Erin menunjukkan wajah dingin saat melihat dua orang pria keluar dari apartemen sang Nona. “Good morning, Asisten Erin,” sapa kedua pria itu, yang satu berambut gondrong dan berkulit coklat, membuatnya tampak eksotis. Dan yang satu lagi tubuhnya lebih pendek dari pria berambut gondrong dan berkulit putih, sekilas pria itu tampak menggemaskan. Apalagi di bawah rangkulan pria berambut gondrong itu.
“Mengapa kalian di sini sepagi ini?”tanya Erin dingin. Erin tampak tidak suka dengan kedua pria itu.
“Nona meminta kami datang, kami mana bisa menolak,” jawab pria berkulit putih itu.
“Benar, Asisten Erin. Jangan berekspresi seolah kami melakukan suatu hal yang buruk, Asisten Erin. Anda terlihat lebih cantik saat tersenyum,” imbuh pria berkulit coklat, tersenyum manis pada Erin.
"Keluar sebelum aku menendang kalian keluar!”
“Astaga, menyeramkan sekali!” Kedua pria itu bergegas keluar.
Erin menghela nafas kasar. Pagi-pagi ia sudah dibuat emosi. “Asisten Erin, Anda sudah datang.” Lily dan Sophia muncul dari arah dapur. Lily membawa nampan, air minum dan juga vitamin yang ditujukan untuk Roxena.
"Sophia, kamu siapkan barang-barang Nona untuk 2 hari ke depan!”titah Erin. Sophia segera bergegas menuju walk in closet Roxena.
Erin menemukan sang Nona tengah duduk di depan kaca rias, masih menggunakan piyama tidur, ekspresinya dingin. Entah apa yang Roxena pikirkan.
“Nona,” sapa Erin sembari melangkah membuka gorden kamar. Roxena menyipitkan matanya. Sejenak, ia tampak melamun.
Meskipun ini hangat, mengapa hatiku terus mendingin?
“Nona, Anda harus segera bersiap. Penerbangan ke Luxembourg 3 jam dari sekarang,” ucap Erin, berbalik, memecah lamunan Roxena.
“Oh, baiklah.” Jawaban singkat. Setelah minum vitamin, Roxena bergegas untuk bersiap. Hari ini ia akan terbang ke Luksemburg untuk urusan bisnis selama 2 hari ke depan. Dan Erin, ia pasrah dengan mengatur perjalanan
bisnis sehari sebelum acara ulang tahun Tuan Lawrence. Kepalanya berdenyut memikirkan kekesalan Tuan Lawrence nanti.
*
*
*
Nona, kami menemukannya.
Roxena menghentikan langkahnya. Menatap lurus pesan di layar ponselnya itu. Erin sedikit memiringkan kepalanya. Sepertinya ada hal penting. “Nona, di sini terlalu ramai,” bisik Erin. Ya, mereka baru saja keluar dari pesawat.
Roxena berdehem pelan dan melanjutkan langkahnya. Bibirnya sedikit tertarik ke atas, menyeringai.
Ternyata di sini …
Setelah keluar dari bandara, Roxena dan Erin langsung menuju perusahaan mitra untuk membahas hal-hal penting dan juga menandatangi kerja sama yang telah disepakati. Dan itu berlangsung sangat lama.
“Semua berkas sudah saya rapikan, Nona. Dan untuk besok, Anda hanya ada jadwal makan siang dengan Presdir Draco, setelahnya kita kembali ke Spanyol. Anda ada jadwal penting lusa,” jelas Erin, sesaat setelah
mereka keluar dari restoran. Roxena hanya mengangguk paham. Kini mereka dalam perjalanan menuju kamar hotel. Dan restoran dan hotel ini berada dalam satu bangunan.
“Nona, harap Anda istirahat setelah tiba di kamar. Jadwal Anda sangat padat untuk ke depannya,” ujar Erin lagi, memberi peringatan.
“Kau cerewet,” ketus Roxena.
“Anda harus mendengarkan saya, Nona. Ada banyak orang yang mengincar posisi Anda, termasuk adik Anda,” ucap Erin lagi, dan tidak digubris oleh Roxena.
“Nona, Jika kita lengah, kita akan terancam, saya mohon tolong dengarkan saya, Nona. Anda juga harus segera menikah untuk mendapatkan posisi Presdir,” harap dan tegas Erin, kemudian menghela nafas, bersiap untuk
jawaban Roxena. Roxena menghentikan langkahnya, bukan hanya karena ucapan Erin namun juga karena sudah tiba di depan kamarnya.
“Apa kau lupa siapa aku, Erin?”tanya Roxena dengan menaikkan alisnya. Sesaat kemudian, Roxena mendekatkan wajahnya pada Erin, tersenyum. “Urusanku di sini bukan hanya bisnis. Hidupku bukan hanya untuk bekerja dan Lawrence Group. Dan untuk mereka, ambil saja kalau bisa. Selain itu, Lawrence Group tidak akan bisa berpindah tangan selain padaku, sekalipun mereka menginginkannya!”
Setelah mengatakannya, Roxena masuk ke dalam kamar.
“Nona, Anda mengejutkan saya,” gumam Erin seraya mengusap dahinya. Bertatapan langsung dengan mata hazel Roxena membuat jantungnya berdetak lebih kencang dan juga berkeringat dingin.
“Iya sih tidak ada yang bisa. Tapi, bukankah Anda terlalu santai pada hal tersebut? Nona … tidak, Nonaku hebat. Aku percaya padanya!”
*
*
*
Roxena, Wanita itu masih menggunakan kimono mandinya, duduk di kursi menghadap jendela kamar. Gorden yang terbuka, membuat pemandangan malam kota terhampar di depannya. Sayang, Wanita itu tidak focus pada pemandangan melainkan pada layar tablet di tangannya. Mata hazel itu focus pada layar, sementara tangan kanannya menggoyahkan gelas berisi minuman beralkohol.
Tatapannya begitu tajam.
Hah …. Hahaha
Beberapa saat kemudian terdengar tawa. Awalnya lirih namun bertambah keras beberapa detik kemudian.
HAHAHAHA
Bahkan air matanya sampai keluar. “HAHAHA …. Beraninya! Beraninya dia!”tawa Roxena diikuti dengan suara dinginnya.
“Menikah? Haha … ini lucu. Aku bahkan tidak pernah memikirkannya. Satu langkah, apakah kita seri, hahaha….”
Roxena kembali tertawa. Dan beberapa saat kemudian, ia berhenti tertawa. “Tidak, tidak, kita tidak seri. Kau menang, aku kalah dua kali darimu. Tidak, aku akan menang. Aku akan menang. Kau, aku akan membalas
semuanya!” Berkata dingin dengan menatap sebuah foto. Tatapan dingin itu … perlahan berubah menjadi sebuah tatapan yang penuh kesedihan dan kehampaan.
“Apakah ini yang terakhir? Apakah ini akhir pencarian dan penderitaan ini? Nama yang sama, negara yang sama, ya … ya, ini akan menjadi akhirnya.” Tersenyum, dan menyeringai.
Pyarrr
Krak
Terdengar suara barang yang jatuh dan pecak. Itu adalah gelas yang di tangan Roxena tadi. Pecah berhamburan setelah dibantingkan. “Kau akan jadi seperti itu!”
*
*
*
Pagi telah datang.
Saat sarapan, Erin mengingatkan Roxena untuk jadwal hari ini. Setelah makan siang dengan Presdir Draco, mereka akan langsung kembali ke Spanyol. Seperti biasa, ditanggapi acuh oleh Roxena. Wanita itu asyik menikmati sarapannya dengan senyum yang sukar Erin artikan.
Senyum itu, jarang sekali Erin lihat. Erin mengusap tengkuknya. Tampaknya ada hal menarik yang membuat Roxena senang.
“Benar, Nona. Tuan Besar kembali menghubungi saya, beliau mengundur acara ulang tahun beliau, memastikan Anda untuk datang ke pesta ulang tahun beliau. Adik Anda juga mengontak saya, mengharapkan kehadiran Anda,”
ungkap Erin.
“Sungguh?” Roxena terhenyak. “Sungguh mengharapkan kedatanganku atau ada hal yang sangat penting sampai harus mengundurnya?”
“Eh?”
Tidak seperti dugaan Erin.
“Jika begitu … aku harus datang, bukan?”tanya Roxena dengan senyum yang semakin lebar. Erin menengguk ludah kasar.
Eh?
Bukankah Roxena keras kepala tidak mau datang? Bahkan sampai berdalih dengan perjalanan bisnis.
“Tapi, Nona … pasangan Anda? Acaranya dua minggu lagi,” ucap Erin cemas.
“Erin oh Erin. Mengapa kau begitu cemas? Andai kata itu esok, aku bisa mendapatkan pasangan dalam sekali kedip,” tawa Roxena.
Dengan paras dan kedudukan Roxena, itu bukan hal mustahil. Roxena adalah single yang diincar banyak pria dari berbagai kalangan. Ia hanya kalah satu tinggal dengan keluarga Royal kerajaan.
“Nona … Anda tidak akan membawa Roti Kukus atau Roti Gosong itu, kan?”tanya Erin horror. Roxena tertawa lepas, kemudian menyentil dahu Erin.
“Berhenti berpikiran yang aneh-aneh. Ayo, temani aku ke suatu tempat,” ajak Roxena. Mereka sudah selesai sarapan. Erin gegas mengejar langkah Roxena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nayla Nazafarin
masih nyimak sampai sini belum paham..
2024-09-13
0