Bang Andre Menghilang

Masih terlalu pagi untuk kembali ke kosan. Makanya kami memutuskan jalan-jalan dulu di mall tanpa tujuan yang jelas. Sesekali kami membicarakan masalah seserahan, mahar dan cincin pernikahan. Bang Andre ingin memberikan yang terbaik untukku. Ia sudah mempersiapkan semuanya sebab pernikahan ini telah lama ia inginkan.

"Bang, masuk ke sana yuk," aku menarik lengan bang Andre menuju play ground. Tempat anak-anak bermain. Meski kami tidak membawa anak kecil, rasanya aku ingin ke sana, sekedar melihat-lihat. Anak-anak itu adalah sumber kebahagiaan, mereka bisa membuat orang yang melihatnya bahagia. Tawa mereka itu tulus, begitu juga dengan senyum dan kasih sayangnya.

Bruk. Seseorang menabrak ku.. seorang gadis kecil yang ku perkirakan usianya baru tujuh tahunan.

"Kamu enggak apa-apa sayang?" tanyaku, sambil membantunya berdiri.

"Enggak apa-apa Tante." ia celingak-celinguk ke kiri dan kanan, seperti mencari seseorang.

"Kamu nyari siapa?"

"Papa, tadi Tante ke sini sama papa, kan?"

"Papa? Oh nggak, Tante ke sini sama ...." giliran aku yang celingak-celinguk mencari sosok bang Andre. Tadi rasanya kami jalan berdua, tapi kenapa tiba-tiba sekarang menghilang. Kini, aku dan anak itu sama-sama mencari, tapi tak lama karena seseorang memanggilnya, sepertinya suster yang menemaninya, anak itu segera berlalu tanpa pamit padaku.

"Abang dimana?" Aku bertanya saat panggilan telepon terhubung.

"Sayang maaf, tadi ada panggilan dari kantor jadi harus buru-buru berangkat. Kamu enggak apa-apa kan pulang sendiri? Nanti aku hubungi lagi ya." katanya, lalu menutup teleponnya.

Aneh sekali. Ini ketiga kalinya bang Andre bersikap seperti ini, tiba-tiba menghilang tanpa pamit. Rasanya tidak masuk akal tak bisa pamit meski urusannya sangatlah mendadak. Berapa lama sih waktu yang diperlukan untuk bicara denganku?

💐💐💐

Aku pulang ke kosan. Tidak langsung menuju kamarku, tapi ke kamar Giya, teman satu kampus yang juga satu kos denganku. Ia adalah orang yang mengenalkan aku pada bang Andre, tak hanya itu, ia juga yang menjodohkan kami hingga akhirnya hatiku terbuka juga.

"Bang Andre, sudah tiga kali ia melakukan ini. Tiba-tiba menghilang begitu saja." kataku, membuka pembicaraan.

"Kamu enggak nanya dia kemana?" tanya Giya.

"Sudah. Katanya ada pekerjaan penting, kemarin-kemarin juga ada urusan penting mendadak."

"Nah itu sudah tahu alasannya. Terus apa lagi Ra?"

"Sepenting dan se urgen apa sih sampai nggak sempat pamit. Kamu tahu enggak, kita itu ada di satu tempat, kecuali kita lagi berada di tempat yang berbeda. Itu rasanya sangat aneh sekali."

"Ya barangkali dia memang sedang sibuk, nggak sempat untuk pamit. Kenapa harus dipermasalahkan sih Ra?"

"Huffff, aku harap apa yang kamu dan dia katakan itu benar."

"Lalu?"

"Apa ada yang belum aku tahu tentangnya? Atau ada sesuatu yang dia sembunyikan. Sesuatu yang penting?"

"Enggak ada sih kayaknya,"

"Kamu yakin?"

"Yap. Lagian kalau kamu masih penasaran kenapa enggak nanya saja. Toh kalian sudah mau menikah, harusnya sudah saling terbuka semuanya dong. Iya nggak?"

"Ya. Kalau begitu aku pamit dulu ya Gi." Aku meninggalkan kamar Giya menuju kamarku. Mencoba menenangkan diri seperti yang dikatakan Giya. Semuanya akan baik-baik saja. Bang Andre tak mungkin menyembunyikan sesuatu, lagipula aku tak boleh berprasangka buruk, toh selama ini ia tak pernah melakukan kesalahan padaku, ia selalu berusaha melakukan yang terbaik. Kalau masalah tiba-tiba ia pergi mungkin benar kata Giya, ada orang yang memang kadang dalam kondisi genting lupa pada orang di sekitarnya.

💐💐💐

Jam makan siang sebentar lagi berakhir, aku buru-buru kembali ke kantor. Baru hendak masuk, di lobi, seseorang menghadang langkahku.

"Mbak Tirq!" Panggilnya. "Masih ingat saya?"

Aku diam sesaat. "Oh iya, pak Saka," Kataku.

"Yap benar. Saya sangat senang sekali karena mbak Tira masih ingat saya."

"Ada apa ya pak? Saya buru-buru, sebentar lagi jam makan siang berakhir."

"Oh, maaf kalau saya mengganggu. Saya mau menanyakan tentang jawaban mbak untuk tawaran saya waktu itu? Saya sudah mencoba menghubungi mbak tapi tidak ada balasan."

Aku memang sengaja tak menjawab pesan maupun telepon darinya karena memang tak ingin pindah kerja. Aku sudah nyaman di sini. Lagipula baru kali ini aku tahu ada direktur perusahaan yang langsung melakukan perekrutan secara langsung. Benar-benar mencurigakan. Jangan-jangan perusahaannya tidak bagus atau hanya penipuan saja.

"Mohon maaf ya pak, tapi sepertinya saya tidak tertarik karena saya sudah nyaman bekerja di sini." Kataku. "Tapi nanti akan saya bantu menyebarkan lowongan ini ke teman-teman saya yang baru lulus. Barangkali ada yang cocok."

Pak Saka terlihat kecewa, tapi aku tak bisa memenuhi keinginannya. Menyenangkan orang lain dengan mengorbankan masa depan sendiri. Itu benar-benar di luar kemampuanku. Tak ingin lebih lama membuang waktu, aku bergegas meninggalkannya.

"Tira, itu pak Saka, kan?" pak Robin, managerku menunjuk pria tadi.

"Eh, iya pak. Bapak kenal?" Tanyaku. Tak percaya ternyata dia terkenal juga., Sekelas pak Robin saja tahu dia. Berarti pergaulannya luas juga.

"Kamu kenal dimana?"

"Waktu itu nggak sengaja kenalan, pak."

"Oh, sebaiknya jangan terlalu dekat-dekat dengannya Ra."

"Hah, memang kenapa pak? Dia penipu? Atau apa?"

"Nggak. Bukan begitu. Sudah tidak usah dibahas. Oh iya, saya mau tanya, akhir pekan nanti kamu ada acara nggak? Saya pengen ngajak kamu makan malam."

"Maaf pak, akhir pekan saya mau pulang kampung karena mau lamaran."

"Hah, lamaran? Kamu mau nikah Ra?"

"InshaAllah pak." Pak Robin terlihat kecewa, ia buru-buru meninggalkan aku.

💐💐💐

[Sebenarnya, apa ada yang Abang sembunyikan dari aku?] aku mengirim pesan pada bang Andre, sebenarnya aku sudah tenang, namun butuh penegasan darinya bahwa kami akan baik-baik saja. Tak ada yang perlu aku khawatirkan. Mungkin juga ini adalah ujian untuk kami menjelang pernikahan. Orang bilang, menuju pernikahan itu biasanya ada ujian yang sangat hebat yang menjadi penguat atau malah penentuan untuk lanjut atau mundur.

"Ra, kamu enggak percaya kalau aku sangat mencintai kamu. Aku nggak akan menyakiti kamu. Bagaimanapun aku akan berusaha membahagiakan kamu, Ra. Jadi jangan ragukan cintaku sebab kamu adalah satu-satunya perempuan di muka bumi ini yang aku cintai. Sungguh Ra." bang Andre langsung menelepon setelah membaca pesanku. Rupanya ia sangat khawatir jika aku meragukannya. Itulah kenapa akhirnya aku semakin yakin bahwa ia benar-benar mencintaiku.

Enggak bang, aku hanya memastikan saja. Aku yakin Abang mencintai aku, karena itu juga aku bisa jatuh cinta sama Abang." Kataku.

"Ra, tolong jangan ragukan ketulusan aku ya. Aku siap menikahi kamu. Aku siap meninggalkan seisi dunia ini asalkan bersama kamu. Tolong ya Ra."

"Iya bang."

"Kamu jangan tinggalkan aku, kalau kamu meninggalkan aku maka aku lebih baik mati saja."

"Astagfirullah bang, jangan begitu. Aku nggak akan meninggalkan Abang."

Pembicaraan kami berakhir. Aku tersenyum puas mendengar pernyataan bang Andre. Sama seperti dirinya, akupun sangat mencintainya. Sejak ada dia dalam hidupku, aku semakin yakin kalau cinta itu benar-benar ada.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!