di etalase.
"Apa kamu pikir aku sedang demam tinggi lalu menjadi gila?" Tasya pun menyilangkan kedua tangannya dan memandang ke arah wanita muda tersebut.
"Tidak, tapi aku rasa sedikit."
"Itu sama kamu mengataiku gila bodoh!" dengus Tasya dan setelah itu dirinya membuka pintu, agar segera bisa berkerja.
Semua orang sudah berada di toko dan semuanya juga sudah bekerja sesuai tugas masing-masing.
Tasya yang ikut membantu di dapur mulai memasukkan telur-telur itu di mikser. Meski ia bukan lulusan tata boga, membuat kue bukan lah hal yang sulit untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Hahahaha🤣🤣🤣
Menghibur kisah Tasya
Walaupun Dy anak yatim piatu ttp happy
Perjuangan Ucup Mampir
2023-01-27
0
@Kristin
semangat up nya Thor 🤗
2023-01-25
0
Rini Antika
Semangat terus, Vote, bunga dan iklan mendarat..💪💪😘😘
2023-01-16
2