AUREL
Aku langsung jalan keluar sambil membawa teh yang sudah agak dingin untuk di bawa ke Rahul. Dia sedang duduk di depak rumah aku.
"Permisi. Ini tehnya buat kamu. Maaf tehnya udah dingin. Dari tadi ya nunggunya. Maaf, aku masih ke rumah Rini teman aku. Katanya dia mau pinjam buku." kataku ke Rahul yang sok cakep.
"Iya tidak apa-apa. Langsung saja. Aku ke sini hanya ingin bertemu dengan kamu Aurel. Aku bawakan kamu sesuatu."
"Apaan..?"
"Ini aku sengaja mampir di toko buku tadi. Ini aku belikan kamu novel REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU, siapa tahu kamu suka."
Rahul memberikan buku itu padaku. Aku terima buku itu. Buku karya Tere Liye yang aku suka. Aku belum punya buku itu, buku yang langka yang belum ada di koleksi buku aku. Buku itu akan menambah katalog buku aku hari ini. Buku yang aku dapat dari seorang Rahul yang baik hati.
Aku tidak biasa untuk baca sebuah buku baru. Aku biasanya bermain-main dulu dengan buku itu mencoba untuk menghindar dari kesetiaan aku pada buku itu. Meski terdengar klise tapi aku sempat penasaran, apa sih isi dari buku itu.
"Ceritanya bagaimana kamu bisa sampai ke sini..?"
"Cerita nya panjang. Aku pamit ke nenek untuk merestui aku bertemu dengan kamu. Aku rela naik bus untuk bisa sampai di sini."
"Kamu tidak naik motor, atau mobil..?"
"Tidak, lama aku kalau harus pakai kendaraan itu. Lebih baik naik bus lebih cepat, aman juga naiknya. Aku cuma butuh uang seratus ribu lebih untuk bisa sampai ke rumah ini." jelas Rahul padaku.
"Terus buku itu, kamu belinya di mana..?"
"Aku tadi turun di jalan menuju kota, sekalian aku mampir di kota. Rasanya kau senang sekali bisa ke kota sambil sesekali beli buku itu. Pengin sekali kau baca, tapi niat aku tidak seperti itu.
"Yang wajib baca buku itu adalah kamu. Kamu yang harus mendikte bacaan buku itu padaku, kamu yang harus kasih bacaan itu padaku dari mulut kamu sendiri."
"Loh, kenapa harus aku yang baca buku itu. Memang aku salah apa sama kamu sampai kamu mau mengajak aku untuk baca buku itu. Padahal aku kan masih sibuk di rumah.
"Kamu tidak tahu tugas aku di rumah banyak banget. Mana aku harus menyapu lantai, membersihkan halaman, dan mengepel. Mencuci piring juga." kataku jelas ke Rahul.
Diam sejenak, tak ada sahutan atau panggilan. Rahul hanyalah seperti orang yang tidak berharga di depan aku.
"Di minum tehnya." kataku palsu. Sebetulnya aku tidak suka kedatangan tamu seperti Rahul Roy. Aku lebih suka baca buku atau pegang hp di rumah. Aku lebih suka chat sama teman aku di akun WhatsApp. Perlu kamu tahu. Dan sekarang aku masih banyak tugas dan PR dari sekolah.
"Kamu mau menginap di sini atau langsung pulang..?"
"Tidak perlu aku langsung pulang kok tidak lam di sini. Btw tehnya makasih ya. Permisi."
"Sampai jumpa."
Aku melihat laki-laki itu pergi dari hadapan aku. Laki-laki bernama Rahul yang tidak pernah aku harapkan dalam hidup aku. Aku memajang foto Rahul akhirnya. Foto yang ingin aku pajang sedemikian rupa untuk mengenang keberadaannya.
Flash on.
Aku terkesima dengan foto yang aku pajang itu. Aku terkesima dengan apa yang ada di dalam foto itu. Foto yang tidak pernah bisa aku lupakan dan tidak aku sebut namanya, RAHUL.
"AUREL..!!" IBUKU MEMANGGIL NAMAKU DARI LUAR. OH TUHAN TOLONG AKU DAN AMPUNI AKU SEKARANG JUGA. AKU TIDAK INGIN BERMASALAH DENGAN IBU.
"IYA, IBU ADA APA..?" tanyaku pada ibuku.
"LOH BUKANNYA TADI KAMU BELANJA BUAT BARANG-BARANG ARKA..?"
"IYA SUDAH."
"MANA BELANJAANNYA..?"
"ITU." AKU MENUNJUK KE SEBUAH TAS YANG TERLETAK DI ATAS KASUR TEMPAT TIDUR.
"MAU DI APAKAN IBU?"
"IBU AMBIL SUKU UNTUK DI BUNGKUS. NANTI BIAR LANGSUNG BISA DI BAWA."
"DI BAWA KE MANA, AKU KAN MASIH BELUM LIHAT ITU BAJU..?"
"TIDAK PERLU, BAJU KAMU SUDAH ADA DAN SUDAH DI SIAPKAN SAMA KELUARGANYA ARKA!"
"APA, KELUARGANYA ARKA. YA TUHAN, JADI AKU TELAH DI TERIMA DI KELUARGANYA ARKA..?"
"OH TIDAK!"
aku jadi lemas seketika membayangkan betapa bodohnya aku harus menerima lamaran itu. "AUREL, BANGUN KAMU BELUM SHOLAT DZUHUR SHOLAT DULU GIH!"
"OH TUHAN AMPUNILAH DOSA-DOSA KU!" Secepat kilat aku langsung meninggalkan tempat itu dan pindah ke musholla. Aku capai terus mengenang peristiwa itu, di mana peristiwa itu tidak pernah ada dalam hidup aku yang sebenarnya.
Aku pun menunaikan sholat Dzuhur dan berhenti setelah empat kali berdiri dan duduk. Keluarga aku adalah keluarga yang taat beribadah khususunya sholat.
Flash back
Seseorang telah masuk ke daftar SMS.
"RAHUL..?" aku berteriak pelan.
RAHUL, 081249xxx :
(Aurel aku rindu padamu. Itu ada bingkisan buat kamu. Kamu sudah menerimanya?)
AUREL, 085645xxx :
(Rahul, buat apa kamu kirim bingkisan itu. Barangnya belum datang. Mungkin masih ada di Jakarta.)
RAHUL, 081249xxx :
(Di tunggu saja, nanti pasti datang.)
Aku lalu menunggu bingkisan itu sampai sekarang. Bingkisan yang telah Rahul persiapkan untuk aku tapi sampai sekarang bingkisan itu belum datang. Aku kecewa pada Rahul. Aku kecewa.
Tapi aku tidak bilang ke Rahul kalau itu adalah bingkisan yang telah hilang. Setelah satu bulan lamanya tepat di bulan November aku dapat telepon dari dia.
Ponsel aku berbunyi. "HALO, IYA ADA APA RAHUL..?"
"AKU SEKARANG ADA HAJATAN DI RUMAH. APA KAMU MAU IKUT KE ACARA AKU?"
"Jangan bercanda kamu. Aku tahu kamu orang sombong yang suka ngerjain orang." jawabku ceroboh.
"Bentar, coba lihat ini."
Rahul memperlihatkan sisi-sisi rumahnya padaku. Aku lalu melihat itu dengan detail. Rumah itu sempat aku kenal. Rumah di mana aku sempat merenung tentang rumah itu. Yah, rumah itu adalah rumah kontrakan yabg tidak jauh dari rumah aku.
"Perhatikan baik-baik." kata Rahul padaku.
Yah, aku tahu rumah itu di mana. "RAHUL, jangan bilang kamu pindah rumah ke Jakarta. Itu kan rumah kontrakan yang ada di sebelah rumah aku..?"
"Cepat kamu ke situ, sebentar lagi acaranya di mulai." ucapnya padaku.
Heran, kenapa aku sebegitu murahannya di depan dia. Aku bukan tamu undangan yang dapat dengan seenaknya datang ke tempat itu Rahul. Aku tahu kamu senang dan bahagia melihat kepindahan kamu ke rumah itu.
Tapi tidak dengan aku Rahul, aku tahu kalau kepindahan kamu itu tujuannya adalah hanya untuk mengejar cinta aku saja. Aku adalah perempuan yang tidak mudah untuk di dapatkan Rahul. Perlu perjuangan dan kisah yang cukup berat untuk di lakukan. Jangan bilang aku pengecut kalau aku tidak berhasil melepas kamu dari hidup aku.
Waktu itu Rahul merasa kebingungan dan tidak begitu nyaman perasaannya. Dia bertanya pada orang-orang di sekitar itu apakah AUREL datang atau tidak. Jawabannya tidak. Rahul telah kecewa padaku, sedang aku masih bermain dan bercengkrama dengan teman aku ARINI.
***
DI KOTA TIDAK JAUH DARI TEMPAT TINGGAL AKU. DI KOTA JAKARTA.
"APA, Aurel di undang oleh seorang konglomerat ternama tapi dia tidak datang. Masalahnya apa..?" Arini berteriak impossible seperti semuanya harus terjadi begitu saja tanpa adanya tantangan atau hujatan dari luar. Prinsip aku tidak seperti itu. Tidak mudah untuk mendapatkan sesuatu meski sesuatu itu telah dekat adanya.
"Hahahaha." Arini tertawa ngakak.
"AUREL AUREL! SEBEGITU KEJAMNYA KAMU SAMA TEMAN KAMU, SIAPA NAMANYA..?"
"RAHUL."
"IYA RAHUL! APA SALAH DIA SEHINGGA KAMU BERBUAT PERILAKU YANG MENURUT AKU CUKUP MUNAFIK. DI DALAM HATI KAMU, KAMU JAWAB SEKARANG. APAKAH SEMESTA MENYURUH KAMU UNTUK DATANG KE ACARA KITA..?"
"TERSERAH KAMU MAU NGATAIN AKU SEPERTI APA. YANG JELAS AKU TIDAK MAU DATANG KE ACARA ITU." ucapku bersikeras. Aku tidak mau berbuat macam-macam dengan laki-laki yang baru aku kenal itu. Apalagi hanya urusan acara hajatan yang menurut aku tidak masuk di akal. Aku lebih suka acara party di klub atau acara REONI di kafe.
SEORANG LAKI-LAKI tengah duduk di depan aku. Dia berambut pirang, berwajah putih dengan mulut sedikit sumbing. Dia keren juga.
"Eh, lagi lihatin siapa, nakal ya?" kata Arini padaku. Jujur sekarang aku lagi tidak konsen duduk bersama Arini.
"Kenapa, pengin kenal sama dia. Sebentar ya aku pergi ke situ dulu." Arini pergi meninggalkan aku yang masih tidak terkontrol. Apa yang Arini sedang lakukan, dia MENGOBROL bersama laki-laki ganteng tadi. Aku DI TINGGALNYA begitu saja. OH GOD, ampun deh Arini. Sudah cepat balik, aku tidak tahan sendirian lagi.
ARINI SEPERTI tengah menggoda laki-laki itu cukup lama sepersekian detik. Aku masih enak enakan duduk sambil chat dengan seseorang. Dia bukan Rahul, atau semacamnya. Dia adalah.. nanti aku kasih tahu.
See you.
AURELIA Michelle.
_____________________
Hai guys, ceritanya sampai di sini dulu ya. Gimana endingnya, bagus nggak? Kayaknya bikin baper EN penasaran.
Cukup sampai di situ pengetahuan kalian tentang AUREL. Dia bukan tipe perempuan gampangan malah dia suka jajanan yang bukan ala pasar tapi ala bad boy pada umumnya.
AUREL adalah playgirl yang belum di ketahui banyak orang.😙😚
Sulastri Eris
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Sensasi Senja
lanjut kak
2022-12-23
2