Makan Malam sedang berlangsung. Selama itu Ana berusaha bersikap setenang mungkin. Ia tak mau rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa hancur akibat ulahnya sendiri. Jadi ia akan menjadi anak yang penurut malam ini.
''Papa harap kamu jangan kecewakan Papa, An. Ini demi keberhasilan karier Papa kedepannya. Dan itu juga berdampak baik untuk butik mu nantinya,'' ucap Guntur sambil menikmati makan malam tersebut.
'Bukan, Pa. Bukan untukku. Tapi untuk diri Papa sendiri,' batin Ana.
''Baik, Pa.'' jawab Ana. Beberapa malam belakang ini makanan yang masuk kedalam mulut Ana terasa hambar. Ucapan demi ucapan sang Papa sangat mempengaruhi mood-nya.
''Mama sudah menyiapkan baju untuk acara besok, An. Nanti jangan lupa diambil di kamar Mama, ya?'' kini giliran Mega yang berbicara. Meski begitu sebenarnya dalam hati kecilnya ia merasa kasihan melihat putrinya yang menjadi korban keegoisan suaminya sendiri.
''Hm, iya, Ma.'' jawab Ana.
Guntur sedikit terkejut melihat sikap Ana malam ini. Tak seperti biasanya yang selalu menentang keras bahkan keduanya sampai bersitegang. Namun ia juga merasa bahagia karena Ana sudah bisa menerima perjodohan tersebut.
''Papa sangat senang jika kamu sudah mau menerima perjodohan ini, An. Percayalah, ini adalah yang terbaik untukmu,'' ucap Guntur. Setelah ia menyelesaikan makanannya, ia menikmati secangkir teh herbal yang menjadi minuman favoritnya.
'Maafkan Ana, Pa. Ana mengambil keputusan ini karena bukan ini yang Ana harapkan. Maaf jika Ana menjadi anak yang durhaka kepada Papa dan Mama,' batin Ana.
Melihat senyum yang terpatri di wajah keriput sang Papa dan Mama, kian membuat Ana semakin dirundung rasa bersalahnya.
Namun ia juga tidak bisa jika harus mengorbankan masa depannya untuk memenuhi permintaan dari Papanya itu sendiri.
Ana diam. Tak tahu harus menanggapi ucapan dari Sang Papa bagaimana.
Melihat keterdiama sang putri, membuat Mega yang duduk di samping Ana segera menangkup tangan kiri Ana menggunakan tangan kanannya.
Pandangan kedua wanita itu bertemu. Mega bisa melihat kedua netra Ana yang sudah terlihat berkaca-kaca. Itu semakin membuat hati Mega terasa sakit.
Sebagai seorang Ibu, Mega ingin sekali membela sang putri tercinta. Tapi sebagai seorang istri, ia tidak mampu untuk menentang perintah suaminya yang menjadi kepala dari keluarganya.
''Sayang?'' panggil Mega.
Dengan sekuat tenaga Ana menahan laju air matanya agar tak menetes di depan kedua orang tuanya. Ia menyunggingkan senyum terpaksa nya kepada kedua orang tuanya.
''I am sorry, Mom.'' ucap Ana dengan suara lirihnya. Mega yang menangkap suara itu hanya bisa menganggukkan kepala.
Ia mengerti bagaimana suasana hati putrinya tersebut. Dihadapkan pada sebuah ikatan sakral yang tak ia inginkan. Tentu akan menjadi beban pikirannya.
Beruntung Guntur tengah sibuk dengan ponselnya, jadi ia tak mengetahui interaksi yang terjadi pada anak dan istrinya tersebut.
Setelah makan malam selesai, mereka menuju ke ruang keluarga. Pelayan pun mengekor di belakang mereka sambil membawa nampan berisi camilan dan minuman untuk majikan mereka.
''Besok acaranya jam tujuh malam. Kamu tahu kan, Ana?''tanya Guntur setelah para pelayan pergi dari sana.
''Iya, Pa.'' jawab Ana seadanya.
''Bagus. Besok akan ada beberapa rekan kerja dan relasi Papa yang datang. Oleh karena itu, kamu harus bisa menjaga sikapmu, An. Jangan sampai menghancurkan apa yang sudah Papa rencanakan jauh-jauh hari,'' ucap Guntur lagi.
Ana diam tak bereaksi.
''Kamu mengerti kan ?'' tanya Guntur dengan nada yang lebih tinggi.
''Mengerti, Pa.'' jawab Ana akhirnya. Ia menundukkan kepala. Enggan menatap wajah kedua orang tuanya.
''Sudahlah, Pa. Ana bukan anak kecil yang harus dikasih tahu tentang itu semua. Lihatlah, dia sudah dewasa sekarang Pa. Jadi Ana pasti bisa membawa dirinya,'' ucap Mega menengahi.
Ia tak ingin suaminya terus menerus mendikte putrinya untuk menjadi apa yang selalu ia inginkan.
Sudah cukup baginya selama ini Ana menjadi anak yang penurut. Mengambil pendidikan sesuai apa yang diinginkan Guntur, masuk ke universitas ternama di Surabaya, Lulus dengan predikat cumlaude yang nilai IPK-nya tinggi.
Dan selama ini tak ada keluhan yang keluar dari mulut kecilnya itu. Hanya kata 'Iya' dan 'Baik' yang selalu dilontarkan oleh Ana. Bahkan Guntur menjaga ketat lingkaran pergaulan putrinya tersebut. Hanya dengan Bella dan Amanda saja, Guntur memperbolehkan. Itupun karena kedua orang tua mereka juga berasal dari strata yang sama tingginya dengan keluarganya.
''Hm. Terserah kalian saja. Papa mau ke ruang kerja dulu,'' ucap Guntur. Kemudian ia beranjak dari sana menuju ruang kerjanya meninggalkan anak beserta istrinya yang masih setia duduk di sana.
tes
Tumpah juga air mata yang sejak tadi di tahan oleh Ana. Dengan gerakan cepat Ana menghapusnya. Mega yang melihat kesedihan melanda Ana segera mendekatkan diri kemudian merengkuh tubuh ramping Ana.
''Maafkan Mama, Sayang. Mama tak bisa membujuk Papamu,'' ucap Mega yang merasa bersalah karena tak mampu membantu Ana untuk menggagalkan rencana perjodohan itu.
Tak ada Isak tangis yang terdengar dari mulut Ana. Namun tubuhnya yang terasa bergetar menandakan jika Ana benar-benar dalam keadaan tersiksa.
Mega sendiri tak bisa berbuat banyak. Suaminya yang keras kepala membuatnya kesulitan untuk menghadapinya. Bahkan ia sampai berdebat dengan Guntur mengenai hal itu. Namun sia-sia, Suaminya itu tak terpengaruh sama sekali dengan ucapannya.
''Sudah malam, ayo kita tidur. Mama juga sudah merasa ngantuk sekali,'' ucap Mega seraya melepaskan pelukannya. Terlihat jelas beberapa kali Mega menguap.
'Mungkin obatnya mulai bekerja,' batin Ana yang melihat Mamanya mulai mengantuk.
''Baik, Ma. Kalau begitu ayo kita kembali ke kamar,'' ajak Ana sambil menggandeng tubuh Mega.
Ia pun mengikuti langkah Mega dari belakang. Setibanya di dalam kamar, Mega memberikan sebuah paperbag ukuran besar kepada Ana.
''Ini. Gaun yang akan kamu gunakan besok, An. Mama pesankan khusus dari desainer langganan Mama.'' ucap Mega.
''Terimakasih, Ma. Ana pergi dulu,'' ucap Ana sambil membalikkan tubuhnya.
Belum sempat ia melangkah, tangannya di raih kembali oleh Mega membuat Ana menoleh.
''Kamu baik-baik saja kan, Sayang?'' tanya Mega. Ana tersenyum tipis mendengar ucapan Mega.
''Tidak akan berpengaruh apa-apa bukan, jika Ana sedang tidak baik-baik saja?'' tanya Ana balik. Mega yang mendengarnya hanya bisa menghela napasnya.
''Good night, Sayang.'' ucap Mega seraya melepaskan tangannya.
''Goid night, Mom.'' sahut Ana. Lalu ia pergi meninggalkan kamar milik kedua orang tuanya itu.
Sesampainya di dalam kamar, Ana segera melemparkan paperbag itu ke Sofanya.
Brak
''I hate them,'' ucap Ana lirih. Setelah dirinya merasa lebih tenang, Ana kembali keluar dari kamarnya. Ia menoleh ke kanan dan ke diri, memastikan tak ada orang yang ada di sekitarnya.
Dengan langkah santai, Ana menuruni tangga dan berjalan menuju dapurnya.
Ia tak melihat apa-apa di atas meja dapur. Itu artinya kue-kue yang diperuntukkan untuk para penjaga gerbang sudah di berikan. Lalu Ana mencoba mencari Bi Asih, tapi nihil. Berarti Bi Asih sudah kembali ke kamarnya sendiri.
''Oke. Sekarang saatnya,''
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Eka Elisa
kira"...misi kbur hana brhsil gk ya....
enthlah hya emk yg tau..
2022-12-24
2