"Berhati-hatilah. Aku di sini selalu setia meski seandainya tak ada yang setuju akan hubungan kita," ucap Tasya dengan wajah tanpa ekspresi sama sekali.
"Harus dong, kamu harus setia denganku karena aku pun juga seperti itu." Kata-kata Aldo sedikit membuat tenang hati Tasya.
"Ya sudah, lebih baik kita segera makan karena setelah ini. Aku akan mempersiapkan kebutuhanku selama di luar kota," jelas Aldo pada Tasya untuk segera memakan makanan yang sudah mereka pesan baru saja.
Akhirnya keadaan sedikit hening karena mereka berdua sedang menikmati sepiring stik dengan segelas jus jeruk sebagai pelancar makanan.
Tidak berapa lama kemudian, Tasya harus pamit untuk kembali bekerja demi sesuap nasi.
"Do, aku balik lagi ya. Sudah di tunggu karena ini sudah jam lima," pamit Tasya pada Aldo.
"Iya sayang semangat dan jangan lupa juga, doain aku supaya pekerjaanku lancar ya." Mereka saling berpelukan menumpahkan akan kerinduan, yang akan tertahan untuk sementara waktu.
Pada akhirnya mereka pun berpisah. Dengan hati yang sedih Tasya pun melenggang menuju motornya berada.
Sesampainya Tasya berada di warung lesehan milk pak Sobri, Ia hari ini nampak tidak semangat dan itu di ketahui oleh sang pemilik.
"Tumben gak semangat bakar ayamnya?" pak Sobri yang melihat Tasya sedikit melamun memilih bertanya.
"Eh Pak, mungkin sedikit capek makanya tidak semangat." Jawab Tasya dengan sedikit senyuman yang di paksakan.
"Kalau capek pulang saja, kasian itu badan di ajak kerja mulu." Dengan senyuman pak Sobri sengaja mengajak, Tasya untuk bercanda.
"Tidak kok Pak, lelahnya hanya sedikit. Jadi, Pak Sobri jangan kuatir."
"Ya sudah kalau kamu merasa tidak enak badan. Lebih baik kamu pulang saja," ucap pak Sobri.
"Iya Pak." Jawab Tasya pada pak Sobri.
Akhirnya tasya membakar ikan dengan penuh hati-hati karena dirinya, tidak mau ikan-ikan itu sampai gosong dan mengakibatkan kerugian.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan sudah pukul sepuluh, di mana waktunya Tasya untuk pulang. Dagangan pak Sobri sudah habis, sebelum pulang Tasya harus mencuci semua peralatan yang habis di pakai.
"Syah, ini ada sisa ayam. Kamu bawa pulang ya," ujar pak Sobri pada Tasya.
"Tapi Pak...."
"Sudah jangan banyak bicara bawa saja," ucap pak Sobri yang memotong perkataan Tasya.
"Kalau masih ada lagi boleh deh pak, aku bawa pulang lagi." Sambil cengengesan Tasya berkata.
"Itu mah mau kamu," celetuk pak Sobri.
"Kali saja masi ada kan lumayan. Jadi kan, besok aku tidak perlu masak." Dengan diiringi sebuah tawa Tasya berujar.
"Enak di kamu gak enak di saya dong," kata pak Sobri dengan wajah memelas.
"Bercanda pak, itu muka jangan di miripin sama kanebo kering."
Hahahaha.
Tasya tertawa terpingkal-pingkal karena merasa lucu dengan wajah pak sobri.
"Kamu itu suka sekali bikin orang gedeg," ujar pak sobri.
"Ya sudah kalau begitu aku pamit pulang ya, Pak." Tasya pun segera berpamitan dengan sang pemilik arung lesehan untuk segera pulang.
Pukul setengah sebelas malam, Tasya baru sampai di rumah. Rasa lelah seharian karena sudah berkutat dengan pekerjaan, membuat dirinya merasa damai saat melihat bude Rumi tengah tertidur di sofa ruang tamu.
Ia tahu jika sang bude sedang menunggunya karena setiap hari, sang bude akan melakukan hal yang sama. Meski, Tasya sudah melarangnya dengan alasan jika tidur di kamar lebih enak. Namun bude Rumi selalu menolak dengan berbagai alasan.
Dengan pelan Tasya membangunkan bude Rumi agar beliau, pindah di kamar dan tidur lebih nyenyak.
"Bude bangun," suara lirih dan sebuah tepukan di bahu. Membuat bude Rumi sedikit demi sedikit membuka matanya.
"Syah, baru pulang?" tanya sang bude dengan keadaan masih lesu.
"Iya bude, sekarang Bude bangun lalu pindah di kamar ya. Udara malam tidak baik baik bagi kesehatan," ucap Tasya dengan menyuruh bude Rumi untuk segera pindah dari kamar.
Akhirnya bude Rumi pun pindah dan Tasya juga sudah berada di dalam kamar mandi, untuk segera mandi dan lekas tidur.
Air dingin yang ia siramkan ke seluruh tubuhnya, sedikit membuatnya terasa segar dan merasa jika otaknya sedikit encer.
"Enaknya, andai aku orang kaya mungkin diriku ini akan mandi dengan air hangat." Dalam keadaan yang masih menggosok sabun ke seluruh tubuhnya, Tasya masih sempat untuk berkhayal.
Acara mandi pun sudah ia sudahi karena dirinya cukup kedinginan.
Setelah itu dirinya masuk ke dalam kamar dan akan langsung tidur tanpa mengecek gawai yang berada di nakas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya.
"tasya bangun!" lagi-lagi suara indah dari bude Rumi sudah memenuhi isi di dalam kamar.
"Hem, jangan ganggu aku dulu Bude, nanti aku lupa lho ngitung uangnya." Dengan keadaan mata terpejam, Tasya berbicara.
"Uang dari hongkong, buruan bangun," sergah bude Rumi pada Tasya lagi.
"Bude. Lihatlah uangku banyak kan, nanti kalau aku udah kaya mandi pun aku mau pakai shower." Lagi-lagi tingkat kehaluan Tasya makin bertambah meski dengan keadaan tidur.
"Haduh, ini anak rupanya lagi ngigau. Kasihan kamu saking pengennya jadi orang kaya sampai segitunya," gumam bude Rumi sembari menggelengkan kepala ke sana dan kemari.
"Apa tidak bisa di tunda itu mimpinya," ujar bude Rumi yang masih setia menanggapi Tasya.
"Nanti kalau di tunda kapan aku kayanya," ternyata Tasya masih menyahuti perkataan sang bude, entah di sini siapa yang salah karena mereka berdua sama-sama konyol.
"Memang berapa uang yang kamu hitung sekarang?" tanya bude Rumi dengan menopangkan kedua tangannya di dagu.
"Ada satu M, karena aku bodoh makanya harus hati-hati ngitungnya." Jawab tasya dengan jemari layaknya alat penghitung untuk anak TK.
"Dari mana kau dapatkan uang segitu banyaknya. Sehingga mencapai puluhan juta?" bude Rumi masih setia menunggui Tasya yang sedang halu di dunia mimpi.
"Aku kan kaya, usahaku di mana-mana. Anak buahku juga banyak jadi aku ini adalah orang terkaya se--asia," ujar Tasya dengan kedua tangan yang di rentangkan.
"Duh kasihan kamu Tasya, sampai ke bawa mimpi halunya." Bude Rumi membatin sesekali menggelengkan kepalanya lagi.
"Sejak kapan kamu jadi orang kaya," ujar bude Rumi.
"Dari kemarin malam." Jawab Tasya dengan tangan kembali seperti semua yang sedang terlihat berhitung.
"Memangnya kalau kamu banyak uang, itu uang mau kau ke mana kan?" tanya bude Rumi.
"Akan aku berikan pada orang yang selalu mengganggu kenyamanan tidurku," Tasya berkata seolah-olah dirinya dengan keadaan sadar.
"Memangnya siapa orang itu?"
"Bude Rumi, di saat aku sedang tidur pulas dia selalu mengganggu...."
"TASYAAAA!!"
GUBRAK.
Auh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rini Antika
mimpi aja km..🤭
2023-01-11
1
Rini Antika
maunya, tadi aja pura" gak mau..🤭
2023-01-11
0
Rini Antika
Ekhem, masa sih
2023-01-11
1