Rizal Angga Saputra. Seorang CEO dari anak perusahaan SAPUTRA COMPANY yang berlokasi di Bali, Indonesia. Di usia yang masih menginjak angka dua puluh sembilan tahun, Rizal sudah membuktikan jika kepada dunia jika dirinya mampu menjadi pewaris dari kerajaan perusahaan dari sang Ayah - Ahmad Saputra.
Menjadi putra sulung di keluarganya, membuat Rizal dituntut untuk bisa mengemban amanah kedua orang tuanya agar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di kancah nasional hingga internasional.
Semenjak sang Adik - Renata Azaria Saputra yang merupakan seorang model tanah air menikah dengan seorang laki-laki yang juga seorang CEO dari perusahaan salah satu maskapai penerbangan di Indonesia membuatnya menjadi selalu jadi sorotan.
Kehidupan seorang Rizal selalu disorot kamera semenjak kemunculan dirinya pada saat pesta pernikahan sang Adik. Apalagi statusnya yang masih sendiri, menjadi incaran para wanita-wanita cantik diluaran sana.
Namun wanita-wanita itu hanya bisa gigit jari. Rizal merupakan seorang sosok laki-laki yang sulit untuk bersosialisasi. Ia cenderung lebih diam jika berada di khalayak ramai. Rizal hanya mau memiliki teman dengan sesama laki-laki karena memang menurutnya berteman dengan wanita itu cukup rumit. Apalagi ia tak mempercayai adanya pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Karena yang jelas pasti salah satu diantara keduanya pasti memiliki perasaan lebih dari seorang sahabat.
Saat ini Rizal baru saja kembali dari Surabaya karena memang ada pekerjaan disana. Dan kebetulan keluarganya yang lain juga tengah berada di kota pahlawan tersebut karena ingin menghabiskan waktu bersama.
Setibanya di halaman mansionnya, Rizal dibuat terkejut karena pekikan dari Bi Marni. Asisten rumah tangganya. Rizal yang tadinya hendak memasuki mansion akhirnya berbalik dan kembali menghampiri Bi Marni.
''Ada apa, Bi?'' tanya Rizal sambil napasnya sedikit ngos-ngosan karena memang tadinya ia sudah mencapai pintu masuk, tapi terus sedikit berlari ke arah garasi mobil yang ada di halaman depan.
''I-ini, Tuan.'' ucap Bi Marni sambil menunjuk ke arah dalam bagasi belakang mobil miliknya.
Kedua mata Rizal terbelalak saat melihat seorang gadis yang tengah meringkuk di dalam sana.
''Si-siapa dia, Bi?'' tanya Rizal terlihat linglung. Sedangkan Bi Marni malah semakin bingung mendengar ucapan sang majikan. Bagaimana ia tahu siapa gadis yang ada di dalam sana sedang ia saja baru mengetahuinya saat ini.
Kemudian kedua mata Bi Marni terlihat memicing ke arah majikannya tersebut. Seakan tahu apa maksud dari tatapan Bi Marni, Rizal pun langsung menggerak-gerakkan tangannya dengan maksud tak tahu menahu tentang soal gadis itu.
''Beneran, Bi. Aku tidak bohong. Mana aku tahu ada orang di dalam mobilku.'' ucap Rizal dengan tegas.
Beberapa saat kemudian Rizal pun memerintahkan kepada Bi Marni agar menanyai gadis itu melalui tatapan dan kode matanya.
''Non? Nona?'' panggil Bi Marni. Ana yang tadinya menyembunyikan wajahnya kini sedikit menggeliat hingga menampakkan kecantikannya.
''Turun dulu, Non. Ayo, Bibi bantu,'' ucap Bu Marni. Lalu Ana pun keluar dari dalam sana dibantu dengan Bi Marni.
''Nona siapa? Kenapa Nona bisa berada di dalam sana?'' tanya Bi Marni lembut.
Sedangkan Rizal hanya diam sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Pandangannya masih tertuju pada gadis yang baru saja keluar dari dalam mobilnya tersebut.
'Siapa gadis ini? Sepertinya dia bukan dari kalangan menengah kebawah,' batin Rizal terlihat menelisik mengamati seluruh tubuh Ana dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sementara Ana hanya menundukkan kepalanya. Ia sedikit gugup ditatap sedemikian rupa oleh laki-laki tampan seperti Rizal.
'Ah, tampan sekali dia,' batin Ana. Kedua pipinya perlahan memancarkan rona merahnya.
''Non? Nona?'' panggil Bi Marni lagi.
''I-iya. Maafkan saya, Tuan. Saya masuk mobil Tuan tanpa permisi,'' suara lembut Ana terdengar menenangkan di telinga Rizal. Rizal sampai tertegun mendengarnya. Matanya yang hijau seperti hamparan rumput yang terasa meneduhkan bagi siapa saja yang melihat.
Cantik. Satu kata yang terlintas di benak Rizal saat melihat wajah Ana. Kecantikan yang begitu alami, karena memang Ana tidak biasa memakai make up yang tebal.
''Siapa namamu?'' tanya Rizal.
''A-Ana, Tuan.'' jawab Ana masih dengan menundukkan kepala.
''Angkat kepalamu jika sedang berbicara dengan orang lain, Nona. Bukankah sangat tidak sopan jika berbicara tapi tidak melihat ke arah orang yang di ajak bicara?'' ucap Rizal menohok kepada Ana. Perlahan Ana mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Rizal.
''Maaf, Tuan.'' sahut Ana.
''Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam mobil saya?'' tanya Rizal.
''Em, waktu itu saya lihat Tuan berhenti di minimarket. Lalu saya mencoba membuka bagasi belakang mobil anda. Ternyata tidak terkunci,'' jawab Ana.
''Kenapa kamu masuk ke dalam mobil saya tanpa ijin? darimana asalmu?'' tanya Rizal. Ia berusaha mengorek informasi dari Ana.
''Sa-saya ... Sa-saya dikejar rentenir, Tuan. Saya asli Surabaya.'' jawab Ana. Kedua mata Rizal memicing, ia tak mempercayai begitu aja apa yang dibicarakan oleh Ana kepadanya.
''Bohong. Wajahmu bukan menunjukkan asli Indonesia. Siapa kamu sebenarnya?'' tanya Rizal sekali lagi. Ia bisa melihat gelagat aneh dari Ana. Ia terlihat seperti masih menyembunyikan sesuatu.
'Astaga. Aku lupa jika wajahku seperti Papa yang memang asli keturunan Turki,' batin Ana.
Ana meruntuki kebodohannya sendiri yang lupa dengan identitasnya.
''Em, Mana ada, Tuan. Ayah dan Ibu saya asli Surabaya.'' ucap Ana. Ia sangat berharap jika Rizal mempercayai ucapannya.
Rizal masih memandangi setiap lekuk tubuh dan wajah Ana. Ia berusaha mengenali wajah cantik itu, barangkali pernah bertemu di suatu tempat. Namun nihil. Ia merasa sangat asing dengan wajah cantik Ana.
''Lalu kemana tujuanmu, Nona?'' tanya Rizal.
Ana tampak menggelengkan kepala.
''Sa-saya juga tidak tahu, Tuan. Sa-saya tidak mempunyai tujuan. Saya hanya berlari menghindari para penagih hutang itu, Tuan.'' jawab Rizal. Rizal tampak diam memahami semua kata yang diucapkan oleh Ana.
Sedangkan Bi Marni hanya bisa menyaksikan percakapan keduanya. Kemudian Bi Marni punya ide, lalu ia mendekatkan diri kepada majikannya.
''Tuan, bagaimana kalau Tuan membiarkan gadis ini bekerja di sini, Tuan?'' tanya Bi Marni dengan suara yang berbisik.
Rizal seketika melemparkan tatapan matanya kepada Bi Marni. Ia berusaha meminta penjelasan dari ucapan sang Bibi.
''Kebetulan sudah seminggu belum ada yang menggantikan Surti, Tuan. Surti kan berhenti kerja karena ingin merawat orang tuanya, Tuan.'' imbuh Bi Marni kepada Rizal. Keduanya masih saling berbisik agar tak di dengar oleh Ana.
Melihat sang Bibi terlihat antusias melihat Ana, akhirnya membuat Rizal menghela napas panjangnya.
''Terserah kau saja, Bi. Aku pusing mikirnya. Aku ke dalam dulu,''ucap Rizal lalu ia pergi meninggalkan Bi Marni dan Ana di sana.
''Bagaimana kalau kamu kerja disini saja, Ana? Kamu gak ada tujuan kan?''
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
🌹IG : a.ayumie20🌹
Terimakasih sudah mampir kakak 😘🙏
2022-12-27
1
Eka Elisa
ya..krja di tmpt itu aj ana...stlah itu pikirin lagi kmu mo kmna..
2022-12-27
1