Saat di lift kantor menuju lobi dan parkiran, kami berpapasan dengan teman - teman dari media lain yang satu grup. Sepertinya perjalanan gosip yang kita buat siap dimulai.
Mas Raka dengan santainya masih menggenggam tanganku sambil menyapa para petinggi dan beberapa temannya di grup yang ketemu di lobi. Oh god! Aku memang harus siap ini.
Benar - benar percuma menghindar makan siang dua kali dengannya, tapi dengan asyiknya dia memamerkan kemesraan palsu pada mereka. Dari masih di kantor hingga lobi aku ketawa kecil terus, bukan karena senang jalan bersama Mas Raka tapi karena kekonyolan dan rencana gila kita. Bikin gosip, hahahaha.
Pas menuju parkiran, kami ketemu Mas Zaki koordinator fotografer dan Tyo yang bertanggung jawab pada rubrik gadget, pulang dari liputan. Aku melihat tampang mereka sempat kaget. Aku langsung bilang ke mereka kalau mau liputan ke fashion show. Hmmm sepertinya aku harus siap di wawancara oleh dua cowok ini.
Di mobil Mas Raka, kembali dia menyetel lagi lagu Roxette, It Must Have Been Love. Aku pun langsung komentar, " Mas Raka lagi ngebayangin jadi Richard Gere di Pretty Woman ya? Lagunya ini terus Mas. Ketawan banget sih anak jadul."
"Hahaha imajinasimu bagus juga ya. Kamu mau jadi Julia Robert-nya?"
"Wadaw! Makasih makasih makasih Mas tawarannya. Saya jadi Kak Ros di Upin Ipin aja deh."
"Jauh bener perbandingannya San. Itu sih yang suka Abel tonton, bukan Papanya."
"Udah ah Mas, pembicaraannya diganti aja. Nyerempet-nyerempet mulu sih."
"Loh, nyerempet gimana sih? Ya sudah bagaimana kalau saya ganti, apakah kamu mau jadi mamanya Abel?" tanyanya sambil menjalankan mobil.
"Mas, jangan ngaco ah. Saya tuh ga suka bahas soal pasangan - pasangan kayak gini," ujarku terus terang.
"Kamu punya trauma ya?"
Aku menjawabnya dengan anggukan dan setelahnya aku diam.
"Oke, saya tidak membahasnya lagi, saya menghargai pilihan kamu."
"Thanks mas pimred."
"Kamu tuh ngocol juga ya. Jarang - jarang loh saya tertawa seperti tadi waktu diruangan saya. Kamu memancing saya untuk rileks, makanya keluarlah kata - kata papa mama tadi," ucapnya sambil tersenyum.
Akupun kembali tertawa ingat kejadian di kantor. "Mas, saya besok bakalan banyak ditanyain nih, serambit sama pimred."
"Hahaha sudahlah, biarkan saja. Kita lihat saja besok."
Jalan raya Jakarta ramai lancar, perjalanan menuju Hotel Dharmawangsa mencapai satu setengah jam.
Sesampainya di hotel, kami langsung ketempat konpers untuk daftar dan mendapatkan ID tanda khusus media peliput. Setelahnya aku pun menerima press release dan tas goody bag, lalu kami pun masuk ruangan. Sudah ada banyak teman - teman dari media lain. Aku pun mencari tempat duduk yang di pinggir, biar kalau Mas Raka mau motret tidak susah keluar masuk.
Sambil menunggu konpers, kita disajikan aneka makanan kecil. Konpers pun dimulai jam setengah enam sore. Sekitar 45 menit konpers dengan Biyan yang didampingi para sponsor pun usai, itu pun ditambah dengan one on one interview dengan televisi.
Kita pun sekarang ditawarkan menuju lobi ballroom. Tapi Mas Raka mengajak ke cafe di hotel itu sampai waktunya show. "San, yuk ngopi di Majapahit Lounge saja, sambil nunggu jam 7 malam."
"Boleh mas. Yuk."
Kami pun ngopi-ngopi sambil ngobrol ngalor ngidul. Selama ini aku enggak tahu kalau ternyata Mas Raka tuh asyik juga orangnya.
"Mas, jujur ya, Senin kemarin saya baru tahu loh kalau Mas Raka hatinya tidak sekaku yang kami fikirkan selama ini. Selama ini tuh kita sering tegang kalau rapat redaksi Mas."
"Oh ya? Setidak nyaman itukah kalian terhadap saya?"
"Iyes. Terutama kita yang cewek - cewek, suka deg-degan, karena mas mau positif atau negatif hasilnya mukanya datar banget."
"Terima kasih ya kamu sudah mau terbuka, saya akan coba lebih ramah dan ekspresif seperti kamu deh."
"Yaa jangan seperti saya juga dong Mas, nanti dipikir saya ada apa-apa beneran lagi sama Mas Raka. Udahlah main mama papa-nya hari ini aja karena kita sarimbit," aku dan Mas Raka pun kembali tertawa.
"Hahaha kita lihat alurnya aja ya. Biar saya juga bisa dekat dengan teman - teman yang lain. Tapi memang baru kamu loh cewek yang berani ceplas ceplos, ga ada takutnya mengungkapkan isi kepala kamu ke saya di kantor."
"Saya terkadang memang nekat sih. Hahaha ya sudah yuk Mas, kita ke ballroom, Mas Raka juga harus ngetekin posisi kamera."
"Yuk. Perlu kita pegangan tangan San?"
"Haish," kataku menepis tangannya.
***
Para tamu fashion show masuk ke dalam ballroom jam 20.15. Peragaan dimulai menjelang jam 21.00. Ini hal yang biasa dalam dunia fashion, karena para tamu undangan ketika dipanggil untuk masuk banyak yang masih menikmati hidangan.
Interior ballroom diubah layaknya hutan, banyak pohon - pohon besar dengan daunnya yang hijau. Di bagian bawah ditutupi dengan daun seakan daun yang berguguran. Bau tanaman dan tanah basah pun tercium jelas seakan kami benar - benar berada di dalam hutan dengan suasana yang gelap.
Setelah semua mendapatkan tempat duduknya,
Becky Tumewu sebagai MC membuka acara yang diawali dengan pemberian bunga dan cendramata kepada para sponsor sebagai tanda terima kasih. Lalu diberitahukan bahwa peragaan dibagi atas empat sequel dengan total 89 koleksi.
Dengan background panggung yang juga tema hutan, yang banyak pepohonan dan sedikit gelap, para model terlihat mulai memperagakan busana yang terbuat dari berbagai material kain seperti, satin silk, raw silk, lace, tafeta, dengan bermain detail berupa mutiara, kristal Swarovski, dan bordir. Disaat jeda antara sequel dua ke sequel tiga para pecinta fashion dihibur dengan suara merdu Titi DJ yang juga tampil dengan outfit karya Biyan.
Disaat Titi menyanyikan lagunya yang kedua, para peragawati pun kembali tampil memperlihatkan aneka koleksi gaun cantik nan feminin pertanda koleksi sequel ketiga dimulai.
Peragaan terus berlangsung tanpa jeda hingga sequel ke empat. Diakhiri dengan jalannya model cantik Almira diatas panggung menampilkan ball gown satin silk dengan warna biru dongker dengan bahan lace dihiasi aneka bordiran serta print berupa dahan dan daun yang menyebar abstrak.
Kemudian Becky memanggil Biyan sebagai empu acara untuk tampil ke panggung dan menerima karangan bunga dari para kolega, sahabat, dan pecinta fashion-nya. Para peragawati pun tampil kembali dalam bentuk parade dan mereka berhenti untuk pose di panggung. Lampu pun mati, dan fashion show pun selesai.
Total waktu peragaan menghabiskan waktu sekitar satu jam lima belas menit.
Saat pecinta fashion mulai banyak yang keluar dan mulai sedikit sepi, aku menghampiri pit fotografer menghampiri Mas Raka. Daripada cari- carian diluar pasti lebih riweh, lebih baik langsung didatengin dan menuju parkiran bareng.
Setelah Mas Raka menutup ranselnya dan menenteng monopod-nya kami pun pamit ke teman-teman fotografer yang lain dan langsung jalan menuju parkiran.
Oh ya, kami parkir di belakang, di apartemen Dharmawangsa. Tadi jaga-jaga parkir di hotel penuh. Ternyata parkir dibelakang pun sedikit antri, walaupun tidak seramai parkir di hotel.
Saat menunggu antrian keluar, aku melihat gerak gerik mas Raka yang mau menyalakan musik. Aku langsung nyeletuk, "Mas please, jangan lagu Roxette lagi."
"Kamu mau dengar siapa malam-malam begini?"
"Tulus aja mas. Lagunya enak-enak, Sandra suka."
"Oke sebentar ya, saya cari dulu di sportify."
"Mas, Sandra boleh tidur ga?"
"Eeh enak aja, emangnya saya supir, saya kan juga gak tahu rumah kamu. Terus minta disetelin Tulus buat tidur gitu?"
"Hahahaha ya enggak Mas. Oh iya, Mas Raka belum tahu rumah Sandra ya. Jangan sensitif gitu ah, kayak cewek lagi PMS aja nih."
"Tapi kalau kamu mau jadi Mamanya Abel, kamu boleh tidur kok. Aku serius loh San ngomong ini. Aku bicara sama kamu kayaknya selalu happy, kamu bisa bikin aku tersenyum, tertawa, semuanya seperti lepas."
"Mas maaf, saya masih belum tertarik untuk memiliki pasangan. Gak mau mikirin juga Mas. Kalau mas bisa happy karena Sandra, ya bagus, tandanya sebagai anak buah Sandra berhasil membahagiakan bosnya, jadi bosnya gak stres."
"Ya sudah gapapa. Meskipun saya jadi sedih nih enggak bisa memiliki wanita idola saya."
"Halah lebay ah. Sudah ah, ga usah dibahas."
Akhirnya mobil kami pun bisa keluar dari area parkir. Jalanan Jakarta tengah malam seperti ini cukup sepi.
Dimobil kami lebih banyak diam, hanya kadang-kadang bicara. Aku berusaha menahan kantukku.
Aku sampai rumah sekitar jam 12 tengah malam. Begitu aku masuk pagar, Mas Raka pun langsung pulang tanpa mampir dulu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Musfa Ningsih Karyadi
syukaaaaaaaaaa
2020-12-10
0
Sani Maulani
udah kebaca ceritanya pasti menarik lanjuuut
2020-08-19
2
Tatas Gumirawati
ceritanya menarik......jadi lanjut bacanya
2020-07-30
2