Bab 2

Yanto menatap Andini dengan perasaan marah karena telah mempermalukan istrinya di hadapan semua rekan bisnisnya yang hadir dalam pesta itu. Yanto tidak menyangka kalau Andini akan melakukan hal tersebut. Sedangkan Andini bersikap biasa saja dan seolah tidak terjadi apa-apa.

"Aku yakin, Yanto pasti malu banget dengan adanya kejadian tadi dan bakal jadi bahan cemoohan rekan-rekan bisnisnya" batin Andini. Beberapa rekan bisnis Yanto berbisik-bisik dan membicarakan soal kejadian yang baru saja mereka lihat. Ada yang mencemooh Yanto dan mengatakan kalau Yanto bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari Tina. Ada juga yang tetap berpikir positif dan berkata kalau sudah jodohnya, pasti akan dipersatukan apapun caranya.

"Mbak, apa yang mbak lakukan tadi itu benar-benar hebat, aku gak kebayang gimana raut wajahnya Tina, waktu mbak Andini nyuruh dia bersihkan sepatu mbak" Hanun mengacungkan jempol, melihat aksi Andini.

"Itu sebenarnya diluar rencana awal kita, tapi, apa yang terjadi tadi, aku cukup senang lihat hal itu" Yeni menambahkan.

"Aku cuma gak terima aja, cewek kayak si Tina itu bahagia dan selalu aja melebihi aku dalam hal asmara" kata Andini dengan perasaan geram.

"Tapi, lihat saja nanti, akan aku pastikan dia tidak akan hidup bahagia dengan Yanto, bahkan akan hidup sengsara, mbak Andini tenang aja, aku ada ide supaya dia tidak nyaman tinggal dirumah kita" Hanun sepertinya akan menyusun rencana baru untuk membuat Tina tidak nyaman tinggal dirumahnya.

"Ya udah kalau gitu, aku pamit yah, masih ada urusan yang harus aku selesaikan, see you" Andini beranjak pergi dari hadapan Hanun dan Yeni.

Sekitar jam 3 sore, pesta pernikahan Yanto dan Tina selesai. Satu persatu tamu undangan beranjak pergi. Tinggal keluarga dari kedua mempelai yang masih ada di tempat tersebut, menunggu Yanto dan Tina ganti pakaian, lalu mengantarnya ke rumah Yanto. Selang satu jam kemudian, mereka semua sampai di rumah Yanto, berbasa-basi sebentar dengannya dan berpamitan pada Yanto. Yanto menawarkan pada keluarga Tina untuk menginap dirumahnya malam ini. Hanun dan Yeni terbelalak, terkejut mendengar perkataan kakaknya tersebut dan cenderung tidak setuju dengan hal tersebut. Namun, keluarga Tina menolak tawaran itu dan memilih kembali kerumahnya sendiri, yang berjarak 20 KM dari rumah Yanto.

"Kalian hati-hati dijalan yah, nanti kalau ada waktu luang, kita main kerumah ibu" kata Yanto. Mobil yang ditumpangi pun beranjak pergi dan perlahan menghilang dari kelokan jalan.

"Nah... Sayang, selamat datang dirumahku, kamu anggap seperti rumah sendiri yah, kan kamu sekarang sudah jadi istri aku, jadi, kamu bebas mau ngapain aja" kata Yanto. Tina hanya menganggukkan kepalanya.

"Kalau misalkan kamu butuh apa-apa, kamu bilang aja ke Hanun atau Yeni, nanti biar mereka yang bantu kamu" lanjut Yanto. Yanto beranjak menuju kamarnya, hendak bersih-bersih badan. Saat Yanto sudah masuk ke kamar, Hanun menarik tangan Tina dengan kasar dan menatapnya tajam.

"Kamu dengar baik-baik, jangan kamu pikir, kamu sudah jadi istri mas Yanto kamu bisa jadi nyonya di rumah ini, kamu itu gak selevel sama kita" kata Hanun.

"Disini gak ada ART, jadi, semua pekerjaan rumah, kamu yang kerjakan, ngerti!" Yeni memelototi Tina. Tina bisa merasakan kalau Hanun dan Yeni tidak menyukainya dan tidak menginginkan dirinya tinggal dirumahnya tersebut. Namun, Tina akan mencoba bersabar menghadapi kedua adik iparnya itu dan melakukan pendekatan dengan mereka. Hari demi hari, Tina berusaha mengambil hati Hanun dan Yeni, agar mereka mau menerimanya di rumah ini. Tapi, sejauh ini belum mengubah keadaan dan seolah membuat Tina kehabisan akal. Bahkan makin parah, Tina cendrung seperti ART dirumah itu. Semua pekerjaan rumah mulai menyapu halaman, membersihkan semua kamar termasuk kamar Hanun dan Yeni, mencuci, mengepel, memasak dan sebagainya. Tina mencoba untuk terus bertahan dengan keadaan seperti ini, walaupun harus setiap hari bekerja sampai badannya lelah dan membuatnya selalu tidur awal dan tidak sempat untuk menyiapkan makan malam untuk Yanto, menyambutnya di pintu ketika Yanto pulang kerja. Yanto mulai curiga, pasti ada sesuatu yang terjadi dirumah ini, yang tidak dia ketahui selama seminggu belakangan ini. Yanto pernah menanyakannya pada Tina, Tapi, Tina hanya menjawab seadanya dan membuat Yanto tidak puas dengan jawaban Tina.

"Loh... Mas, kok makan sendirian? Mbak Tina mana? Kok gak temani mas Yanto makan sih" Hanun bertanya-tanya.

"Apa dia udah tidur, seperti kemarin-kemarin lagi" Hanun menerka.

"Iya, Nun, tadi waktu mas ke kamar, mbak Tina emang udah tidur" jawab Yanto.

"Istri macam apa itu, suami pulang kerja bukannya disambut dan siapkan makan malam, dilayani, eh... Dianya malah tidur, alasan capek lah, apalah, kalau malas mah, malas aja, gak usah banyak alasan" kata Hanun dengan nada sinis.

"Kamu gak boleh ngomong gitu, Nun, kamu harus maklum, mbak Tina itu kan juga kerja di butiknya Andini, jadi, pasti capek banget" Yanto membela istrinya.

"Tapi, aku udah minta Tina untuk resign dan katanya dia udah ajukan, mungkin sekitar seminggu atau dua minggu lagi dia kerja disana, karena harus dicarikan penggantinya" lanjut Yanto.

"Dia bakal jadi beban deh buat mas Yanto, harus penuhi semua kebutuhannya, enak banget dia,numpang hidup sama mas Yanto, dasar orang miskin" kata Hanun dengan tersenyum sinis.

"Kamu tuh kenapa sih, Nun, kayak gak suka banget sama istri mas, dia itu selalu baik sama kamu, tapi, kenapa kamu tidak bisa sedikit saja baik sama dia" Yanto kesal dengan sikap Hanun terhadap Tina.

"Apa karena status Sosila keluarga kita dan keluarga Tina berbeda? Itu alasan kamu, Hanun!" Yanto seolah bisa menebak.

"Nah... Itu mas udah tahu jawabannya" jawab Hanun dengan sedikit ketus.

"Udah ah, malas kalau harus bahas dia terus, mending tidur di kamar" Hanum beranjak menuju kamarnya. Yanto menggelengkan kepalanya melihat sikap Hanun. Dia tidak menyangka kalau adiknya itu melihat seseorang dari status sosialnya. Hanun hanya ingin berhubungan baik dengan seseorang yang memiliki status sosial yang setara dengannya. Itulah sebabnya kenapa Hanun lebih mengakrabkan diri dengan Andini dibanding dengan Tina, kakak iparnya sendiri.

Keesokan harinya, Yanto ingin mencari tahu apa yang terjadi saat dirinya berangkat kerja,apa yang dilakukan kedua adiknya pada Tina. Yanto berpura-pura akan berangkat kerja seperti biasanya. Hari ini Yanto tidak ke kantornya. Dia hanya akan mendelegasikan tugasnya pada orang kepercayaannya dan kebetulan juga tidak ada jadwal meeting dengan klien, hanya beberapa berkas yang harus di tandatangani. Yanto segera berbalik arah kembali ke rumahnya. Yanto ingin membuktikan kecurigaannya pada kedua adiknya. Yanto berjalan perlahan menuju pintu samping, yang langsung menghubungkan dengan ruang tengah. Ternyata dugaan Yanto benar. Hanun dan Yeni tampak menyuruh-nyuruh Tina, mengerjakan apapun yang dikatakan oleh keduanya.

"Aku benar-benar gak nyangka, Hanun dan Yeni memperlakukan Tina seperti pembantu dan tidak menghargainya sebagai kakak ipar" Yanto menggelengkan kepala dan seolah tidak percaya dengan yang dilihatnya.

"Jadi begini kelakuan kalian berdua kalau aku gak ada di rumah" suara Yanto, seketika mengejutkan Hanun dan Yeni serta Tina yang tengah mengerjakan yang disuruh oleh mereka berdua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!