...Aku sudah menantikannya selama puluhan kehidupan. Aku akan membalas setiap rasa sakit yang aku rasakan. Gerald, pernahkan kau menyangkakan hal ini?...
...Roxena Lawrence...
Alamat di surat itu adalah sebuah Gudang terbengkalai di pinggir kota. Gerald bergegas masuk dan disambut beberapa pria kekar berseragam seperti bodyguard. “Kalian yang menculik istriku? Kembalikan istriku!”ucap dingin Gerard.
“Kau Gerald?”tanya salah satu pria itu dengan tenang, sikapnya siaga namun tidak ada niat menyerang.
“Benar! Di mana istriku?”
“Nona sudah menunggu Anda.” Salah seorang dari mereka memimpin jalan. Gerald mengikut dengan waspada. Ia tidak bisa menyerang. Ia datang dengan tangan kosong sementara mereka punya senjata api.
Sial!
“SAYANG!”pekik Gerald, hendak berlari maju saat melihat Elisa. Namun, langkahnya di tangan oleh pria yang memandunya tadi.
“LEPAS! SAYANG, ELISA, APA KAU BAIK-BAIK SAJA?” Ingatan bunga lily dan anting berdarah itu menghantui Gerald. Elisa tidak mendengarnya, matanya tertutup kain putih dengan kaki dan tangan terikat pada tiang. Bercak darah terlihat dari pakaian berwarna terang yang Elisa gunakan.
Sialan! Siapa yang melakukan itu? Setidaknya biarkan Elisa duduk!
“ELISA? CAN YOU HEAR ME? ELISA?!” Teriakan Gerald semakin keras dan panik. Elisa, Wanita itu tidak sadarkan diri. Semakin kuat Gerald memberontak, semakin kuat pula ia ditahan.
“LEPAS!! SIAPA KALIAN SEBENARNYA? APA YANG KALIAN INGINKAN, HAH?!”
“MENIKAH DENGANKU!”
Gerald menoleh ke sumber suara. Suara yang sama yang menghubunginya tadi.
“APA KAU GILA?!”hardik Gerald.
“NONA?!” Wanita di belakang Wanita itu berteriak kaget.
“Gerald Chaddrick, menikahlah denganku maka dia akan selamat,” ucap Wanita itu.
Erin tidak mengerti apa yang dilakukan oleh Roxena. Ia memang meminta Roxena cepat menikah. Namun,
bukan merebut suami orang juga! Lagi, apa yang menarik dari pria itu? Terlihat biasa saja!
Gerald menyipitkan matanya. “KAU BENAR-BENAR GILA! AKU TIDAK AKAN PERNAH MENDUAKAN ATAUPUN
MENINGGALKAN ISTRIKU!!”
Roxena berdecak. Ia kemudian duduk dengan angkuh di kursi yang diambil oleh anggotanya. Bertopang dagu. Erin
berdiri di belakang Roxena dengan masih terus mencerna situasi.
“Pilihan ada di tanganmu. Ketahuilah, ini bukan sebuah negosiasi namun sebuah keharusan. Kau mau atau tidak
yang pasti kau akan menikah denganku! Satu lagi, aku juga tidak mau diduakan, jadi ceraikan atau aku habisin saja dia?” Salah satu anggotanya mendekat dan menodongkan pistol tepat di pelipis Elisa.
“Ku pikir kau mencintainya,” ucap Roxena, nadanya angkuh. “Tidak berguna juga. Tembak dia.”
Mata Gerald. Ini tidak main-main. Wanita itu benar-benar gila. Gerald mengepalkan kedua tangannya.
“Baik! Baik! Aku akan menikah denganmu dan menceraikannya!”
“Good!” Roxena tersenyum puas. Menyuruh Erin untuk memberikan surat perceraian untuk ditanda tangani oleh Gerald.
Gemetar. Gerald menandatanganinya. Kemudian untuk tanda tangan Elisa, digunakan cap jari. Roxena tersenyum semakin lebar melihat surat perceraian itu.
Roxena kemudian bangkit dari duduknya. Mendekati Gerald yang berlutut lemas. Ia menunduk, menangis.
Bahkan … belum lama mereka menikah dan ia harus berpisah dengan Elisa, cintanya. Takdir macam apa ini?
“Simpan air matamu, Gerald. Hal ini tidak pantas kau tangisi,” bisik Roxena tepat di telinga Gerald.
Geram, hati Gerald dipenuhi dengan amarah. “K-Kau! Aku mem-“
Roxena memukul tengkuk Gerald, pria itu pingsan. “Lepaskan Wanita itu. Bawa pria ini, kita kembali,”
titah Roxena datar. Di matanya, ada api membara, ekspresinya datar namun jika menutupi perasaan semangatnya.
Nona, apa Anda serius? Erin masih tetap tidak mengerti.
*
*
*
Mereka sudah kembali ke Spanyol. Erin dibebankan dengan mengurus dokumen pernikahan Roxena dan Gerald karena melibatkan kedutaan dua negara. Perizinan yang cukup rumit itu harus ia selesaikan dalam waktu satu hari.
Erin mengomel kesal. Nonanya semakin gila saja. Namun, ia sama sekali tidak bisa membantah karena hidupnya ini, ia yang sekarang juga karena Roxena. Kesetiannya lebih besar daripada rasa kesalnya.
Di sana, di atas altar itu, Gerald berdiri dengan jas putih. Mimik wajahnya dingin. Sangat dingin, hatinya dipenuhi dengan amarah dan kekhawatiran. Begitu membuka mata, ia sudah berada di Spanyol. Tanpa sepatah kata perpisahan, tanpa memastikan kondisi Elisa. Bagaimana keadaan Elisa?
Apakah ia sudah sadar? Pernikahan ini? Apa ia harus melakukannya?
Jika kau berani kabur dan macam-macam, aku akan membawakanmu mayat Wanita itu.
Apakah ia harus menikahi Wanita gila itu? Gereja ini, tidak ada orang lain kecuali dirinya, pendeta, dan juga anggota Roxena. Serta Roxena dan Erin yang sebentar lagi akan masuk.
Mengapa dunianya jadi berantakan seperti ini? Sebenarnya … apa alasan pernikahan paksa ini? Ia sama sekali tidak mengenal Roxena, tidak pula pernah berhubungan dengannya, apa salahnya?
Pintu terbuka. Saatnya mempelai memasuki altar. Mata Gerald sedikit terbelalak.
Gila! Gila dan gila!
Kesan itu semakin membekas di benak Gerald. Bagaimana tidak, Roxena benar-benar memakai gaun pernikahan bewarna hitam. Di damping oleh Erin yang tampak tak berdaya. Sepertinya sudah kehabisan kata untuk membujuk Roxena.
Tidak ada senyum di wajah Roxena. Lebih dingin dari ekspresi Gerald. Semakin membuat pria itu tidak mengerti.
Keduanya kemudian saling berpegangan tangan untuk pemberkatan. Pendeta memimpin mereka untuk mengucapkan janji suci pernikahan. “S-Saya Gerald Chaddrick, bersedia mengambil engkau Elisa Moonlight-“
“Maaf, Tuan Gerald, bukan Elisa Moonlight namun Roxena Lawrence,” ralat Pendeta menegur.
“M-maaf, maafkan saya.” Lidah Gerald keluh. Rasanya ia tidak sanggup. Mengulang lagi dan salah lagi. Roxena masih bertahan dengan kedatarannya.
“Maaf, saya tidak bisa melakukan hal ini. Nona, lebih baik Anda bunuh saja saya,” pinta Gerald frustasi. Roxena Lawrence, Roxena Lawrence, mengapa begitu sulit menyebutkan nama Wanita itu dalam janji suci pernikahan.
Erin menyaksikan itu dengan jantung berdebar kencang. Ia berdoa, semoga tidak ada darah dan Roxena mengontrol emosinya. Ini, memang hari pernikahan namun tidak ada keromantisan, malah kesuraman dan rasa
mencekam. Salut dengan pendeta yang masih berdiri tegak untuk memimpin janji suci itu.
“Beginilah yang aku rasakan dulu. Namun, apa kau pikir dengan kau mati semua akan selesai? Aku akan mengejarmu sekalipun kau mati dan jangan lupakan Wanita itu. Orangku, masih mengawasinya,” bisik Roxena. Ancaman, Gerald bergidik dan juga tidak mengerti masuk dari ucapan awal itu. Hanya satu yang ia tahu, jika ia mati, perceraiannya dengan Elisa akan sia-sia.
“Mari kita coba lagi,” ucap Roxena pada Pendeta dengan senyum lebarnya.
Gerald memejamkan matanya. Meramalkan nama Roxena di dalam benaknya. “Saya, Gerald Chaddrick mengambil engkau, Roxena Lawrence sebagai istriku. Saya akan setia dalam suka dan duka. Akan mencintai dan menyayangi engkau selamanya,” ucap Gerald dengan nada gemetar. Sungguh sulit mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan keinginan.
“Saya, Roxena Lawrence, menerima engkau sebagai suami. Saya akan mencintai dan menyayangi engkau sebagaimana engkau mencintai dan menyayangiku,” ucap Roxena dengan senyumnya.
Nona, janji suci apa itu?! Jerit Erin dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments