Sepulang dari rumah bunda Reni, Sekar bersikap senormal mungkin, walaupun sesungguhnya hatinya sangat sakit meninggalkan kekasih yang teramat dicintainya.
Sesampainya dirumah Sekar menceritakan semuanya pada bapaknya. Juga tentang rencananya meninggalkan Gilang secara diam-diam untuk pergi menjadi TKW diHongkong mengikuti saran bundanya Gilang.
"Kamu yakin dengan rencanamu itu Sekar, apa kamu tidak kasian dengan nak Gilang. Dia sangat mencintaimu, dia pasti akan shock dan merasa sangat kehilanganmu nak,"ucap pak Hadi berusaha menyatakan pendapatnya.
Namun Sekar sudah memikirkan masak-masak, mungkin ini adalah keputusan terbaik untuk semuanya. Sekar merasa tidak mampu menjadi pendamping Gilang yang notabene seorang CEO dari sebuah perusahaan besar. Gilang memerlukan seorang istri yang memahami pekerjaannya, perusahaannya tidak akan berkembang jika Sekar yang menjadi istrinya karena dia tidak mengerti apa-apa tentang perusahaan, dia tidak bisa memberi saran dan masukan saat dia ada masalah dengan pekerjaannya. Sedangkan hidup ribuan karyawannya tergantung padanya. Sekar sependapat dengan apa yang diucapkan bunda Reni.
Sekar memaparkan pendapatnya dihadapan bapaknya kalau dia tetap bersikeras menikah dengan Gilang, maka bunda Reni pasti akan menggunakan berbagai cara untuk memisahkan mereka dengan menggunakan uang dan kekuasaanya, termasuk menculiknya, bahkan membunuh dia atau bapaknya. Pak Hadi hanya mengangguk-anggukan kepala saja menanggapi pemaparan Sekar.
Beberapa hari kemudian Sekar dihubungi Bunda Reni yang mengabarkan bahwa semua berkas dan keperluan menjadi TKW ke Hongkong sudah siap. Bahkan pekerjaan Sekar beserta tempat tinggalnya pun sudah disiapkan salah satu asisten bunda Reni.
Hari ini Gilang berencana datang kerumah Sekar, sudah seminggu mereka tidak bertemu.
Tok...
Tok..
Tok...
"Assalamu allaikum pak, Sekarnya ada," ucap Gilang sembari menyalami dan mencium punggung tangan pak Hadi.
"Maaf nak Gilang, apa Sekar tidak memberi kabar kalau dia pergi ke Desa, kangen sama budenya"
Pak Hadi berbohong akan keberadaan Sekar. Lalu Gilang pun pulang dengan rasa kecewa karena tidak bisa bertemu dengan tambatan hatinya yang sudah seminggu ini dia rindukan. Gilang mencoba menghubungi Sekar tapi tak diangkat, dia mengirim pesan tapi hanya di read saja. akhirnya Gilang mengatasi rasa kangennya pada Sekar dengan cara kerja dan kerja.
Sudah satu bulan Sekar pergi kedesa, satu kalipun dia tidak pernah memberi kabar, pesan pun tak dibalas. Bahkan sudah beberapa hari ini nomornya tidak aktif, membuat Gilang merasakan adanya kejanggalan
Hari ini Gilang pergi menuju rumah pak Hadi, rencananya dia akan meminta alamat budenya Sekar dikampung. Dia akan menyusul Sekar kekampungnya. Rindunya pada Sekar sudah tak dapat dia tahan lagi.
Saat sampai dirumah pak Hadi, Gilang mengetok pintu rumah pak Hadi, ternyata yang keluar adalah seorang ibu-ibu berambut ikal.
"Bapak cari siapa ya, maaf saya penghuni baru disini," ucap wanita itu.
"Saya mencari pak Hadi pemilik rumah ini, dimana ya dia," ucap Gilang penasaran.
Wanita berambut.ikal itu pun menjelaskan kalau dia baru saja membeli rumah itu dari pak Hadi. Sedangkan pak Hadi sudah pergi keluar pulau. Penuturan ibu-ibu berambut ikal tersebut sontak membuat Gilang terkejut.
"Apa ibu tahu alamat pak Hadi yang baru," ucap Gilang bertanya lagi. Ibu-ibu itu hanya menggeleng.
Akhirnya Gilang pulang dengan rasa kecewa, hatinya sangat penasaran apakah yang sebenarnya terjadi.
Dalam perjalanan pulang, Gilang terus berfikir, mungkinkah Sekar dan bapaknya sengaja menghindarinya. Tapi apa tujuan mereka melakukan semua ini.
Sampai dirumah Gilang langsung masuk kekamar, sapaan sang bunda pun tak ia hiraukan. Isi kepalanya hanya dipenuhi Sekar. Sekar Dan Sekar.
Gilang berfikir keras untuk mengungkap misteri kepergian Sekar. Semua harus diselidiki siapa dalang dibalik semua ini. Beberapa hari ini Gilang tidak masuk kantor, bahkan untuk sekedar keluar rumahpun dia enggan.
Akhirnya bunda Reni pun menegur Gilang karena sekertarisnya memberitahu bundanya bahwa Gilang tidak masuk kerja selama beberapa hari ini. Bundanya juga menyarankan agar Gilang mengikhlaskan dan tidak perlu memikirkan kepergian Sekar. Mungkin Sekar bukan jodohnya. Bunda Reni akan mencarikan wanita yang lebih cantik dari Sekar.
Dahi Gilang mengernyit. Mendengar semua penuturan bundanya yang membuat dia curiga.
"Apa bunda yang sudah menyebabkan Sekar pergi," ucap Gilang to the point.
"Ke...kenapa kamu bisa berfikir seperti itu, untuk apa, bagaimana mungkin bunda menyebabkan Sekar pergi. Sekar pergi atas keinginan sendiri. Bukan karena bunda, kamu jangan seenaknya menuduh bunda," ucap bunda Reni.
Daripada terus berdebat gara-gara Sekar bunda Reni pun menyuruh Gilang pergi kekantor, kalau kerjaan Gilang terbengkalai perusahaan bisa bangkrut, kasian karyawannya itulah yang selalu difikirkan bunda Reni.
Akhirnya Gilang membenarkan apa kata bundanya. Kebih baik dia bekerja, kasian Resni beberapa hari menghandle pekerjaannya. Gilang benar-benar curiga sama bundanya, bagaimanapun kepergian Sekar terjadi beberapa hari setelah Sekar bertemu bunda. Gilang pun menggunakan beberapa orang detektif untuk menyelidiki keberadaan Sekar.
Keesokkan hari ini Gilang masuk kantor seperti biasa.
"Bapak, bapak kemana saja tidak masuk kantor, banyak berkas yang menunggu tanda tangan bapak, banyak juga klein yang ingin bertemu bapak untuk menjalin kerja sama," ucap Resni sekertaris Gilang.
Untuk berkas yang menunggu tanda tangan Gilang, Gilang langsung mempelajari dan menanda tangani berkas tersebut. Sedangkan klein yang ingin bertemu dengannya, Gilang segera meminta Resni untuk bikin janji dan atur jadwal pertemuannya. Gilang pun berlalu pergi masuk kedalam ruangannya. Sampai didalam ruangan Gilang langsung mengambil ponsel dan segera menelpon beberapa detektif untuk melakukan penyelidikan mengenai kepergian Sekar dan pak Hadi.
Sambil menunggu informasi dari orang bayarannya gilang terus berjibaku dengan setumpuk berkas yang menunggu untuk dikoreksi dan ditanda tangani.
Kring...
kring...
Gilang yang sedang melangkah gontai menuju keparkiran dikejutkan oleh bunyi ponsel yang ada didalam tas kerjanya.
"Halo Roy, "suara Gilang dengan penuh semangat mengangkat telepon dari orang kepercayaannya.
"Bos sekarang posisi saya ada dikampung Gadung, Kampung dimana Sekar dan pak Hadi berasal.
Sang derektif sudah bertemu dengan bude nya Sekar tapi ternyata Sekar tidak pernah pulang ke desanya, begitu juga dengan pak Hadi. Menurut bude Sekar sekarang pak Hadi masih dikota, dia sekarang membeli rumah sekitar beberapa ratus meter dari rumahnya yang dulu,
"Roy sekarang kamu selidiki keberadaan Sekar, sepertinya pak Hadi mengetahui rahasia dibalik menghilangnya Sekar!!," ucap Gilang kemudian.
Batin Gilang bertanya-tanya Sekar ada apa sebenarnya, kenapa Sekar tega pergi meninggalkannya. apakah Bunda adalah dalang dibalik semua ini.
Hari ini setelah pulang kerja, Gilang langsung pergi kerumah pak Hadi. kemarin dia sudah mendapatkan alamat pak Hadi dari Roy. Setelah sampai dialamat tersebut, Gilang langsung menyapukan pandangan sekeliling rumah tersebut. Ternyata rumah pak Hadi yang baru di beli lebih besar dari rumah yang sebelumnya.
"Assalamualaikum," ucap Gilang, tangannya mengetuk-ngetuk Daun pintu beberapa kali.
Sepi.. tak ada jawaban dari dalam rumah. Namun Gilang terus mengetuk tanpa kenal lelah, tak peduli beberapa tetangga memperhatikan apa yang sedang dilakukannya.
Setelah sekitar setengah jam Gilang Mengetuk pintu, akhirnya terdengar suara langkah kaki manusia menuju kearah pintu.
Cekreek...
krieeeet....
Pak Hadi muncul dari balik daun pintu, wajahnya nampak tegang.
"Gi. .. Gilang...maaf saya baru bangun tidur, tidak mendengar nak Gilang mengetuk pintu,"ucapnya beliau Gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
semangat Gilang.
2023-05-18
0
Jesi Jasinah
ok....terimakasih atas koreksinya
2023-05-01
0
Mom Dian
Maaf yaa kak koreksi sedikit untuk Onomatope harus pakai tanda seru
misalnya
Tok!
Tok!
Maaf yaa kak 🙏
Tiga like dulu dari aku kalau ada waktu mampir lagi yaa kak
2023-05-01
0