Akhirnya Bram dilarikan kerumah sakit karena tidak sadarkan diri. Sherly yang begitu sedih memberi tau Mamanya tentang keadaan Bram.
Suasana sirine dan orang berpakaian putih-putih berlalu lalang di rumah sakit. Kepanikan semakin menyelimuti hatinya. Ia terduduk lemas di sudut ruang tunggu depan ICCU Dokter dan perawat sudah menangani Bram sejak 1jam lalu. Sherly semakin khawatir dengan keadaan Bram. Ia merasa bersalah karenanya Bram harus seperti ini. Sherly merasa seperti terintimidasi oleh keadaannya sendiri.
Dina menanyakan keadaan suaminya kepada Sherly dengan perasaan khawatir dan cemas. Terpancar jelas dari wajah cantiknya itu.
" Papa terkena serangan jantung Ma.." tangisan Sherly pun pecah. Sherly memeluk erat-erat tubuh Dina.
Dina terkejut mendengar semua. Bagaikan tersambar petir, hati Dina sakit dan takut akan berita yang baru saja Sherly sampaikan padanya. Ia hampir tidak bisa berdiri dengan tegak. Tubuhnya hampir ambruk.
" Mama kenapa?" Sherly memegangi tubuh Dina yang hampir terjatuh. Wajah Dina pucat pasi. Air matanya menetes di pipi mulusnya.
Sherly merasa semua ini adalah salahnya. Ia telah membuat orang-orang yang ia sayangi terluka. Sherly meminta maaf kepada Dina karena membuatnya sedih dan terluka.
" Tidak nak.. ini bukan salahmu." Jawab Dina lemah. Dina berusaha menenangkan diri sendiri dan juga Sherly yang terlihat sangat terpukul dengan keadaan Bram..
" Andai aku menyetujui pernikahan itu dan tidak menolaknya di depan tuan David Papa tidak akan seperti ini." Jawab Serly pilu.
Menyesali apa yang telah ia lakukan.
Dina menenangkan hati Sherly. Ia tidak ingin menyalahkan siapapun dalam hal ini. Dan ia juga tidak ingin Sherly tertekan dan merasa bersalah karenanya. Yang bisa ia lakukan adalah bersabar dan berdoa agar keadaan Bram baik-baik saja dan kembali pulih seperti sedia kala.
🌷🌷🌷
Waktu berlalu dengan cepat. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Sherly mendekati mamanya yang sedang berada di sebelah ranjang Papanya. Kini Bram sudah bisa di jenguk. Terdengar suara alat-alat medis di ruangan tersebut. Bram yang masih belum membuka matanya.
Sedangkan Dina hanya diam seribu bahasa memperhatikan Bram yang belum juga sadar dari pingsannya. Sherly benar-benar prihatin dan bersalah dengan Dina. Penyesalan semakin menyiksanya.
Sherly menghampiri Dina yang sedari tadi ada di sebelah ranjang rawat bram. Sherly membujuk Dina untuk makan karena Sherly tahu Dina belum makan apapun dari tadi siang sejak kejadian ini. Namun Dina menolak permintaan Sherly ia beralasan kalau belum lapar. Dina masih tetap menatap wajah Bram yang pucat. ia balik meminta Sherly untuk makan terlebih dahulu.
Sherly tetap memaksa Dina untuk makan akhirnya Dina menyetujuinya karena tidak ada gunanya Dina terus berdebat dengan Sherly yang sangat keras kepala. Ia tahu Sherly pasti akan terus memaksanya.
Sherly membantu mamanya membuka bungkus makanan yang ia beli tadi. Dengan telaten Sherly menyuapi makanan tersebut ke dalam mulut Dina. Air mata yang susah payah ia tahan akhirnya keluar dengan damai mengalir pelan di pipi mulus miliknya.
Sherly kembali meminta maaf padanya Dina.
Dina menarik nafas dalam-dalam.
" Serly mama mohon terima pernikahan itu. Ini demi kebaikan papa dan juga keluarga kita. " Pinta Dina dengan penuh harapan. Ia memohon dari tatapan matanya.
Serly menundukkan kepalanya. Ia mengumpulkan keberanian dan meyakinkan dirinya. Keputusan yang akan ia ambil akan sangat berat. Tapi apa boleh buat ia tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya.
Sesuatu yang indah pasti memerlukan pengorbanan. Karena sebuah pengorbanan tidak akan mengkhianati kenyataan yang ada.
Serly menarik nafas dalam-dalam.
" Baik ma. Aku tahu aku sudah memikirkannya. Aku tidak seharusnya menolak keinginan papa karena beliau telah membesarkan ku dan aku seharunya patuh dan membalas Budi kepada papa. " Kata Sherly dan cairan bening mengalir dari matanya.
Dina sedikit terkejut dengan apa yang Sherly katakan.
" Apa Bram sudah mengatakan semuanya." Tanya Dina yang berusaha menguasai emosinya agar tidak membuat Serly sedih dan terluka karena kenyataan yang baru saja ia ketahui.
Sherly menganggukkan kepalanya. Mengiyakan apa yang di katakan Dina.
Dina tertunduk ia merasa bersalah karena telah menutupi kenyataan yang sebenarnya kepada Sherly. Yang pada akhirnya itu seperti bom waktu yang siap meledak kapanpun.
" Maafkan mama sayang. Harusnya mama yang menceritakan hal ini dan mengatakan semuanya." Kata Dina sedih. Ia tahu Sherly yang lebih terluka darinya.
Sherly pasti syok berat mengetahui bahwa Bram bukan ayah kandungnya.
Sherly mengerti arti tatapan Dina. Ia tidak ingin Dina semakin tertekan karena ia menuntut kejelasan tentang kenyataan yang baru saja ia ketahui. Sherly hanya ingin semua baik-baik saja. Kenyataan tetaplah kenyataan ia tidak bisa merubahnya. Awalnya ia berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi. Dan ia ingin segera bangun.
Namun ia salah ini memang nyata. Sherly berusaha menerima dengan lapangan dada. Meskipun itu terasa sangat menyakitkan bagaikan tertusuk ribuan jarum.
Sherly menenangkan Dina ia mengatakan akan menemui David besok. Dan meminta maaf. Ia akan menerima pernikahan tersebut.
Dina akhirnya menangis. Ia benar-benar merasa bersalah dengan Sherly. Ia harusnya memberi tahu Sherly tentang kebenarannya sedari dulu.
Namun rasa yg takut membuatnya untuk tetap menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya rasa yg takut kehilangan yang membuat Dina dan Bram menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Sherly mengelus lengan Dina. Ia mengusap air mata yang menetes dari pipi putih dina.
" Satu hal yang Sherly minta, suatu saat nanti ceritakan kepada Sherly semuanya ma. Dan katakan siapa ayah kandung Sherly." Kata Sherly.
" Itu pasti sayang. Kau akan tau semuanya."
🌷🌷🌷🌷
Malam hari pun tiba.
Sherly duduk seorang diri di kamarnya. Ia menangis menjadi-jadi. Besok ia akan menemui Tuan David dan menyetujui pernikahan itu demi membalas Budi Bram . Dalam hidupnya ia tidak menyangka akan seperti ini. Ia akan menikah di Usinya yang masih sangat muda.
Pernikahan dini yang harusnya tidak terjadi dan terencana dalam hidupnya. Ia berusaha menata hatinya yang hancur dan menyimpan impiannya rapat-rapat, cita-citanya yang entah kapan akan bisa ia gapai segalanya berlahan memudar dan akan menghilang seiring waktu.
Namun hatinya tidak ingin cita-citanya hancur. Karena kenyataan begitu sangat kejam.
Setelah menikah ia tidak akan mempunyai kebebasan seperti sekarang ini. Banyak tanggung jawab yang ia harus penuhi. Mulai merawat suami, mertua bahkan mempersiapkan segalanya untuk suaminya nanti.
Sherly menangis seorang diri di kamar yang sepi dan gelap ia menangis untuk melepaskan sesak di dadanya yang begitu menghimpitnya. Setalah menangis ia akan merasa lebih baik dan mulai menerima semuanya. Impian tetaplah impian yang tidak akan mudah untuk di raih.
Sherly menarik nafas dalam-dalam.
" Ok Sherly kamu pasti bisa. Tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anak nya sekalipun itu bukan darah dagingnya." gumam Sherly memberi semangat pada dirinya sendiri.
Sherly berusaha bangkit dari keterpurukan dalam hidupnya.
Namun air matanya tidak mau berhenti. Hatinya pilu dan begitu sakit. Mengingat akan nasibnya. Diusianya yang begitu muda ia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia ketahui.
Sherly menangis hingga larut dan akhirnya ia tertidur karena lelah menangis.
Keesokan harinya...
Matahari bersinar dengan sangat cantik. Burung bernyanyi dengan merdunya. wajah cantik itu berlahan membuka matanya. badannya seperti tertindih ribuan ton beton. Namun ia tetap berusaha untuk bangun. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hatinya terus memberi semangat untuk tetap tegar.
Setelah itu ia berpakaian dengan rapi dan memoles make up tipis di wajahnya yang tampak sembab karena semalam menangis.
Cantik...!!
Kata itu yang sangat pantas untuknya namun dalam hatinya hancur dan sedih. Sherly menutup ceritanya sejak saat ini dan memulainya dengan yang baru. Ia ingin seperti air mengalir berjalan seiring waktu. Kemanapun nasib akan membawanya.
🌷🌷🌷
Setelah siap ia meminta pak Budi untuk mengantarnya menemui Tuan David di kantornya.
selama perjalanan Sherly melihat keluar jendela pandangannya kosong. Entah kemana. Bayangan indah yang telah lalu terbesit dalam benaknya. Ia rindu masa itu. Ia ingin kembali ke masa dimana ia bahagia bersama Bram dan Dina. Namun kini ia tumbuh menjadi besar dan harus menghadapi kenyataan hidup yang tak bisa ia hindari.
Tak terasa mobil miliknya sudah sampai di depan sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi. ya... Bastian corporation tempat Tuan David bekerja.
Sherly keluar dari mobilnya dan menuju meja resepsionis. Ia mengatakan akan bertemu dengan Tuan David. Akan tetapi ia tidak bisa menemui Tuan David karena ia tidak membuat janji dengannya. Dan hari itu Tuan David sedang meeting di luar kantor. Sherly semakin bingung apa yang harus ia lakukan.
Takutnya ia harus bertemu dengan David dan meminta belas kasihnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu Tuan David. Banyak mata yang menatapnya takjub dengan wajah cantiknya penampilan yang sederhana namun tetap modis.
Sherly tidak peduli dengan hal tersebut. Pikirannya masih melayang dan memikirkan cara agar ia bisa menemui David hari ini.
Sherly ingin mengakhiri segalanya dan ia berlahan menerima kenyataan yang sudah tidak bisa ia hindari lagi.
Sherly duduk di sofa di lobi kantor berharap bisa bertemu dengan Tuan David.
Dari balik pintu lobi kantor terdengar beberapa orang datang. Serli masih tidak bergeming ia hanya diam seribu bahasa sabar menanti.
" Selamat datang Tuan David." sapa seseorang dari pintu masuk lobi kantor tersebut.
Serly menoleh dan alangkah senangnya dia, wajahnya berubah senang seperti anak kecil yang bertemu dengan orang tuanya setelah ditinggal pergi. akhirnya ia bisa bertemu dengan Tuan David. Dengan langkah cepat ia menghampiri pria paruh baya tersebut.
" Permisi Tuan. Apakah saya bisa bicara dengan anda?" kata Serly tanpa menunda waktu lagi.
David tampak terkejut melihat Sherly sudah ada di hadapannya. David sedikit tercengang dengan kedatangan gadis itu yang sudah ada di hadapannya.
" Sherly untuk apa kau datang bukannya kemarin kau....." Kata David Serly segera memotong perkataan David dan kembali meminta maaf kepada David. Ia. Beralasan kalau ia masih terkejut dan semuanya begitu tiba-tiba baginya.
David menautkan kedua alisnya. David tidak paham dengan apa yang dikatakan Sherly. Setahunya Bram berkata telah memberi tahu Serly tentang pernikahan anak-anak mereka.
" Iya Tuan. Papa pernah membicarakan ini tapi saya tidak menyangka akan secepat ini.
Semalam saya baru sadar dan saya tahu saya salah." kata Sherly berusaha menyimpan rasa sakit dalam hatinya. Ia mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah.
Hatinya begitu perih dan sakit bagaikan tersayat pisau tajam yang menghujani hatinya.
David tersenyum senang. Ia merasa bahagia akhirnya keinginannya terpenuhi.
Dengan ramah ia mempersilahkan Sherly untuk ikut masuk dengannya. Ia ingin berbicara lebih banyak dan lebih mengenal gadis cantik ini.
(" Aku yakin Andrew akan menyukainya. Dia gadis yang baik dan berbakti") batin David senang dan bahaga.
Di kantor pribadi milik David.
" Aku senang akhirnya kau sadar siapa kamu Sherly. Kau tidak punya pilihan lain selain menikahi putra ku untuk menyelamatkan perusahaan Papamu." kata David yang membuat Sherly merasa begitu rendah bahkan tidak memiliki harga diri sedikitpun. Namun Serly berusaha tetap tenang dan tersenyum.
Sherly hanya bisa mengatakan maaf atas apa yang ia lakukan kemarin kepada David Sherly hanya bisa. Pasrah dan menahan sakit di hatinya . Sherly menundukkan kepala dan menutupi rasa kecewa dan sakit di hatinya dengan seutas senyum di bibir manisnya.
David. tertawa kecil.
" Sudahlah.. aku mengerti karena jiwa mu masih sangat muda untuk memahami semua ini. Tapi aku senang kau mau menerima pernikahan ini jadi aku dan Papamu sama-sama mendapatkan keuntungan dari perjanjian ini." kata David dengan bangganya.
" Iya Tuan.. Tapi apa boleh saya mengajukan satu permintaan Tuan?" kata Sherly memberanikan diri setelah ia kumpulkan dengan susah payah.
David kembali mengijinkan Sherly untuk mengajukan sebuah permintaan baginya yang terpenting adalah Sherly sudah menyetujui pernikahan tersebut. Tidak peduli Sherly akan meminta apa padanya.
" Setelah menikah dengan Tuan muda apa saya masih boleh melanjutkan kuliah saya Tuan?" kata Sherly. Sedikit takut ini akan membuat David marah.
" ohhhh... Tentu saja. Aku tidak suka kalau menantuku hanya berada di rumah. Apalagi kau adalah menantuku kau harus punya pendidikan yang tinggi. Karena kelak kau akan membantu Putra ku meneruskan perusahaan ini." kata David yang membuat Sherly bahagia.
Awalnya ia tidak yakin dengan apa yang dimintanya. Ternyata Tuan David pria yang baik hati dan lembut meskipun ia terlihat sangat kejam. Dan dingin bila sedang marah.
Sherly senang. Ada sedikit air kebaikan yang menyirami hatinya yang sudah kering. Ia berterima kasih kepada David karena tidak menolak keinginannya
Namun tiba-tiba....
" Tunggu Papa...!!!" kata seorang pria yang baru saja masuk.
Ia terlihat begitu tampan dan gagah akan tetapi tatapan matanya begitu dingin dan kejam. Pria yang berkharisma penuh dengan pesona. Sosok tegas dan berwibawa.
Ya.... !!
Dia lah Andrew Bastian pewaris tunggal Bastian corporation.
Sherly begitu terkesima dengan wajah tampan tersebut untuk beberapa saat. Matanya tak berkedip memandang wajah tampan itu. Meskipun tatapan mata itu begitu dingin bagaikan bongkahan es yang kokoh.
Akan tetapi anehnya Sherly bisa melihat ada sisi yang berusaha ia tutupi dengan sikapnya saat mata Meraka bertemu. Sorot mata elang yang terlihat teduh dan hangat.
Jantung Sherly berdetak kencang. Rasanya ingin keluar dari tempatnya. Beberapa saat kemudian ia kembali mengendalikan dirinya.
Andrew yang melihatnya sedikit merasa senang. Ada sebuah getaran aneh yang bisa ia rasakan saat pertama melihat wajah cantik itu.
Namun berusaha ia tepis. Ia tutupi dengan egonya yang sudah mendarah daging dalam dirinya.
( " Siapa dia.. wait pria ini memangil Tuan David dengan sebutan Papa. Apa dia adalah tuan muda") batin Sherly dan menutup mulutnya.
Inilah pertemuan pertama mereka.🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments