"Terima kasih, Pak." ucap Erica setelah Jonathan mengantarnya sampai depan rumah.
"Besok kerjaan sedikit banyak sih dan saya juga ada meeting di luar, kalau bisa kamu besok ikut saya meeting ya." kata Jonathan
"Jam berapa besok meetingnya, Pak? Kok saya nggak tahu ya kalau ada meeting besok." Erica bingung dengan meeting yang dikatakan Jonathan karena tidak termasuk dalam schedulenya.
"Baru tadi pas telpon dia minta ketemu, pokoknya besok ikut aja ya, selesaikan pekerjaan kamu sebelum jam tiga sore, nanti setelah meeting kita langsung pulang." kata Jonathan
"Baik, Pak. Saya permisi pulang dulu ya, Pak." kata Erica pamit dari hadapan Jonathan. Jonathan hanya tersenyum melihat sikap salah tingkah Erica.
Sepulang dari mengantarkan Erica, Jonathan melihat Ibunya yang sudah menunggu kepulangannya sejak tadi. Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres terjadi setelah ini.
"Bagaimana pertemuan kamu dengan anak Tante Indira? Dia oke kan? Sherly, lulusan UI dan sekarang kerja jadi manajer di perusahaan besar. Oke kan, Jo?" tanya Ibu Jonathan yang biasa dipanggil Christy. Christy memang sangat terobsesi anaknya mendapatkan teman kencan. Karena ia sudah terlalu lama menjomblo setelah putus dari mantan kekasihnya yang pindah ke Milan demi pekerjaannya.
"Ma, bisa stop nggak sih kita ngomongin soal kencan buta? Jo udah gede loh, Ma, Jo bisa cari sendiri. Nggak perlu lah Mama cari-cariin pacar atau calon istri buat Jo. Kalau Jo udah ketemu orangnya dan Jo udah sreg sama dia, pasti Jo kenalin ke Mama kok." sahut Jonathan. Ia merasa kesal setiap kali pulang ke rumah selalu ditanyakan soal kencan buta.
"Tapi kapan Jooo? Semenjak kamu putus sama Mikaela, kamu itu anti deket-deket sama wanita. Kamu tahu nggak sih kita harus punya keturunan buat mewarisi perusahaan. Kamu pikirin juga dong kekhawatiran Mama, jangan cuma mentingin diri kamu sendiri." ujar Christy dengan rasa khawatir.
"Sa...bar, Sabar ya, Ma, oke, Ma? Sabbaar." ucap Jonathan sambil berlari ke anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
"Jo, sabarnya jangan lama-lama, Jooo..." teriak Christy.
"Iya, Maaa.." balas Jo berteriak.
"Duh susah banget nyari cewek. Duit ada, muka ada, apalagi sih yang dicari. Aduh..." Christy kesal sekali dengan Jonathan yang tidak mau mendengarkan ucapannya agar mau membawa wanita datang ke rumah.
*************
Setelah masuk ke dalam apartemennya, Erica mandi dengan air hangat, Udara malam ini cukup dingin. Ia ingin sekali mandi dengan air hangat. Setelah selesai mandi, ia menelepon Arista, sahabatnya. Ia yakin bahwa Arista telah menunggu update terbaru dari Geo.
"Haaai, Errr!" sapa Arista dengan hebohnya dari seberang telepon
"Hai, Taa" sapa Erica sambil mengambil air putih dari kulkas.
"Gimana-gimana? Lo tadi udah sukses mergokin Geo?? tanya Arista dengan rasa penasaran
"Sukses dooong, eh by the way thanks banget loh ya, udah keras kepala ngasih tau gue kalo Geo selingkuh. Mungkin kalo lo nggak kekeuh ngasih tau gue... duh mungkin sampe detik ini gue masih percaya aja sama kata-kata si Geo."
"Lagian ya, mana ada sahabat ngebohongin sahabatnya sendiri! Lo kira gue mau bohongin lo cuma gara-gara cowok? Ih enggak kali, cowok masih banyak, jangan jadi orang bodoh kalau jatuh cinta!" Arista semangat sekali memberikan pidato tentang persahabatannya.
"Iyaaa thankss banget udah kasih tau gue."
"Eh akhirnya gimana? Lo masih tetep pacaran sama Geo?" tanya Arista
"Gila kali, kayak nggak ada cowok yang lebih ganteng aja daripada Geo. Keepdean dong tuh orang nanti."
"Bagus deh kalo lo udah putus sama dia."
"Iya, sekarang gue mau fokus dulu deh sama kerjaan gue, gue nggak mau mikir-mikirin hal kayak gitu lagi, kapok gue."
"Kapok sih jangan ya, ya lo jadikan pembelajaran aja kalau cari pacar tuh yang bener,." Arista memberikan nasihat pada Erica.
"Terus gimana putusnya? Lo teriak-teriak atau lo jambak-jambakin dia?" tanya Arista penasaran.
"Oh, tentu tidak, gw harus tetep anggunly dong, biar dia makin berasa kehilangan cewek sebaik gue."
"Ih, dasar aneh."
"Eh udah dulu deh ya, gue capek mau istirahat. Byeee."
"Iya, iya, okedeh, byee..."
Esoknya di kantor, Erica menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Jonathan tidak menambah pekerjaan Erica lagi. Ia hanya ingin Erica menyelesaikan pekerjaan yang tertunda kemarin.
Seperti yang dikatakan Jonathan bahwa mereka akan ada meeting jam 3 sore di kafe dekat hotel Hitman kemarin.
Erica menemani Jonathan meeting dengan kliennya. Ada banyak obrolan yang menggunakan bahasa inggris. Erica mengerti dengan apa yang dikatakan, Tapi karena tidak memiliki kewenangan untuk berbicara jadi ia hanya diam dan mendengarkan serta mencatat apa poin yang penting.
Setelah klien itu pulang karena sudah selesai meetingnya, ia memesan camilan dan minuman lagi untuk menghabiskan waktunya di sore itu.
"Bagaimana menurut kamu mengenai acara pameran di Senayan bulan depan? Kita sudah mulai hitung budgetnya kan?" tanya Jonathan pada Erica.
"Budgetnya sudah dihitung dan saya minta tim finance agar mengirim hasilnya besok, Pak." jawab Erica.
"Tim marketing bagaimana? Menurut kamu berapa orang yang perlu jaga pameran? tiga orang aja atau empat orang?" tanya Jonathan lagi.
Erica sedikit bingung dengan hal-hal yang Jonathan tanyakan. Menurutnya, bukan kewenangannya untuk memutuskan segala sesuatu tentang perusahannya. Melainkan Jonathan sendiri.
"Bapak kok nanya saya, Pak? Job desk saya bukan memutuskan sesuatu mengenai perusahaan kan, Pak?" tanya Erica tersenyum
"Kamu itu emang beda ya kalau di kantor sama di luar kantor. Ya emang sih buka job desk kamu, tapi saya cuma mau tahu aja pendapat kamu itu bagaimana." sahut Jonathan
"Ya, tapi saya kan nggak enak , Pak, kalau harus ikut memutuskan sesuatu padahal bukan job desk saya. Saya takut dikira ngambil job desk orang lain, Pak." ucap Erica
"Ya nggak dong, kan saya ngobrolnya berdua sama kamu, jadi apapun yang saya tanyakan pendapatnya sama kamu, ya kamu tinggal jawab aja gimana enaknya. Saya mau tau apa pemikiranmu. Itu aja kok."
"Oh gitu ya, Pak." Erica mengangguk mengerti dengan apa yang Jonathan katakan.
"Jadi, menurut kamu berapa orang yang perlu stay di pameran?" tanya Jonathan lagi.
"Kalau menurut saya weekdays bisa tiga orang atau dua orang aja, Pak, karena kalau weekdays kan nggak terlalu ramai menurut saya. Tapi nanti kalau weekend baru bisa nambah satu orang, Pak. Jadi kita liat duru, di waktu apa ramainya. Begitu , Pak.." jawab Erica
"Iya sih benar juga. Yasudah besok saya bicarakan saat meeting dengan tim marketing." jawab Jonathan.
"Baik, Pak..."
"Hari ini, kamu kemana? Ada acara?"
"Nggak ada sih, Pak. Kenapa, Pak?" tanya Erica bingung. Ia takut akan ditambah lagi pekerjaannya oleh Jonathan.
"Ya kalau nggak ada saya nggak buru-buru pulang. Masih ada yang mau saya kerjain di laptop. Kamu temenin saya ya." kata Jonathan.
"Nemenin Bapak? Saya?" tanya Erica tidak percaya.
"Iya, emang kenapa? Nggak bisa?"
"Bisa kok, Pak, bisa. Tapi maaf, Pak, nanti dihitung lembur nggak ya, Pak?" tanya Erica sedikit hati-hati.
"Kamu tuh bener-bener memperhitungkan secara rinci ya. Iya, iya, nanti saya masukin ke lemburan."
"Yes! Makasih ya, Pak..." ujar Erica senang. Jonathan hanya menggeleng-geleng melihat Erica seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
suharwati jeni
erica kamu tuh sekretaris yg profeaional ya.
apa² diitung gak sesuai dgn job desc
2023-04-23
0