Chapter 4

AUREL

Bab ini aku sengaja membuat sesuatu yang tidak mudah untuk di tulis atau pun di ingat. Aku sempat kecewa dan sakit hati dengan video yang aku download sendiri.

Aku juga sempat marah pada diri aku sendiri. Sempat kecewa dan terpikir untuk melepas semuanya tanpa dogma apa pun tanpa hirarki.

Aku bingung, aku mencari Rahul yang menghilang dari kehidupan aku. "Ibu Rahul mana..?"

"Rahul siapa, kok ngawur. Di sini tidak Rahul. Di sini yang ada Arka, cuma Arka!" Ingatan itu mulai berkembang dan muncul di pelupuk mata.

Flash back

Dua tahun yang lalu Aku sempat kehilangan seseorang yaitu Rahul, seseorang yang sempat buat aku lupa siap diri aku sebenarnya.

"AUUU...!" AKU BERTERIAK.

Aku tertabrak oleh seseorang laki-laki yang sedang memakai jaket hitam tebal dengan bulu di leher. Ya Tuhan, kenapa harus begitu. Aku tidak mungkin menulis cerita itu malam ini. Aku harus bertemu seseorang untuk melepas nafsuku malam ini.

Kami akhirnya saling berhadapan.

"Beraninya kamu membentur aku, siapa kamu sebenarnya! Pergi dari sini, pergi!" Aku marah dan muak melihat laki-laki itu. Laki-laki itu rupanya bingung melihat sikap aku yang begitu marah padanya.

"Apa salah aku, kenapa kamu bicara sekeras itu padaku. Aku tidak sengaja membentur kamu Nona. Aku minta maaf." dia telah mengatai aku demikian dan apa sikap aku selanjutnya.

"Maaf, apa kamu tidak lihat barang-barang aku yang aku pungut barusan yang jatuh ke tanah. Seenaknya saja berjalan ke arahku. Kalau punya mata di pakai jangan bertingkah bodoh seakan-akan kamu tidak punya mata." kalimat itu keluar dari mulut aku yang masih marah pada dia.

Dia mengulurkan tangan padaku.

"ARKA. NAMAKU ARKA. SENANG BERKENALAN DENGAN KAMU." aku tidak menjabat tangannya kesal. Aku muak melihat dia yang seperti itu. Aku pergi berlalu dari laki-laki itu. Dia melihat aku begitu asing. Aku tidak suka melihat dia dalam waktu lama. Mulai sekarang dia adalah musuh aku. Pandangan aku berbalik, aku melihat laki-laki itu masih berdiri sambil melihat barang-barangnya.

"Oh ya Tuhan, aku lupa. tas aku tertinggal di loker mall. Aku lupa membawanya tadi."

"Ya tuhan! Laki - laki itu lagi. Mana mungkin aku harus bersama dia terus dalam sehari. Tidak mau, aku tidak butuh laki-laki itu." ucapku dalam hati sambil berjalan ke atas eskalator.

Setelah sampai di lantai, aku langsung memanggil dia dari belakang. Dia menyalip aku sebelumnya. "Heh, ngapain kamu ikut ikut aku sampai ke sini, tidak ada kerjaan ya?"

"Siapa juga yang ikut kamu. Aku ke sini untuk mengambil barang aku yang tertinggal!" dia menyentak aku. Berani sekali.

"Jangan bilang kalau itu adalah tas."

Laki-laki kemudian berjalan menjauh dari aku. Ya Tuhan kenapa nasib aku sesial ini. Aku harus bergerak dan berjalan menghampiri tas aku yang tertinggal tadi.

"Heh, ke mana tuh orang kok tidak kelihatan. Apa aku telah salah orang ya, padahal aku belum minta maaf sama dia. Apalagi semesta telah buat aku seperti ini. Keterlaluan memang.

"Maaf mbak, aku mau mengambil tas aku yang ketinggalan." aku berkata pada perempuan penjaga kasir di mall matahari. Dia memberikan tas itu padaku. Sesampainya di jalan aku mencari orang itu tapi tidak ketahuan. Aku lalu melerai diri dari kerumunan sambil mencari sepeda motor aku yang aku parkir. Di perjalanan pulang, aku masih ragu untuk bisa balik ke cerita awal di mana aku harus rela untuk di pertunangan sama laki-laki bernama ARKA.

Aku sampai di rumah akhirnya dengan membawa belanjaan yang cukup banyak. Ada baju, celana, kaos, sepatu, sandal dan dasi. Semuanya milik ARKA. Satu pun aku tidak belanja untuk keperluan aku sendiri bukan karena apa, itu karena aku yang tidak mood. Aku cuma pengin hp baru itu saja. Semoga nanti ARKA adalah mimpi aku yang bisa mengabulkan doa aku nantinya.

Ibu aku masih belum pulang rupanya.

"Ibu kamu belum pulang ya..?" aku bertanya pada ibuku. Yang sekarang masih menghilang. Aku rebahkan tubuh aku di atas kasur. Yah, begitulah kegiatan aku di rumah. Tidak ada kerjaan yang perlu aku samperin.

Aku dengar suara langkah kaki ibu di luar. Eh ternyata bibi Ijah. Tumben dia pakai sepatu baru.

"Eh, bibi Ijah kok punya sepatu baru, di belikan sama siapa..?"

"Sama ibu non!" jawab bibi Ijah padaku.

"Ibu, sejak kapan? Untuk apa ibu belikan sepatu buat bibi Ijah?"

"Eh, bibi Ijah, itu sepatu buat apa?"

"Tidak tahu non. Katanya buat acara pertunangan non Aurel nanti!"

"Ya ampun. Jadi bibi Ijah di buat begitu dengan alasan agar bibi Ijah tampil modis nantinya. Keterlaluan ibu memang. Ngapain juga pakai sepatu di acara pertunangan aku nanti. Selebihnya aku masih merasa sedih karena aku telah meninggalkan berjuta kenangan yang telah aku lewatkan bersama Rahul.

***

RUMAH AUREL.

Benar, laki-laki itu datang ke rumah aku dengan tujuan menemui aku di tahun 2018. Tepatnya di bulan Oktober. Aku datang ke rumah aku setelah pergi beli sesuatu di toko. Beli minyak goreng, katanya ibu mau goreng kerupuk buat di makan sama nasi. Aku langsung kaget, melihat seorang laki-laki tengah duduk di depan kursi duduk di lantai depan. Kau kenal siapa laki-laki itu, itu adalah Rahul. Ya Tuhan, kenapa Rahul bisa di sini.

Aku terus saja menahan nervous selama kaki aku melangkah ke depan untuk berhadapan dengan Rahul. Aku ingin bertanya pada dia, kenapa dia ada di sini. Di Jakarta.

"Rahul, kamu Rahul kan..?" tanyaku kaget ke laki-laki berpakaian santai itu. Dia pakai kemeja kotak-kotak kelabu.

"Aurel, alhamdulilah. Kahirnya kamu pulang juga. Terimakasih ya Allah." ucap Rahul di depanku. Aku tidak mengerti kenapa dia begitu bersyukur pad Allah SWT.

"Kamu kenapa ada di sini. Sendirian pula. Siapa yang nyuruh kamu ke sini. Malaikat ya..?" Aku sok dekat sama sama Rahul meski aku sedikit tidak nyaman ke dia.

"Tidak Aurel. Aku ke sini karena keputusan aku sendiri. Kau ke sini karena ingin bertemu Sama kamu. Aku ingin tahu rumah kamu." jelas Rahul padaku sambil terus duduk.

"Oh gitu. Tapi buat apa kamu bertemu sama aku. Ada hal penting yang ingin kamu sampaikan padaku?"

"Tidak Aurel, aku hanya ingin bertemu kamu saja. Itu saja. Tidak ada yang lain."

"Oh, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam kamu tunggu di sini dulu." kataku ke Rahul. Jujur aku masih merasa nervous di depan Rahul Roy.

"Aurel, sudah pulang rupanya. Itu ada tamu, laki-laki. Katanya ingin bertemu sama kamu. Teman kamu ya?"

"Bukan, eh iya. Dia teman aku sewaktu aku seminar di kantor Dinas pendidikan. Ibu biasa saja, tidak perlu kuatir. Dia orang biasa kok bukan presiden, bupati atau lain sebagainya. Dia hanya tamu biasa yang ingin bertemu dengan Aurel. Aku temui dia dulu ya Bu!" kataku berucap.

"Iya, ini tehnya kamu bawa. Kasih ke dia. Kasihan sudah dari tadi nunggunya."

"Hah, sudah berapa jam dia nunggu di sini..?"

"Sudah sekitar setengah jam yang lalu. Ibu jadi kuatir, jangan-jangan dia ada maksud sama kamu. Betul begitu Aurel..?" Ibu sedikit curiga pada aku dan Rahul padahal sebenarnya tidak ada masalah di antara kami.

"Sudah temui saja dulu tamunya. Takutnya dia pengin pamit pulang. Cepat!" Ibu menyuruh aku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!