Erica menghindar dari Geo. Sebisa mungkin ia menghindar dari kejaran Geo. Tapi mau bagaimana, Geo juga sangat cepat. Geo dengan cepat meraih tangan Erica.
"Er, plis, dengerin aku dulu." kata Geo dengan napas yang sedikit tersengal.
"Apalagi, Ge? Mau jelasin apalagi? Semua udah jelas. Aku udah liat dengan mata kepala aku sendiri." ujar Erica dengan rasa kesalnya.
"Dia itu tadi namanya Zaneta. Dia temen aku dan kita cuma berbagi masalah aja...." kata Geo berusaha menjelaskan. Tapi penjelasan apapun tidak akan merubah perasaan Erica selanjutnya. Ia tetap merasa jijik dengan sikap dan juga ucapan yang dikatakan oleh Geo selama berada di dalam kamar hotel tadi.
"Gue ga peduli. Yang gue liat lo udah berduaan sama wanita lain di dalam hotel. Lo pikir gue bego ya, ga paham gitu antara cewek dan cowok ngapain aja di dalem kamar? Bukan main kartu gitu kan?" Erica merasakan amarah yang sangat besar. Ia tidak percaya Geo akan mengkhianatinya seperti ini.
"Oke, fine, Er. Seperti yang kamu bilang, kita udah selesai. Tapi aku mohon maafin aku ya, Er." pinta Geo dengan sedikit merayu Erica.
"Gue maafin tapi gue udah gabisa sama lo lagi." ujar Erica
"Okey. Nggak apa-apa. Sekali lagi gue minta maaf selama ini Er."
Erica tidak mau menatap wajah Geo. Rasanya sangat kesal kalau melihat wajah Geo. Geo sadar bahwa Erica sudah tidak mau melihat dirinya lagi. Maka dari itu, Geo berpamitan dan pergi dari hadapan Erica.
"Gue pergi dulu ya." kata Geo.
Erica membalikkan badannya dan tidak ingin melihat Geo lagi. Tadinya Erica masih ingin berpura-pura kuat dengan tidak menangis di hadapan Geo. Setelah Geo benar-benar pergi, Erica kembali menangis. Ia menghapus air matanya berkali-kali, tetapi tetap saja air mata itu keluar lagi dan lagi.
Erica mengeluarkan ponselnya dan ingin memesan taksi online. Namun ternyata Jonathan belum benar-benar pergi meninggalkan Erica di hotel mewah itu.
"Erica." panggil Jonathan. Erica refleks memutar badannya dan melihat siapa yang memanggilnya. Aduh, bosnya lagi!! Kenapa sih dia belum pulang juga? batin Erica. Erica buru-buru menghapus air matanya. Ia sudah tidak memperhatikan lagi riasan diwajahnya. Saat ini harinya hancur lebur dan sangat berantakan.
"Bapak.... belom balik, Pak?" tanya Erica berusaha mengulas senyum diwajahnya.
"Saya tadi ada janji sama temen. Tapi yah.. setelah melihat kamu sepertinya kamu lebih butuh teman buat cerita deh." kata Jonathan.
Ya, ampun!! Jangan seperti ini, Pak!! Saya bisa meleleh nantinya loh kalo Bapak begini, batin Erica lagi
"Mm, nggak usah, Pak, saya udah nggak apa-apa kok. Saya udah baikan." kata Erica.
"Tapi wajah kamu sepertinya nggak baik-baik aja. Sekarang gini, kamu lebih baik temenin saya makan malam ya. Saya belum makan nih. Kamu juga kan? Setelah buang banyak energi, kamu perlu mengisi energi lagi." kata Jonathan
"Ehh, nggak usah, Pak, saya bisa kok makan di rumah. Lagian, makanan disini kan mahal banget, Pak. Saya mikir-mikir, Pak, kalo mau makan disini." kata Erica berusaha menolak ajakan bosnya.
"Makan tinggal makan kok pake mikir-mikir. Udah ayo ikut saya cepetan!" ujar Jonathan meraih tangan Erica. Erica berusaha menolak sekuat tenaga, tetapi Jonathan memaksanya juga dengan sekuat tenaga. Ia mengetahui bahwa hati Erica sedang tidak baik-baik saja.
Setelah sampai di restoran hotel berbintang lima itu, Erica tidak berani memesan makanan apapun karena memang harganya yang fantastis. Jonathan tersenyum melihat Erica yang terbelalak melihat harga makanan disana.
"Pesan aja yang kamu mau. Nggak usah takut gaji kamu dipotong karena pesan makanan disini." kata Jonathan tersenyum.
"Iya, Pak.Kalau gitu saya pesan steak sirloin aja, Pak." kata Erica. Ia memesan sirloin karena makanan itu adalah makanan yang paling murah diantara yang lain.
"Kamu yakin? Banyak lemaknya loh."
"Yakin, Pak."
"Oke. Saya pesan tenderloin steak dua ya. Kematangan dagingnya well-done dan Es teh manis dua." kata Jonathan pada pelayan yang sedang melayani mereka. Pelayan itu dengan cepat mencatat pesanan mereka dan segera pamit untuk menyiapkan pesanannya.
Erica merasa terkejut dengan makanan yang dipesan tidak sesuai keinginannya.
"Pak, saya kan pesan sirloin, kok Bapak malah bilangnya tenderloin sih, Pak?" protes Erica.
Jonathan tersenyum melihat Erica yang seperti ini. Di dalam kantor, ia selalu saja patuh dan nurut dengan semua apa yang Jonathan katakan. Tapi diluar kantor, ia melihat sisi lain Erica.
"Erica, saya tahu kamu itu habis patah hati. Kalau habis patah hati itu, usahakan makanan yang enak. Saya nggak masalah kok traktir kamu makan steak, karena emang saya yang ngajak. Tapi ingat, setelah kamu patah hati, dunia nggak akan berakhir sampai disitu." Jonathan berusaha menghibur hati Erica dengan kata-katanya. Ia berharap sekretaris yang bekerja dengannya bisa memiliki semangat kerja lagi besok setelah patah hati dan tidak melalaikan pekerjaannya. Bisa kacau nanti kalau kerjaan nggak ada yang beres.
"Kok Bapak tahu saya abis patah hati sih, Pak?" tanya Erica yang merasa tidak enak hati karena kehidupan pribadinya diketahui oleh bosnya sendiri.
"Saya kan tadi lihat kamu berantem di sana." jawab Jonathan santai dengan melihat pintu masuk hotel sambil tersenyum.
"Maaf ya, Pak, Bapak jadi harus liat saya berantem sama mantan pacar saya."
"Kenapa minta maaf? Nggak apa-apa kok. Saya bisa jaga rahasia. Tenang saja."
"Bapak sendiri, ngapain ada disini, Pak?" tanya Erica. Duh.. bodohnya, dia baru sadar kalau Jonathan kan punya banyak uang, mau dia main ke hotel bintang lima kek, ke ski kek, main lomba kuda kek, ya urusan dia lah, ngapain nanya-nanya.
"Saya disuruh orang tua saya buat kencan buta. Tapi ya begitulah. Saya nggak terlalu tertarik sama hal-hal seperti itu." kata Jonathan.
"Bapak ikut kencan buta? Loh, kirain saya Bapak udah punya pacar."
"Saya sudah putus sama pacar saya semenjak dia lebih milih mengejar karirnya di Milan. Saya bisa apa. Saya nggak bisa melarang. Kalau itu impian dia, masa saya mau melarang."
Erica hanya mengangguk mengerti. Kasian juga atasannya itu. Tampan-tampan ternyata ditinggal pacar juga ke Milan. Yah paling nggak jauh lebih baik daripada ditinggal selingkuh seperti dirinya..
Pesanan mereka pun datang. Steak yang wangi membuat iman tergoda. Apalagi denga perut yang keroncongan dan tenaganya juga sudah habis karena emosi tadi. Erica ingin melupakan sejenak apa yang sudah terjadi dengan Geo. Ia tidak mau mengingatnya lagi. Ia harus fokus pada masa depannya saja mulai saat ini. Tidak ingin merasakan patah hati berlebihan hanya karena cowok berselingkuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments