Menang

Terlambat. Aku benar-benar terlambat. Bangun kesiangan. Jam tujuh, tanpa mandi pagi, buru-buru ke kantor yang hanya berjarak lima menit kalau jalan kaki. Semuanya karena ibu yang semalam nelfon cukup lama. Tiga jam, sampai telinga rasanya panas. Rekor.

Tentunya setelah mendengar laporan dari mbak Dila, ibu kembali mewanti-wanti agar aku menjaga diri dengan baik. Tidak keluar sampai malam, apalagi dengan laki-laki asing, meski sudah kenal. Petuah-petuah lalu terus diulangi ibu, entah sudah berapa kali. Aku paham, ibu sangat khawatir, bahkan ibu sampai memintaku tinggal di rumah saja. Bolak-balik kalau kerja, dari Depok ke Jakarta.

Sebenarnya kerja pulang pergi area Jabodetabek itu biasa. Banyak yang melakoninya, termasuk karyawan di kantorku. Tapi karena kesibukanku, ditambah aku yang termasuk gampang lelah, akhirnya memilih untuk ngekos. Biasanya pulang sekali sebulan, atau kalau ada hal mendesak bisa pulang kapanpun. Untungnya gajiki cukup besar, sebagai fresh graduate, bisa masuk ke perusahaan sebenefit ini adalah keberuntungan yang patut aku syukuri. Tak perlu menjadi job seeker karena pertama kali melamar di perusahaan yang jadi incaran ku langsung diterima meski harus melewati enam bulan masa kontrak sebelum menjadi pegawai tetap. Tapi meski begitu harus tetap bersyukur karena gajinya yang bisa dikatakan cukup besar, mencapai dua digit. Tentunya dengan job desk yang juga tidak main-main.

Jam tujuh tiga puluh. Dua orang rekanku yang akan sama-sama berangkat marah sebab aku sangat-sangat molor.

"Maaf, semalam tidurnya kemalaman, nyelesaiin laporan dulu." Kataku.

"Ampun Ra, besok-besok jangan begini lagi. Capek tahu nungguinnya..semoga saja kita enggak telat. Acara dimulai jam delapan, kalau dapat giliran pertama habislah kita!" mereka memarahiku. Aku menerimanya sebab ini adalah kesalahanku. Akhirnya sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam, Sementara mereka berdua terus ngedumel.

💐💐💐

"Tira Pratiwi?" tiba-tiba seseorang berlari ke arahku, seorang laki-laki muda memakai jas hitam. Aku yang baru keluar dari kamar mandi hanya diam mematung melihatnya. "Kamu Tita Pratiwi, kan? Yang tadi presentasi, yang memang tender?"

"Ya," aku menjawab singkat.

"Oke, perkenalkan, nama saya Saka Prasetyo. Saya direktur sekaligus pemilik perusahaan IT juga. Namanya S IT. Kamu tahu perusahaan saya?"

Aku menggeleng.

"Oh, tidak apa-apa kalau tidak tahu." dia melempar senyum kaku.

"Jadi, saya permisi dulu, sudah ditunggu teman saya." Kataku, sambil melirik ke arah luar, khawatir dicari kedua rekanku karena terlalu lama sebab tadi pamitnya cuma sebentar.

"Sebentar mbak Tira. Jadi, maksud saya ingin menawarkan mbak pekerja di perusahaan saya. Bagaimana, mbak bersedia?"

"Kerja? Oh, maaf, saya sudah nyaman dengan pekerjaan yang saya miliki.

"Kami sanggup memberikan lebih dari apa yang sudah mbak dapatkan dari perusahaan sekarang. Bagaimana?"

"Kayaknya enggak dulu, pak. Maaf, saya pamit dulu."

"Tidak apa-apa kalau mbak belum bisa memutuskan sekarang. Tapi saya akan tunggu kabar baik dari mbak." Dia memberikan selembar kartu namanya. "Kami tunggu kabar baik dari mbak ya. Kalau mbak mau bergabung maka saya jamin mbak akan mendapatkan yang lebih dan mbak nggak perlu lagi mengikuti tes apalagi kontrak. Langsung menjadi pegawai tetap!"

"Ya. Terimakasih." Aku langsung menyambar kartu nama miliknya, lalu berlalu menuju teman-temanku. Untungnya aku berhasil memenangkan tender besar ini sehingga mereka tak lagi ngedumel sebab tanpa peranku tadi mereka akan kehilangan kesempatan besar ini.

💐💐💐

Pukul delapan malam, aku baru saja selesai bebersih setelah pulang dari kantor. Rasanya ingin segera istirahat setelah lelah seharian dengan komputer. Tapi tiba-tiba ibu mengirimkan pesan setelah beberapa kali telfonnya tidak terangkat.

[Maaf Bu, tadi Tira masih di kantor.] Kataku.

[Ra, ibu cuma mau mengingatkan kamu agar jangan lupa menghubungi Abah kamu. Kabari tentang rencana kedatangan teman kamu akhir pekan nanti. Jangan sampai dia salah paham lagi, terus akhirnya ngambek. Bagaimana pun dia yang akan menjadi wali nikah kamu nantinya, jadi jaga hubungan dengan baik.] balas ibu.

[Ya Bu, Tira lagi ngumpulin energi buat ngomong sama Abah.]

[Ya sudah..kalau sudah selesai segera istirahat, jangan terlalu banyak begadang, ibu perhatian kamu terlalu lelah kerjanya. Pergi pagi pulang malam. Jangan banyak pikiran juga, Ra. Kamu jauh dari ibu. Apapun yang dikatakan abahmu nanti, iyakan saja, jangan dimasukkan hati. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri saja.]

[Namanya juga nyari uang, Bu.]

[Ya. Ibu istirahat dulu ya.] ibu menutup pembicaraan kami.

💐💐💐

Tira mau bicara sama Abah. Begitu pesan yang ku kirim pada ponsel Abah. Tak lama ada balasan agar aku menghubungi ibu Retno, istri baru ayah. Tentu saja aku tak mau, kenapa juga harus menghubungi orang lain padahal yang akan kita hubungi adalah orang tua sendiri.

"Kamu itu, disuruh menghubungi ibumu susah sekali." suara abah dari seberang sana.

"Tira mau ngomong sama Abah kok, bukan yang lain." jawabku. Jengkel juga terus dipaksakan kehendaknya.

Abah dan ibu sudah berpisah semenjak aku masih duduk di bangku Tsanawiyah. Kala itu ibu sedang mengandung Kiki, adikku paling bungsu. Entah apa alasannya, ibu tak pernah mau membukanya, meski pada keluarganya sendiri. Ibu selalu menutup rapat aib Abah, tapi bagaimanapun kita berusaha menyembunyikan bangkai, suatu saat pasti akan tercium juga.

Tebakanku dan orang-orang karena Abah berselingkuh dengan Tante Utami, perempuan yang kini menjadi istri Abah. Setelah menikah, mereka punya seorang anak laki-laki bernama Alfi setelah sebelumnya Tante Utami punya putri yang jarak usianya tak terpaut jauh dariku, yaitu Gisel. Ia sendiri juga tidak diketahui siapa ayahnya. Ada yang menebak kalau gadis itu juga anaknya Abah. Entah itu benar atau tidak, aku berusaha kuat menahan diri tidak ingin tahu segalanya tentang Abah karena semakin aku mencari tahu, rasa sakitlah yang ku dapatkan.

Aku menjelaskan secara singkat pada Abah tentang rencana kedatangan bang Andre. Seperti dugaanku, Abah tak suka jika aku menyampaikan lewat telepon, aku dikatakan tidak sopan, tidak menghargai Abah. Abah juga tidak mau jika pertemuan di rumah ibu karena bagaimanapun Abah adalah ayahku, maka kalau ada apa-apa, apalagi menyangkut masa depan, maka lelaki itu harus dibawa ke rumah Abah. Tapi aku kembali berkilah tentang waktu yang terbatas dan juga semuanya sudah terlanjur direncanakan.

"Baiklah, tapi berikutnya kalian yang harus mengikuti keputusan Abah. Itupun kalau kalian mau Abah yang menikahkan kalian. Ingat ya Tira, Abah tidak akan mewakilkan perwalian Abah pada kalian. Kamu dan ketiga adikmu masih sangat membutuhkan Abah, jadi kalian jangan macam-macam. Jangan terlalu mau disetir ibu kalian. Bagaimanapun Abah lah ayah kalian..ngerti kan kalian..bilang juga sama Ciya, Elis dan Kiki. Anak perempuan kok tidak ada halus-halusnya sama bapaknya sendiri. Baru segitu sudah sangat sombong!" Tegas Abah sebelum menutup telepon.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!