Tina masih berusaha untuk menjelaskannya dan membuat Yanto yakin. Tina menjelaskan kalau pria itu datang atas panggilan Hanun dan Yeni. Mereka berdua juga melihat pria itu datang, bahkan ngobrol banyak hal dengannya sampai larut malam. Namun, Hanun dan Yeni menyangkal, berkata tidak melihat pria itu datang. Keduanya berkata berada dalam kamarnya masing-masing sedang mengerjakan tugas kuliah.
"Hanun, Yeni, kok kalian menyangkal sih, kalian kan emang ketemu dan ngobrol-ngobrol sama dia sampai aku tertidur" Tina menatap Hanun dan Yeni bergantian.
"Ngarang nih mbak Tina, justru pas aku mau masuk ke kamar dan pinjam laptopnya mas Yanto, aku lihat mbak Tina dan pria itu tiduran di kasur, tanpa sehelai pakaian" kata Hanun.
"Iya, mas, mbak Tina bangun-bangun udah gak pake apa-apa lagi, cuma pake selimut aja, saat aku bangunin mbak Tina di kamar" Yeni menimpali.
"Kamu gak bisa mengelak lagi, kedua adik aku sudah melihatnya sendiri dan foto itu merupakan bukti yang nyata" Yanto menatap Tina dengan tatapan serius.
"Udah mas, ceraikan aja mbak Tina, dia itu udah khianati mas Yanto" celetuk Yeni.
"Iya, mas, untuk apa juga pertahankan istri seperti dia ini" Hanun menambahkan. Hanun dan Yeni sengaja mengompori Yanto untuk segera menggugat cerai Tina, agar mereka bisa menjodohkan Yanto dengan Andini. Namun, Yanto sepertinya belum memutuskan apa-apa dan ingin berpikir sebelum dia mengambil keputusan. Yanto sendiri masih bimbang, antara mempertahankan rumah tangganya dengan Tina atau menceraikannya.
"Udah... Udah, aku mau ke kamar dulu, mau istirahat, aku capek" Yanto beranjak menuju ke kamarnya. Melihat sikap Yanto tadi, Hanun dan Yeni merasa sedikit kecewa, karena Yanto belum memutuskan apa-apa. Namun, disisi lain mereka tetap merasa senang, setidaknya hubungan Yanto dan Tina merenggang, seperti yang mereka inginkan.
"Rumah tangga mas Yanto dan Tina udah renggang nih, tinggal kita pikirkan lagi caranya agar mereka benar-benar bercerai" kata Yeni sambil tersenyum.
"Gimana caranya?" Tanya Hanun.
"Itu nanti kita pikirkan, untuk sekarang kita nikmati dulu aja situasi yang sekarang" jawab Yeni. Hanun mengangguk dan mengikuti permainan yang telah disusun oleh Yeni.
Di dalam kamar, Yanto tengah merenungkan masalah yang menimpa rumah tangganya. Yanto masih tidak habis pikir, kalau Tina sanggup melakukan hal seperti itu. Padahal dulu, Tina bukanlah wanita yang seperti dalam foto itu. Yanto mengenal betul bagaimana sifat dan karakter Tina. Setahu Yanto, Tina adalah tipe wanita yang selalu tertutup, terutama pada lelaki yang asing baginya.
Pasca kejadian tersebut, sikap Yanto berubah seketika. Sarapan yang sudah susah payah dibuatkan Tina, sedikitpun tidak disentuh oleh Yanto. Bahkan saat mau berangkat kerja pun, Yanto berangkat begitu saja tanpa berpamitan dengan Tina, seperti yang kemarin-kemarin biasa dilakukannya. Tina tahu, kalau sikap Yanto padanya seperti itu, pasti ada hubungannya dengan foto itu. Tina memahami bagaiman perasaan Yanto. Untuk saat ini, Tina ingin membiarkan Yanto seperti itu dan berharap secara perlahan bisa seperti sediakala, menjadi Yanto yang dulu.
Hari itu, Tina sedang sendirian dirumah. Kebetulan Hanun dan Yeni ada jadwal kuliah dan baru sore nanti kuliahnya selesai. Tina yang sedang menyapu halaman rumah, terkejut dengan kedatangan seseorang.
"Permisi!" Seseorang melangkah masuk ke halaman rumah Tina.
"Iya, cari siapa?" Tanya Tina.
"Kamu pasti Tina kan?" Wanita itu berbalik bertanya. Tina mengangguk.
"Aku Tiara, kamu pasti udah lupa, aku teman SMP kamu" wanita itu memperkenalkan diri.
"Semoga aja dia percaya" batinnya.
"Tiara? Seingat aku, gak ada deh teman SMP aku yang namanya Tiara, soalnya aku cukup mengenal semua teman-teman aku dan cukup akrab dengan mereka semua" kata Tina.
"Emang sih, kita gak begitu akrab dulu, cuma aku tahu kamu, kamu kan dulu sering banget ikut kompetisi basket antar sekolah, mewakili sekolah kita, dari situlah aku tahu kamu" jawabnya.
"Itu memang benar, aku cukup sering diutus untuk mewakili sekolah dan mungkin kita hanya sekedar tegur sapa aja kalau pas ketemu di kantin atau perpustakaan, jadi gak begitu akrab seperti yang kamu bilang" Tina membenarkan.
"Oh iya, kita lanjut ngobrol didalam, yuk, biar lebih enak ngobrolnya" Tina mengajak Tiara masuk ke rumah.
"Ngomong-ngomong, kamu tahu darimana kalau aku tinggal disini?" Tanya Tina, saat mereka sudah duduk di ruang tamu.
"Ibu kamu yang ngasi tahu, aku tadi ke rumah kamu, ngobrol sebentar dengan beliau, terus di kasi deh alamat rumah ini" jelas Tiara. Mereka pun mengobrolkan banyak hal bahkan sampai masalah pribadi masing-masing. Tiara sebenarnya bukanlah teman SMP Tina, seperti yang dikatakannya diawal. Dia hanyalah orang suruhan Andini, untuk menggali informasi tentang rumah tangga Yanto dan Tina yang mulai merenggang, seperti yang diberitahukan oleh Hanun dan Yeni.
Selang 30 menit kemudian, orang suruhan Andini itu keluar dari rumah Tina dan segera menghampiri Andini yang menunggunya di mobil. Dia pun menceritakan semuanya pada Andini secara detail, sesuai dengan yang dia dengar dari Tina. Andini memberikan imbalan uang padanya dan setelah itu, wanita tersebut pergi secepat mungkin dari situ.
"Aku senang, mendengar rumah tangga mereka merenggang, itu artinya aku punya kesempatan untuk merebut Yanto dari Tina" batin Andini. Dalam benaknya, dia tengah merencanakan sesuatu, untuk semakin memanaskan situasi sekarang, yang akan membuat Yanto dan Tina bertengkar lagi. Untuk langkah awalnya, Andini meminta Yeni untuk menyuruh Yanto datang ke sebuah cafe yang sudah dia tentukan.
"Oke, mbak, itu urusan yang gampang" kata Yeni.
"Tapi, kamu harus buat ini seolah-olah ini kemauan kamu, pake alasan apa gitu, biar Yanto percaya" Andini mengingatkan, agar rencananya itu berjalan dengan sempurna.
"Mbak Andini tenang aja, pokoknya mbak Andini terima beres deh" Yeni sepertinya paham, apa yang diinginkan Andini.
"Iya, mbak Andini gak usah khawatir, Yeni udah expert kalau soal yang gini" Hanun menambahkan.
"oke kalau gitu, aku percaya sama kalian, aku langsung ke cafe sekarang juga" Andini pun segera beranjak dari hadapan Hanun dan Yeni. Sekitar pukul 4 sore, Andini sampai terlebih dahulu di cafe yang dimaksud. Andini menunggu sekitar setengah jam. Tak berapa lama kemudian, Andini melihat Yanto berjalan masuk ke cafe. Andini langsung mengalihkan pandangannya, seolah-olah dia tidak tahu. Yanto melihat Andini terlebih dulu dan langsung menyapanya.
"Din, kamu disini juga?" Tanya Yanto.
"Eh... Yanto, kok bisa disini" Andini seolah terkejut melihat Yanto.
"aku janjian sama Yeni mau makan disini, tapi, Yeni belum nyampe, barangkali terjebak macet atau gimana" jelas Yanto.
"Ya udah gabung sini aja sama aku, aku kebetulan juga lagi sendiri" Andini menawarkan duduk satu meja dengannya.
"Lumayan kan ada teman ngobrol, sambil nunggu Yeni datang juga" Andini menambahkan.
"Malas banget kalau harus duduk semeja dengan dia, kenapa juga harus ketemu Andini disini sih, bikin bete aja" runtuk Yanto. Dengan enggan, Yanto pun terpaksa duduk di depan Andini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments