"Maaf pak Hadi mengganggu, apa kabar pak, apa saya boleh masuk," ucap Gilang mencoba membuka pembicaraan.
Pak Hadi nampak gugup untuk mengurangi rasa gugup pak Hadi mengulurkan tangannya untuk menyalami Gilang dan Gilang pun mencium punggung tangannya.
"Oh iya silakan nak Gilang, kabar saya baik-baik saja seperti yang nak Gilang lihat. maaf rumahnya masih berantakan, soalnya saya baru pulang dari jualan sayur. "
Pak Hadi mempersilahkan Gilang untuk duduk. Kemudian dia pamit kebelakang.
"Aduh, apa yang harus aku lakukan, apa aku harus bicara terus terang tentang Sekar, nak Gilang pasti sudah tau kalau aku selama ini berbohong"ujar pak Hadi dalam hati
Bapak Sekar menimbang-nimbang, Apa sebaiknya jujur saja dan minta maaf pada Gilang. Gilang orang baik, pak Hadi tak tega membohonginya. Tapi dia juga takut kalau bunda Reni murka, dia takut kalau Sekar yang akan menanggung semuanya. Akhirnya dia mengirim pesan bunda Reni memberitahu tentang kedatangan Gilang, mungkin bunda Reni bisa memberikan solusi.
Pak Hadi mengambil ponselnya yang diletakkan di atas nakas kemudian mulai membuka aplikasi hijau dan mencari nama bunda Reni lalu mengirim pesan singkat. Tak lama kemudian pesan pun telah dibaca. Wajah pak Hadi terlihat sedikit lega.
"Silakan diminum nak Gilang, cuma ada teh aja," pak Hadi mulai berbasa-basi.
"Begini pak, maaf kalau kedatangan saya mengejutkan bapak. Saya cuma ingin menanyakan soal Sekar pak"
Gilang langsung menjelaskan bahwa dia tidak bermaksud apa-apa, dia sangat mencintai Sekar, tapi kenapa pak Hadi harus berbohong. Gilang juga memberitahu kalau dia sudah menyuruh orang kepercayaannya. Untuk datang ke kampung Gadung. Kampung dimana bapak dan Sekar berasal dan ternyata Sekar tidak pernah pulang kerumah budenya.
"Sebenarnya ada apa, apa ada seseorang yang mengintimidasi kalian agar menjauhi saya," ucap Gilang kepada pak Hadi. Wajah pak Hadi nampak pucat, dia bingung
Kriiing......
Kringgg....
Suara nada panggil terdengar dari ponsel Gilang.
"Halo...Assalamu alaikum bunda.. bunda ada apa?, iya... iya bunda Gilang langsung pulang," Gilang nampak panik, kemudian diapun pamit pulang kepada pak Hadi.
"Maaf pak bunda saya sakit saya diminta cepat pulang, tapi besok-besok saya datang lagi ya pak"
Gilang pamit kepada pak Hadi sambil mencium punggung tangan pak Hadi kemudian melangkah dengan tergesa-gesa menuju mobil mewahnya.
"Untung aja Bunda Reni cepat bertindak, paling tidak untuk sementara aku terbebas dari pertanyaan Gilang.
********
Sementara itu Gilang terus melajukan mobilnya membelah jalan raya dengan kecepatan tinggi, beberapa mobil telah diselipnya. Saat berada dipersimpangan jalan dia berbelok dengan tergesa-gesa tanpa melihat kearah kaca spion, tanpa menghidupkan lampu sein dan ternyata ada kendaraan roda dua melaju dari arah belakang dan akhirnya terserempet mobil Gilang hingga sang pengendara terlempar kearah trotoar.
Braakkk!!
Beberapa pengendara segera berhenti untuk menolong korban bersama warga yang berada sekitar tempat itu.
"Buka pintunya bang ayo keluar, tanggung jawab kamu!!, seenaknya saja kebut-kebutan di jalan raya, kamu fikir ini jalan nenek moyangmu," ucap salah seorang warga yang memakai kemeja kotak-kotak. Gilang yang dalam keadaan panik langsung keluar.
"Maaf bang, maaf saya tidak sengaja, saya sedang buru-buru, soalnya tadi saya mendapat telepon kalau ibu saya sakit," ucap Gilang gugup.
"Apa pun alasanmu yang penting tanggung jawab, lihat itu Orang yang kecelakaan gara-gara kelakuan kamu sepeda motornya rusak parah, pemiliknya juga luka-luka"
Gilang segera mendekati korban yang ternyata seorang bapak-bapak berumur sekitar lima puluh tahun.
"Maaf pak saya tadi terburu-buru karena mendapat telepon kalau ibu saya sakit. Berapa saya harus ganti rugi pak?," tanya Gilang
"Iya nak, saya minta dibayarkan kerumah sakit untuk mengobati Luka-luka saya dan sepertinya saya juga perlu urut, terus tolong perbaiki sepeda motor saya sampai bagus seperti semula. soalnya sepeda motor itu saya gunakan untuk jualan sayur setiap hari, kalau rusak saya tidak bisa jualan, anak dan istri saya makan apa," ucap bapak-bapak yang menjadi korban kecelakaan.
Gilang menyerahkan uang sebesar sepuluh juta, untuk menggantikan kerugian bapak tadi.
"Maaf pak ini kebanyakan, saya perlu tiga juta saja," ucap bapak-bapak tadi merasa tidak enak.
"Ambil saja pak, buat anak dan istri bapak," jawab Gilang sambil berlalu masuk kembali kedalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Gilang mulai berfikir Kenapa hari ini dia apes sekali, ke Rumah pak Hadi ingin tahu informasi masalah Sekar malah tidak sempat karena Bunda Sakit. Tapi kenapa bisa kebetulan sekali, padahal tadi pagi bundanya sehat-sehat saja, masa bisa sakit mendadak. setahu Gilang bundanya tidak mempunyai Penyakit yang serius, apa ini akal-akalanya bunda saja. Apa mungkin pak Hadi memberitahu bunda kalau aku ada di rumahnya. Sepertinya aku harus menyelidikinya.
Setelah mengemudikan mobil selama kurang lebih setengah jam, sampailah Gilang dikediamannya. Dia memasuki gerbang, dimana satpam sedang terlelap. Pak Satpam buru-buru bangun saat mendengarkan bunyi klakson kendaraan Gilang.
"Bunda Gimana pak, " tanya Gilang.
"Nyonya baik -baik saja tuan," jawab satpam.
"lho bukannya sakit, tanya Gilang yang mulai curiga.
"I.. iya, nyonya sedang sakit dan ada dikamarnya," Jawab Satpam lagi.
Gilang melangkah memasuki rumah dengan langkah yang sangat pelan dan tidak mengeluarkan bunyi. langkahnya terus menuju kamar sang bunda.
"Tolong bilang pada Gilang anak saya kalau saya menderita sakit parah. Agar Gilang mau menuruti kata-kata saya. Karena saya tidak setuju kalau dia menikah dengan wanita miskin itu, saya sudah mengancam akan memhabisi seluruh keluarganya kalau dia tetap nekat ingin menikah dengan putra kesayangan saya. Saya juga sudah memberangkatkan wanita itu pergi jadi TKW di Hongkong agar dia bisa menjauhi Gilang anakku. Aku sangat berharap dia mau menikah dengan wanita pilihan saya"
Cekrekkk....
krekeet...
Pintu terbuka dan masuklah Gilang secara tiba-tiba.
"Bagus sekali kelakuan bunda, terima kasih bunda!!, atas luka yang engkau torehkan,"Gilang melangkah santai menuju ranjang dimana bundanya berbaring.
"Sekarang aku baru tahu, kalau bunda sebenarnya tidak pernah menyayangiku. Bunda melahirkan dan membesarkanku hanya agar aku bisa mewarisi, mengurus dan membesarkan perusahaan yang bunda bangga-banggakan. Bunda hanya memikirkan bagaimana aku p menghasilkan uang yang banyak untuk memenuhi ambisi bunda. Bunda tidak pernah memikirkan perasaanku, bunda tidak pernah berfikir bagaimana supaya aku bisa bahagia.
Aku sangat kecewa sama bunda, dulu aku sangat bangga menjadi anak bunda, tapi sekarang aku tidak bangga lagi memiliki bunda,"Gilang berteriak sambil berlinang air mata. kini hatinya sangat hancur setelah mengetahui apa yang telah bundanya lakukan.
Dia melangkah santai keluar kamar sang bunda dan langsung menuju halaman kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
sementara dirumah Bunda Reni berlari keluar mengejar Gilang sembari berteriak menyebut nama Gilang.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
ahirnya anak melawan orang tua karena sikap orang tua sendiri.
2023-05-18
0
Mom Dian
semakin seru kakak semangat untuk mu💪💪
2023-05-06
0
mis FDR
semangat kk 💪
2023-04-29
0