Tidak terasa, hari ini sudah hari Senin lagi dan kami harus siap dengan rapat redaksi lagi. Jumat kemarin aku tidak ke kantor, aku menyelesaikan konsep Hamy hingga selesai dan juga konsep pemotretan Monica yang menggunakan wardrobe investasi kantor.
Jadi rapat hari ini semua sudah matang, setelah rapat redaksi bisa langsung rapat sama koordinator fotografi dan layout.
Outfit aku hari ini, tshirt sepanjang paha warna biru muda, lalu aku padankan kalung manik-manik, dengan celana jeans, dan sepatu kets.
Seperti minggu lalu, aku sampai kantor jam 9 pagi, jadi bisa bantu teman - teman yang mungkin masih belum matang idenya untuk rubrik yang dipegangnya.
Setelah ngobrol dan diskusi ngalor ngidul sama beberapa teman, jam sudah menunjukkan pukul 9.50, kami pun bersama-sama menuju ruang rapat.
Di ruang rapat sudah ada Mas Raka, Mas Zaki, dan satu cowok kece yang tidak kami kenal sedang ngobrol serius.
"Good morning, selamat pagi mas - mas semua," kataku. Ketiganya langsung menengok kearah aku beserta rombongan redaksi yang baru masuk.
"Pagi semuanya, sudah siap buat rapat hari ini?" tanya Mas Raka.
"Siap Mas," ujar kami bersamaan.
"Kita mulai aja ya sekarang? Saya panggil Hadi dulu," Mas Raka pun menelpon Mas Hadi untuk ke ruang rapat.
Setelah Mas Hadi masuk, rapat pun dimulai. Mas Hadi membuka dengan doa dan kemudian dia membacakan hasil notulen rapat minggu lalu.
Lalu Mas Raka memotong sebelum semuanya memberikan laporannya. "Sebelum semuanya memberi ide, saya ingin memperkenalkan tim kita yang baru di bagian fotografer. Oke, kamu perkenalkan diri kamu dulu sekarang, biar teman- teman enggak bertanya-tanya lagi."
"Baik Mas. Selamat pagi teman-teman semua. Perkenalkan saya Bimo, lengkapnya Bimo Antariksa, saya bergabung dalam tim fotografer bersama Mas Zaki, Tito, dan Sisi."
"Sebelum bekerja disini, saya kerja di Jerman, dan baru balik ke Indonesia dua bulan lalu. Saya rasa cukup ya perkenalan saya ini, terima kasih."
"Oke, kita mulai ya rapatnya. Sekalian kita tentukan siapa fotografer yang terlibat dalam tiap rubrik. Zaki kamu siap ya."
"Untuk kuliner kemarin sudah fix Tito ya, yang motret. Rai jadi liputan ke hotel Ritz-Carlton Kuningan?"
"Iya mas jadi, sudah fix. Tinggal waktunya aja, nanti kita yang menentukan."
"Untuk resep, fotografernya siapa Ki?" tanya mas Raka ke mas Zaki.
"Bim, elo motret menu resep - resep ya, di dapur?" tanya Mas Zaki ke Bimo, fotografer baru.
"Oke, gak masalah."
"Oh ya Mama bisa kasih laporannya?"
Hening dengan kebingungan yang Mas Raka sampaikan.
"Mama, Mama Sandra, ide kamu sudah siap?"
Langsung heboh dong. Aku yang merasa namaku dipanggil langsung melihat ke Mas Raka yang lagi tersenyum. Apa coba, sandiwara hari Kamis masih berlanjut. Yang ada aku gak bisa marah, malah ketawa, inget kejadian hari Kamis lalu.
Banyak yang menanyakan apakah aku dan Mas Raka jadian. Aku cuma ketawa terbahak-bahak, sudah gak kepikiran soal sopan santun lagi deh. Tampang Mas Raka tersenyum yang menurut aku ngeledek, tapi kata teman- teman tampang penuh cinta. Haduuh!
"Mas Raka, Sandra gak bisa ngomong sekarang. Jujur gak kuat," kataku yang langsung tertawa lagi sampai mataku mengeluarkan air mata.
"Mama jangan gitu ah," balasnya.
"Mas, kalau gangguin terus, Sandra keluar nih!" kataku antara marah, kesel, tapi masih pingin ketawa.
"Selama rapat, tidak boleh ada yang keluar ruangan sebelum rapat selesai," kata Mas Raka tegas.
Yang aku heran, kok dia bisa sih mendadak tegas seperti itu, sedangkan aku enggak kuat nahan ketawa.
"Sudah-sudah. Yuk Sandra laporannya. Untuk yang lain harap tenang, saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Sandra. Saya gagal, karena saya sudah di tolak sama Sandra."
Bisa dipastikan dong, seheboh apa ruang rapat itu. Aku yang memang tidak masalah berteman dan bersahabat dengan cowok tapi selalu menghindar dan menolak bila itu sudah menyangkut pacaran, juga menolak atasan yang kece badai, penuh kharismatik, dan sayang anak.
" Mas Rakaaaa, mulai ngaco ya?"
"Maaf, maaf ya teman-teman semua. Saya hanya ingin mengurangi ketegangan saja. Kamis kemarin Sandra habis bilang sama saya, kalau selama ini rapat selalu tegang, dan mulai sekarang saya akan mengubah image itu."
Kembali terdengar suara bisik-bisik lagi. Karena memang dari kejadian ini, semuanya melihat perubahan yang berbeda dengan Mas Raka.
"Oke kita serius ya sekarang. Oke Sandra, bagaimana konsepnya?"
Aku pun menerangkan konsep pemotretan koleksi Hamy dengan desain kasar yang aku buat. Begitupun untuk koleksi Monica, hanya saja gambaran koleksi Monica itu benda properti yang digunakan bukan desain layout.
"Oke, Zaki fotografer siapa untuk fashion spread ini?"
"Bimo didampingi saya mas. Oh ya San, itu pemotretan dibagi per desainer di hari yang berbeda atau dikerjakan dalam satu hari?"
"Rencananya satu hari Mas, dari pagi sampai selesai. Moga-moga sore sudah selesai. Rencana menggunakan dua model."
"Oke untuk layout-nya ditangani oleh Gita ya?"
"Siap Mas," kata Gita.
Wea, kecantikan apa?"
"Lipstik Mas. Sekarangkan banyak artis yang jual lipstik. Sudah gitu kemarin L'Oreal, Wardah, LT pro, Make Up Forever, baru kirim sample lipstik."
"Oke, Zaki foto lipstik untuk ilustrasinya ya. Wea jangan lupa sebelum diapa-apain lipstiknya di foto dulu ya. Koordinasi ya."
"Gisel, youtuber nya sudah fix?"
"Sudah mas. Rencananya minggu ini wawancara."
Lalu musik, cover, peristiwa, hot trend news, gadget bagaimana? Kesehatan sudah bisa jalan ya, jangan lupa koordinasi sama Zaki ya untuk motret dokter kandungannya."
Kemudian rubrik yang baru disebut kan oleh Mas Raka melaporkan ide dan apa rencananya. Sampai rapat selesai dengan damai, tenang, dan bahagia, karena sikap Mas Raka yang sudah membaur dan enggak tegang lagi.
Selesai rapat, aku janjian sama Gita dan Mas Zaki untuk membicarakan fashion spread sehabis makan siang.
***
Setelah makan siang, kami berempat meeting di ruang TV redaksi. Langkah awal menanyakan Gita, kalau konsepnya seperti itu, dia membutuhkan fotonya dulu atau bisa dicicil ngerjain background-nya.
"Itu bisa dikerjain dulu kok, yang penting gue tahu warna bajunya seperti apa. Untuk posisi orang dan untuk perbandingan desain bisa minjem dari foto edisi yang lain yang ada di folder."
"Sip, jadi ini gambaran kasarnya ya Git. Maafkan temanmu yang kece ini gambarnya amburadul," kataku sambil menyerahkan kertas konsep bergambar yang kubuat dengan komputer beberapa hari ini. "Nanti aku email aja ya gambarnya."
"Oke. Ini gue sempurnain aja ya, jadi gur gak perlu gambar ulang."
"Atur aja lah. Pokoknya yang keren ya."
"Mas Zaki, udah oke-kan sama konsep aku?"
"Lah yang motret kan Bimo, San. Coba tanya Bimo dong."
"Oh iya, gimana Bim dengan konsep ku? Ada yang di bingungin ga? Kalau soal pencahayaan aku serahin ke kalian, aku gak ngerti."
Bimo langsung mengambil kertas konsep yang aku perlihatkan, dan memperhatikan satu persatu.
"Insya Allah gak bingung sih San."
"Sip ya. Jadi aku sekarang tinggal ketemu OB untuk minta persiapkan properti."
"Oke, ini sudah clear ya masalah pemotretan. Kalau ada apa-apa dikomunikasikan. Lalu mau pemotretan kapan?" tanya mas Zaki.
"Kamis bisa gak, Mas Zaki sama Bimo? Jadi mulai hari ini aku kontak model dan MUA, sama minta OB untuk nyiapin properti. Besok dan lusa bisa ambil baju."
"Oke, ga masalah. Aku bisa, selagi jadwal lainnya masih kosong," jawab Bimo.
"San, kamu masih punya hutang penjelasan ya sama aku."
***
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Reanza
Baca sampai sini dulu ya nanti lanjut lagiii
2020-06-28
1