Begitu masuk ruang rapat langsung terdengar lagu Roxatte, It Must Have Been Love. Aku pun berpandangan dengan Rai, kami sama-sama bingung, tumben diruang rapat ada musik.
Kami mendapatkan jawabannya ketika kami melihat pimred tercinta sudah duduk manis disana sendirian.
"Pagi Mas," ucap kami bersamaan dengan teman-teman yang lain yang tadi bersamaan ke ruang rapat.
"Pagi semua. 10 menit lagi ya kita mulai rapatnya."
"Oke Mas", "siap", "boleh Mas". jawab kami bersamaan dengan jawaban yang berbeda.
"Semua sudah siap kan?"
"Belum datang semua Mas."
"Heem."
"Mas lagi jatuh cinta ya? Lagunya asyik bener," kata Tito, salah satu fotografer andalan majalah kita.
"Mau tahu aja atau mau tahu banget kamu To?"
"Wadaw!" refleks Wea teriak.
Mas Raka hanya senyum - senyum.
Eits, mata Mas Raka menatapku, dengan tatapan datar. Kok kayaknya aku bakalan kena masalah nih.
"Oke kita review dulu majalah yang kemaren ya. Mulai dari peristiwa, saya lihat untuk edisi ini bagus, data - data dan narasumber yang Ruby dapatkan oke. Materi yang digali juga dalam. Saya mau edisi besok juga seperti ini ya Bi."
"Iya Mas, saya usahakan," kata Ruby.
"Untuk kuliner kok saya merasa halamannya kurang ya, jadi foto yang ditampilkan juga kurang banyak dan masih bisa lebih dalam juga pembahasannya. Padahal menurut saya, kuliner edisi ini menarik."
"Mulai edisi mendatang, kuliner seperti edisi lalu ya Rai, tapi halamannya ditambah dua halaman. Nanti saya cari halaman apa yang akan dikurangi.
" Untuk edisi mendatang liputan kuliner fotografernya Tito, ya!" kata Mas Raka.
"Baik Mas," kata Raisa.
"Wea, untuk halaman kecantikan saya lihat kurang sedikit 'centil'. Untuk curly rambut, harusnya jangan selalu fokus ke wanita yang sudah bekerja atau menikah aja, meskipun untuk mama muda, coba kamu buat juga yang untuk mahasiswi, jadi ada yang girly. Satu subyek dua pembahasan."
"Oke Mas, untuk edisi mendatang saya perbaiki."
"Sandra, untuk halaman mode coba diperbanyak liputan fashion show desainer atau misalnya pas gak ada show, kamu wawancara khusus desainer. Bisakan?"
"Bisa Mas."
"Oke, edisi besok kalau halaman yang ngulas mode kurang, kamu isi wawancara ya."
"Baik Mas."
Rapat kali ini kami jauh lebih rileks, mungkin karena suasana hati pimrednya yang lagi bagus, apalagi habis dengar lagunya Roxette. Intinya rapat jauh dari tegang. Untuk edisi yang kemarin pun hanya dapat masukan sedikit. Terlihat isi majalah sesuai rencana.
Untuk rencana edisi berikutnya pun begitu. Ide aku lolos dan bisa langsung aku kerjakan. Tadi aku menawarkan koleksi baju Hamy dan Monica. Tadi aku jelaskan garis desain terbaru mereka dan konsep pemotretan serta layout yang seperti apa.
Mas Raka tadi minta kalau ada fashion show, dia mau yang motret. Ini antara musibah apa anugerah ya? Beda tipis sih. Bukan apa-apa, gerak gerik aku pasti terbatas. Aku harus jaga image dong ke atasan, ga enak cekakak cekikik sama teman - teman sesama jurnalis dari media lain.
Ide Raisa pun yang menu 17-an diterima. Ide Anisa seputar kesehatan menjaga reproduksi wanita dengan wawancara dokter kandungan pun di acc. Beberapa teman lainnya masih abu-abu. Hal ini karena belum berani memberikan kepastian, seperti cover, seleb, dan rubrik inovasi dan prestasi yang mau diisi dengan wawancara youtuber yang berprestasi, bukan youtuber yang tidak mendidik.
Mas Hadi kulihat sibuk diskusi dengan Mas Raka sebelum membacakan hasil rapat hari ini, yang nantinya akan disebar via email ke semua staf redaksi.
Sedangkan kami, berbincang ala kadarnya membahas ide - ide kami dan saling memberi masukan. Hingga Mas Hadi memberi kode untuk tenang. Dia pun membacakan hasil rapat hari ini dan mengumumkan rapat pematangan untuk edisi mendatang Senin depan.
Kami dipersilahkan memberi ide atau masukan untuk isi rubrik yang belum di acc sehingga selesai rapat minggu depan diharapkan semuanya sudah beres, dan tinggal dikerjakan serta liputan.
Setelah rapat ditutup, aku mendapat WA dari mas Hadi untuk tidak keluar dulu dari ruang rapat. Jeng jeng! Aku berharap tidak ada masalah dengan pekerjaanku.
Setelah semua temanku keluar, tinggallah kami bertiga. Aku, Mas Hadi, dan Mas Raka. Kemudian Mas Raka bicara, "Hadi, tinggalkan saya berdua dengan Sandra."
Deg-degan dong. Percaya deh, diotak aku banyak pertanyaan, intinya: 'ada apa?', 'aku abis bikin salah apa?'.
"Untuk halaman fashion show edisi mendatang, saya ingin terlibat San. Jadi saya minta kita tektokan ya untuk rubrik ini."
"Dalam waktu dekat, ada fashion show siapa San?" Sedikit lega, ternyata hal ini yang ia bicarakan.
"Ada event Indonesian Fashion Week, itu lima hari full ada fashion show dari siang sampai malam, di JCC. Lalu ada juga Annual Show Biyan di Hotel Dharmawangsa. Ini yang sudah ketahuan dan yang besar ya Mas, kalau yang di mol saya minta press release sama foto saja rencananya."
"Heem oke, saya nanti yang motret pas Biyan ya. Biasanya dia matangkan, sampai konsep panggung dan suasana tempat nonton digarap serius."
"Banget mas. Suka ngasih kejutan tak terduga, dan kita merasakan atmosfer yang dia mau."
"Oke, note ya San."
"Siap mas. Terus ada lagi Mas?"
"Kamu buru - buru amat San. Ada janji?"
"Eh, enggak kok mas." Saya tuh, grogi mas, tahu gak sih.
"Kamu mau saya setelin musik lagi? Biar bisa ngobrol santai?"
"Haiyah! Iseng deh! Sekalian aja traktir saya makan siang Mas," jawabku asal jeplak.
"Eh boleh. Yuk kita makan siang diluar aja yuk," kata Mas Raka antusias.
"Jiaah, Mas Raka kenapa serius sih? Sandra bercanda Mas."
"Gapapa, Abel hari ini langsung di jemput supir ke rumah Eyangnya."
"Maaf Mas, Sandra gak bisa, mau mulai nyiapin konsep buat fashion spread," ucapku yang merasakan sikap Mas Raka yang tahu - tahu berubah kepadaku. Semoga alasan kerjaan ini bisa menyudahi ajakan yang bikin dag dig dug der.
"Ya sudah, kalau alasan kamu itu. Oke, jangan lupa kita tektokan untuk halaman fashion show ya."
"Baik mas. Sandra ke meja Sandra ya Mas," kataku yang bersyukur gak jadi makan siang bareng Mas Raka. Bukan apa - apa, kebayang aja betapa canggungnya kami nantinya kalau makan berdua antara atasan dan bawahan.
"Oke!"
Aku pun meninggalkan Mas Raka sendirian di ruang rapat. 'Ah lega rasanya, bisa keluar dari ruang rapat,' kataku dalam hati.
***
Setelah makan siang di kantin bersama teman - teman, aku pun membuat konsep pemotretan, rencananya aku menyiapkan enam konsep pemotretan untuk Hamy dan Monica, total jadi 12 konsep. Khusus hari ini aku fokus ke konsep Hamy.
Baru selesai dua konsep plus satu konsep yang belum selesai, aku sudah capek dan mulai buntu. Pertanda harus berhenti bekerja.
Saat kulihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sebelum pulang, cek email dulu, siapa tahu ada undangan atau release dari desainer.
Ketika fokus membaca email, Tuti, office girl kantor datang menghampiriku dengan sepucuk undangan.
"Mba, ini tadi ada titipan dari resepsionis bawah."
"Oh ya Tut, Terima kasih."
Ternyata undangan Annual Show Biyan yang memang sedang kutunggu, karena minggu lalu aku sudah bicara sama asistennya, dan dia mengatakan hari ini akan mengirim undangan untukku dan atasanku.
Ingin tertawa sebenarnya, pimred diundang dan mendapatkan duduk di bangku VIP, tapi dia memilih untuk memotret dengan posisi berdiri. Terserah Mas Raka sih sebenarnya, doi mah bebas.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
yulia ari
aku dtg bw like semangatt, mari saling dukung 🙏
2020-07-05
2
Cocoon
Kita review dulu majalah yang kemaren ya.
Galfok dengan "kemaren" kirain "kasmaran". Ikutan terbawa lagu roxatte yang diputar sebelumnya 😂. Jadilah "majalah kasmaran"
2020-06-26
2
Black Rosa
aku curiga ni sama mas raka... hmmmm
2020-06-04
1