Kemarin sore rencananya mau ke ruang kerja mas Raka untuk ngasih undangan Annual Show Biyan, tapi ternyata Mas Raka lagi ada tamu, jadi kuputuskan pagi ini aku ke ruangannya.
Ku ketok pintu ruangannya. Setelah kudengar suara, "masuk," aku pun membuka pintu ruangannya.
"Pagi Mas," ssst, penampilan pimred aku pagi ini keren deh. Dia tampil casual, gaya anak muda banget. Pakai kemeja hawaii nuansa biru dengan motif bunga-bunga lalu dalaman kaos oblong warna putih dipadankan celana jeans selutut dan sepatu dr. martens. Kebayangkan kerennya?
"Pagi, duduk San."
"Hari ini mau ke pantai Mas?" inilah aku, kadang mulut suka gemes mau gangguin orang, tapi kalau digangguin balik aku bingung sendiri, hehehe.
"Iya, saya mau main banana boat nanti, mau ikut?" tanyanya sambil senyum.
"Gimana - gimana, ada apa? Kamu bawa apa tuh?" ujarnya lagi.
"Ini ada undangan Annual Show Biyan Mas. Mas Raka diundang, dapat tempat duduk VIP. Nah, apa Mas Raka masih mau motret atau nonton di VIP?"
"Saya tetap motret San. Kamu duduk dimana saat show? Kalau kamu duduk dibaris kedua atau ketiga, bangku saya untuk kamu saja."
"Wah, asyiik saya duduk di VIP. Ya udah, kalau gitu Mas. Acaranya lusa ya mas, hari Kamis. Saya jalan sore Mas, karena konfrensi pers-nya sore, jam 5."
"Saya motret konpers juga San. Jadi kita bisa berangkat bareng. Kamu gak perlu bawa mobil ke kantor hari Kamis."
"Mas Raka mau anter saya pulang setelah show?"
"Lah iyalah. Memangnya kamu biasanya setelah fashion show pulang sendiri?"
"Enggak Mas, kalau yang motret Tito, diantar Tito lah. Begitupun kalau yang motret Mas Zaki, dia yang antar pulang."
"Nah, besokkan saya yang motret, ya saya dong yang antar kamu."
"Baiklah, saya mah asyik aja deh. Oke Mas, saya ke meja saya dulu ya."
"Oke."
***
Sesuai mandat pimred kalau Kamis aku gak usah bawa mobil, jadinya hari ini naik taksi. Aku memilih naik taksi karena bawa gaun untuk acara nanti sore.
Minggu lalu waktu telepon - teleponan dengan asistennya Biyan, aku juga memesan busana koleksi yang diperagakan. Aku minta yang berlengan dan tidak terlalu ketat. Lalu janjian untuk aku ambil di show room Plaza Senayan hari Rabu, sehari sebelum show.
Bajunya sesuai yang aku inginkan, tidak memperlihatkan siluet tubuh, lengannya pun longgar dengan panjang 7/8 dan panjang gaun sampai betis. Perfect!
Kalau soal harga, jangan dibahas ya, toh gak semua desainer bajunya aku beli, lagian dalam setahun kehitung kok berapa kali aku beli baju desainer.
Sampai kantor aku langsung duduk di depan komputerku dan kembali berkutat dengan konsep pemotretan. Moga - moga bisa kelar konsep pemotretan Hamy hari ini. Tinggal dua konsep lagi, sehabis itu aku bisa sounding ke fotografer dan layout. Untuk pemotretan Hamy, memang yang sedikit ribet nanti layout karena banyak desain yang akan dimainkan.
Sebelum makan siang, aku ke ruangan Mas Raka, untuk memastikan Mas Raka membawa perlengkapan tempurnya buat motret nanti. Aku perlu absen bawaan dia karena dia punya perlengkapan kamera lengkap, sudah dapat dipastikan dia tidak pakai kamera investasi kantor.
Aku ketok ruangannya. Sampai dia teriak, "masuk."
Aku masuk dengan cengiran termanisku. Mendengar teriakannya takut dia lagi badmood.
"Heem ada apa Sandra?"
"Mau ngingetin buat nanti sore mas. Sudah siap dengan perlengkapan tempurnya kan?" Mas Raka melihatku dengan dahi berkerutnya.
"Kamera n the gank maksud kamu?"
"Iya mas. Monopod bawakan?"
"Kenapa ke monopod bukan lensa tele saya yang kamu ingetin?"
"Mas, nanti itu yang difoto banyak, bisa delapan puluh lebih. Biasanya dibagi beberapa sequel, satu sequel aja bisa belasan sampai dua puluhan. Kalau gak bawa monopod nanti fotonya goyang, saya bakalan marah mas kalau fotonya gak fokus."
"Hahahaha kamu cerewet ya tahunya."
"Iyalah saya cerewet ke tim kerja saya, daripada nanti saya dicerewetin pimred saya kalau hasilnya ga bagus."
"Heh, kamu nyindir saya?"
"Dih, ini bukan nyindir mas, tapi itulah yang terjadi. Saya harus tahu kelengkapan tim saya. Emangnya Mas Raka sebagai pimred gak bakalan marah kalau hasil kerja anak buahnya gak rapi, gak bagus? Saya sih gak mau."
"Sudah saya bawa Sandra. Terima kasih sudah mengingatkan. Dengan begini saya jadi tahu, tanggung jawab kamu terhadap rubrik yang kamu pegang."
"Oh iya Mas, memori card nya berapa giga?"
"What? Kamu sampai ngecek ke memori card segala?"
"Yaah, siapa tahu baju andalan yang mau dibahas ada di bagian belakang, eh tahu-tahu Mas Raka gak motret karena memorinya penuh. Udah banyak kejadian itu Mas, dan Sandra gak mau ngalamin itu."
"Oke, saya mengerti. Saya bawa memori card tiga, 128 gb satu buah, dan yang 68 gb dua buah. Kondisi semua dalam keadaan kosong."
"Good job mas!" kataku sambil kasih jempol ke mas Raka.
"Sandra, Sandra. Jadi semakin tahu saya tentang kamu. Ya udah yuk, kita makan siang di cafetaria," kata mas Raka sambil merapikan mejanya.
"Hah? Makan siang berdua di cafetaria mas? Iseng deh. Mau bikin gosip ya?"
"Loh, kitakan hari ini jadi tim kerja lapangan. Saya jadi anak buah kamu," katanya berdalih.
"Enggak enggak deh mas. Saya masih mau hidup tenang tanpa memikirkan yang gak penting. Saya pesen gofood aja lah."
"Kamu kok ketakutan banget. Takut kelihatan gebetan ya, jalan sama saya?"
"Haish, gebetan lagi. Mas, fans kamu tuh banyak, nanti saya di gencet loh. Udah ah, saya mau ke meja saya saja. Nanti jam 3 kita jalan ya, semoga jalanan lancar."
"Baik tuan putri." Kamipun tertawa dan aku keluar ruangannya. Bisa-bisanya aku memberikan perintah ke atasan. Untung Mas Raka lagi asyik.
Sesuai rencana, akupun memesan makanan via gofood. Biar tenang dari gangguan mas Raka yang mau ngajak ke cafetaria.
Aku nyadar, fans mas Raka tuh banyak, dari majalah sebelah lalu tabloid yang diatas yang semuanya masih satu grup media dengan kami, banyak yang suka dengan dia. Tampangnya yang ganteng dan enak untuk di lihat, badannya yang oke, serta penampilannya yang fashionable. Haduh, ga yakin aku kalau fansnya ga nambah.
Kalau aku setujui permintaannya, wah bisa jadi bahan gosip satu gedung itu. Temen - teman satu redaksi sih bisa lihat keseharian kita dan gimana kita, terutama aku, yang ga mau untuk pacaran atau memiliki pasangan, nah yang enggak satu redaksi, bisa pakai bumbu. Menghindar memang pilihan terbaik.
Aku makan sambil mengerjakan konsep fashion spread. Lumayanlah kalau satu konsep selesai sambil nunggu setengah tiga, lalu setelahnya aku ganti kostum dan dandan.
Tak terasa, alarm HP aku bunyi, menandakan sudah waktunya mematikan komputer dan ganti kostum. Aku pun mematikan komputer dan bergegas ke toilet berganti busana dan dandan.
Jam 3 kurang 10, aku selesai dan aku ketok pintu ruangan Mas Raka.
"Masuk aja San." Lah, dia tahu aku yang ngetok.
Begitu masuk, aku lihat penampilannya. JEDAAR! Kami menggunakan baju dengan tema yang sama.Ternyata dia pun memakai baju koleksi terbaru dari Biyan yang nanti akan diperagakan.
"Wadidaw!!! Mas, kok bisa? Aduh, kita kayak mau kondangan kawinan ini bajunya samaan." Kami pun tertawa terbahak-bahak.
"Ternyata kita pasangan yang serasi ya San? Nanti jangan lupa kita harus foto di Wall of Fame."
Tambah ketawa lagi lah kami. Asli, beneran sudah seperti suami istri mau ke undangan.
"Ya udah lah. Kamu pasrah aja San. Mau menghindar dari gosip cafetaria tapi liputan pakai baju samaan. Jangan lupa kamu gandeng tangan saya ya!"
Aku terus - terusan ketawa, ditambah sama soal gandengan tadi. "Oke Mas, mulai sekarang saya pasrah mau digosipin apapun sama Mas Raka. Semoga saya gak di gencet aja sama fans-nya Mas Raka."
"Mau kita mulai sandiwara ini Mas? Saya bisa mulai begitu kita keluar ruangan ini."
"Hahaha mau nekat? Hayuk, siapa takut? Semoga setelah ini saya sedikit tenang dari lirikan para wanita di gedung ini."
"Oke? Let's go!" kataku.
Benar saja, keluar ruangan malah Mas Raka ngelawak. Asli, saya jadi bingung dengan kepribadiannya. Ternyata dia seasyik ini.
Jadi ketika kami keluar ruangan, teman - teman pada memandang kami, lalu Mas Raka bilang, "Oke anak - anak papa mama liputan dulu ya." Tangannya pun menggandeng aku.
Kacau kan pimred kami? Dengan mencangklong ransel kameranya, teman-teman pun percaya kalau kita mau liputan. Apalagi ada beberapa anak yang baca undangan fisiknya di mejaku. Aku pun nulis di whiteboard liputan, tapi tidak mencantumkan fotografernya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yulia Cahyono
auto ngakak
2020-11-13
2
Lia Kiftia Usman
seruuu...makin dibaca makin lupa masak😊😊😊🤭
2020-10-09
2
Ni Sulastini
suka bngeeeeeeet ma ceritanya
2020-09-19
1