Episode 5. Kediaman Emily

...Kalau setiap Harapan yang kita impikan berjalan sesuai rencana, Maka kita tak akan pernah belajar jika kegagalan itu menguatkan kita...

...🍁...

Empat Rombongan bis melaju, memecah dinginnya jalanan sore itu. Emily tengah duduk bersama Okan. Sementa Ziya Dudu bersama Caira di bangku yang sama.

Setelah menempuh perjalanan beberapa saat akhirnya bus yang di tumpangi mereka tiba di halaman Kantor Akara Emir Khan. Satu persatu karyawan keluar.

Banyak di antara karyawan yang langsung pulang ke rumah masing-masing, sementara Emily dan dua sahabatnya harus menunggu taksi untuk mengantarkan mereka sampai ke rumah masing-masing.

***

"Daddy !"

"Hati-hati sayang, Jangan berlari " Ucap Emily pada sang putra.

Keduanya telah sampai di kediaman Emily sejak dua menit yang lalu. Emily memang sengaja tidak menghubungi Ben untuk menjemputnya.

"Nyonya " Sapa Elinor sopan pada Emily

"Selamat datang kembali nyonya Emily"

"Bibi Emily, Yang lain kemana ? Apakah Ben di rumah ?" tanya Emily pada asisten rumah tangganya tersebut.

"Em... oh .. e em itu Nyonya, tuan di kamar" Jawab Elinor sedikit takut.

Entah karena sebab apa , justru ekspresi Elinor membuat Emily merasa aneh. Seolah asisten rumah tangga nya tersebut tengah menyembunyikan sesuatu.

"Apa bibi sedang tidak enak badan?" tanya Emily yang menyadari wajah sang asisten menjadi pucat.

"Tidak Nyonya " Jawab cepat Elinor dengan menggelengkan kepala.

Sementara itu di sebuah kamar tengah terjadi pergumulan panas.

"Daddy!"

tok tok tok

Suara pintu yang di ketuk begitu keras di iringi suara anak kecil yang menggema di seluruh ruangan.

"Auchhh tuan , Ayo lah a aku.. "

"Ehmmm.."

Suara lucnut yang begitu saja keluar dari mulut Lusia.

"**** !"

"Ada apa tuan , Kenapa anda berhenti, ayo lah.. "

Rengek Lusia yang sudah mencapai puncak, namun Ben menghentikan gerakannya karena mendengar panggilan sang putra.

"Apa kau tuli ?" Ucap Ben dengan menajamkan pendengarannya.

"Daddy !, Daddy! "

Tok tok tok

"Astaga, Bagaimana ini "

"Kenakan Pakaianmu sekarang juga, dan keluarlah melalui Pintu ruang kerjaku, pastikan Emily tidak melihatmu "

Ucap Ben memberi instruksi pada wanita murahan tersebut, Meski berat hati akhirnya Lusia menuruti perkataan Ben. Mengendap-endap seperti kucing yang kedapatan mencuri makanan.

Ceklek.

"Daddy !"

Suara kecil Okan yang menghambur dalam pelukan Ben.

"Hei Boy !, Bagaimana liburannya?" Tanya Ben dengan mengelap sisa sisa peluh yang masih ada di pelipis nya.

"Daddy kenapa lama buka pintunya ?"

"Oh Maaf sayang, Daddy tadi tertidur" kilah Ben dengan wajah tanpa dosa. Sementara Okan hanya menganggukkan kepala. Disusul Emily yang baru saja muncul dari bawah, setelah berbincang-bincang dengan Elinor dan menyerahkan koper berisi pakaian kotor milik Emily dan Okan sebelumnya.

"Sayang . Cup ." sebuah kecupan dan pelukan dari Ben yang di layangkan untuk Emily

"Bagaimana liburannya?" Tanya Ben

"Kau bertanya ?" Tanya Emily dingin

"Tentu saja, aku menghawatirkan kalian, oh maaf aku tidak bisa menemani"

"Tidak masalah Ben , It's okay" Jawab Emily dengan wajah lelahnya.

"Apa kau akan terus menahan ku disini Ben , Aku lelah , Aku ingin istirahat"

"Oh . Tentu saja sayang. " Jawab Ben dengan gagap.

Emily melangkah masuk kedalam kamar nya, lebih tepatnya kamar yang dia tempati bersama Ben setelah keduanya resmi menjadi suami dan istri.

Mengedarkan pandanganya ke seluruh ruangan , ada satu hal yang meminta Emily untuk terus menatapnya.

Seketika pandangan Emily tajam melihat kondisi ranjang miliknya dan Ben begitu berantakan.

"Apakah Bibi Elinor tidak membersihkannya ?"

"Ohh. Sayang maafkan aa aku, ini em aku baru saja bangun" Kilah Ben dengan wajah panik, meraih selimut tebal yang sangat berantakan. Berusaha membereskan sisa-sisa kekacauan sebelumnya.

Emily hanya dapat menarik nafas dalam "Oh. Baiklah, aku akan beristirahat di kamar Okan " Ucap Emily dengan wajah datar.

"Fiuhh" helaan nafas lega yang keluar begitu saja setelah Emily keluar dari kamar tersebut.

Sementara itu lagi-lagi di kamar Asisten rumah tangga tersebut, Lusia harus menuntaskan hasrat yang sebelumnya tertunda dengan bermain solo karir.

"Sial !, kenapa anak menyebalkan itu harus tiba-tiba datang, Padahal sedikit lagi " gerutu Lusia dengan tidak tahu malunya.

Tok tok tok

"Lusia !"

"Lusia , Buka pintunya "

"Ishhh, Dia lagi, ada aap sih wanita sialan itu juga selalu saja !!" Kesal Lusia yang harus menghentikan permainannya karena Elinor memanggilnya.

Ceklek

"Ada apa Bi, kenapa Bibi selalu menggangguku !"

"Ya Tuhan !, Lihatlah dirimu , Apa kau sekarang sudah berlagak menjadi nyonya di rumah ini" Umpat Elinor yang merasa kesal dengan pernyataan Lusia.

Lusia memutar bola katanya, kesal dengan sosok yang dia anggap selalu mengganggu kegiatannya.

"Katakan, Ada apa ?" Ketus Lusia pada wanita paruh baya itu.

"Bersihkan kamar tuan dan nyonya sekarang " Ucap Elinor

"Ohya satu lagi, Ingat jangan berulah, Lakukan pekerjaanmu dengan baik " Tunjuk Elinor kesal

"Memangnya apa salahku, Dasar wanita tua sialan " umpat Lusia dalam hati.

Setelah itu Lusia bergegas mengambil kemoceng dan sapu, berjalan dengan sedikit berlari menuju kamar majikanya, kamar yang dua hari ini berhasil dia kuasai, seolah tengah menjadi ratu di rumah tersebut.

Untuk menuju kamar Ben dan Emily, Lusia harus melewati kamar Okan terlebih dahulu. Terlihat di dalam sana Ben tengah bercanda bersama Okan dan Emily yang juga duduk dalam satu ranjang.

Melihat kemesraan keluarga tersebut, Lucia merasa begitu meradang, merasa tidak terima dengan nasibnya yang hanya sebagai pemuas sang majikan.

"Sial !" Umpat Lusia dalam hati

Bahkan di tengah Lusia yang mengendap-endap mendengarkan perbincangan keluarga majikanya, terlihat Ben tengah memberi Emily hadiah berupa satu set perhiasan.

"Wauuu, Beruntung sekali Nyonya Emily, Aku jadi iri padanya " Gumam Lusia dari kejauhan.

"Lusia !"

Suara bariton Elinor, seketika mengagetkan Lusia yang tengah menguping.

"Apa kau sudah lupa apa yang aku katakan tadi !"

"Lakukan pekerjaanmu dengan baik !, mereka tidak menggaji mu untuk Mengintip !"

Suara tegas Elinor memperingati Lusia.

Dengan setengah hati dan perasaan kesal akhirnya Lusia meninggalkan tempat tersebut, menuju kamar majikanya. Membersihkan sisa-sisa keganasan dan aksi panas nya dengan sang majikan.

Senyum Seringai terbit di wajah Lusia, seolah tengah memiliki rencana buruk yang tengah dia pikirkan.

Namun seketika raut wajah Lusia menjadi kesal tatkala mengingat permainannya yang sungguh nikmat harus berhenti ketika Emily dan putranya kembali ke rumah tersebut.

Hal itu seolah menyadarkan Lusia siapa dirinya, dan memiliki posisi apa di rumah tersebut. Dan hal itu sangatlah menyebalkan bagi Lusia.

Sementara Lusia tengah membersihkan kekacauan ranjang di kamar tersebut, Elinor memiliki tugas lain membersihkan lantai kamar. Keduanya saling bekerja sama untuk segera menyelesaikan tugas tersebut.

"Lakukan dengan baik !, Ganti Seprai dan Selimut nya Lusia !" Ketus Elinor memerintah.

"Ishhh .. Menyebalkan sekali !" geram Lusia

***

Terpopuler

Comments

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

thoor jgn lupa up dong..nih q bolak balik liatin msh blm ada notifx..jgn sampe lupa ceritax yaaa..

2022-12-30

1

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

hai thor q baru gabung sdh masuk favorit..jgn biarkan emily di bohongi trs thor suami penghoanat dan jalangx tak pantas buat emily dan okan..beri kekuatan dan keyakinan kuat untuk pisah dgn benazir ..buat emily melihat p3nghianatn mereka y thor jgn terlalu lama ..msh byk yg sayang pd emily dan okan ..boss aka jd kandidat ya thor..lanju up..

2022-12-28

1

Sadiah

Sadiah

ya ampun thoor greget aku sama ben dn lucia,, kasian emely thoor 🥺

2022-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!