Seperti perkataan Kenzo, sorenya Zahra mulai membersihkan seluruh kamar yang terlihat seperti kapal pecah yang di dominasi oleh beberapa pakian kotor yang terlempar sembarangan di seluruh penjuru kamar.
“Ganteng-ganteng jorok banget, " umpat Zahra.
Setelah selesai membersihkan seluruh kamar, Zahra mulai menyiapkan air hangat. Dan ketika pekerjaannya selesai, Zahra kembali ke dapur membantu mbok Ina menyiapkan makan malam.
“Ayamnya tolong di potong dulu ndok, “ ucap mbok Ina yang dengan segera di lakukan oleh gadis sampingnya.
Zahra yang telah selesai memotong ayam, beralih mengupas bawang. Namun, kegiatannya terhenti saat mobil Kenzo terdengar terparkir di garasi.
Mbok Ina mengangguk mengiyakan niat Zahra yang ingin membukakan pintu. Seolah mendapat persetujuan, Zahra berlari menuju pintu.
Saat melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, Kenzo di sambut dengan senyuman hangat dari Zahra yang baru sehari menjadi asisten di rumahnya.
“Kenapa senyum-senyum begitu? “ tanya Kenzo sembari melangkah masuk menuju ruang tamu dan mendudukkan bokongnya di sana.
“Kata mbok Ina, kita harus selalu tersenyum kepada Tuan muda ini. Yah meskipun terpaksa, ” ucap Zahra.
Meski dengan nada suaranya begitu pelan namun masih terdengar oleh orang-orang yang berada di ruang tamu.
Kenzo hanya memicingkan matanya, dan kembali menatap ke arah depan sembari memijat pelipisnya.
“Udah sana mandi, habis itu makan, “ pintah Zahra sembari melangkah pergi menuju dapur.
Vino yang mendengar perkataan Zahra, hanya bisa terkekeh pelan dengan keberanian gadis tersebut. Pasalnya, baru kali ini Kenzo di perintah seperti itu.
Pada menit berikutnya, matanya membulat saat menyaksikan Tuannya yang ikut menurut dengan perkataan gadis tersebut.
Kenzo membuka pintu kamarnya, seketika di buat takjub dengan pemandangan di depannya.
Ketika biasanya kamar tersebut tak terurus, hari ini matanya berbinar-binar saat melihat seluruh kamar tertatah rapih dan bersih.
Kenzo meletakkan tasnya, lalu melangkah masuk kedalam kamar mandi untuk memulai ritual mandinya.
Sedangkan di dapur, Zahra dan Mbok Ina yang telah selesai dengan pekerjaan keduanya tengah asik bercanda gurau yang sesekali menimbulkan gelak tawa di antara mereka.
Vino yang melihat hal itu, melangkah menghampiri keduanya.
“Asik banget ceritanya, “ ujarnya saat sudah di hadapan kedua wanita tersebut.
Zahra dan Mbok Ina hanya bisa tersenyum manis menanggapi perkataan Vino.
“Jadi gimana, kamu betah gak di sini? “ tanya Vino membuka kembali obrolan yang sempat terhenti beberapa saat karena kedatangannya.
“Betah banget malahan apa lagi di sini ada kamu Tuan Vino, ” ujar Zahra yang seketika membuat tawa mbok Ina dan Vino pecah.
“Kenapa kamu gak lanjutkan kuliah dulu, habis itu baru lamar ke perusahaan? “
“Yah, mau gimana lagi Zahra kan seorang diri. Lagian kalau mau kuliah mahal biayanya, ” ucap Zahra dengan sedikit kekehan di akhirnya yang semakin membuat dirinya terlihat begitu manis.
“Kemana orang tuamu? “ tanya Vino lagi.
Namun, pertanyaan kali ini mampu membuat ekspresi di wajah Zahra seketika berubah.
Gadis tersebut menarik nafasnya panjang lalu tersenyum manis ke arah Vino.
“Udah mas Vino, mungkin Nona Zahra belum siap ceritanya. Lagian ini dia bukan sedang di interview kan? “ ujar Mbok Ina yang sadar akan kesedihan di wajah gadis di sampingnya.
Vino yang mendengar perkataan Mbok Ina hanya bisa mengangguk pasrah. Dirinya seketika merasa bersalah dengan pertanyaan yang di lontarkannya kepada Zahra.
“Maaf yah, “ ucapnya yang langsung di sambut senyuman hangat dari Zahra.
Kenzo yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya, keluar dari kamar mandi dan mulai mengenakan kaos oblong, serta celana pendek.
Kemudian Ia berjalan ke arah balkon sembari membawa sebuah liontin perak dan duduk di kursi yang berada di sana.
“Kemana lagi aku harus mencari mu Jasmine? “ gumamnya sembari tersenyum kaku, menatap liontin tersebut.
Tak lama kemudian, Kenzo memejamkan matanya dan membayangkan Kenzo kecil yang tengah asik berlarian bersama seorang gadis yang selalu di panggilnya dengan nama Jasmine.
“Bian, tungguin aku! “ teriak seorang gadis berusia lima tahun.
“Hahaha ayok Jasmine tanggap aku. "
Memori tersebut masih terus berputar dalam kepalanya, sampai di mana pintu kamarnya terbuka dan menampakkan seorang wanita dengan tubuh mungilnya yang terlihat berjalan kearahnya.
“Tuan, makanannya sudah siap. Mbok Ina menyuruhku memanggil Anda, “ ujar Zahra yang sudah berdiri di hadapan Kenzo.
Tanpa memperdulikan Zahra, Kenzo berlalu begitu saja dari balkon menuju kamarnya.
Zahra yang tidak ingin di tinggal sendirian pun, ikut melangkahkan kakinya membuntuti Tuannya.
Saat melewati kamar Kenzo, manik indah gadis tersebut tidak sengaja menangkap handuk yang di buang sembarangan di atas ranjang.
Dengan segera, Zahra menahan tangan Kenzo yang saat ini sudah di ambang pintu. Kenzo terlihat kesal akan tetapi, saat dirinya berbalik tatapan wajah Zahra sudah tidak bisa di mengerti.
“Tuan Kenzo yang tampan dan gagah, tolong yah kalau selesai mandi handuknya jangan di taruh di ranjang. Ganteng-ganteng kok jorok, “ titah Zahra dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
“Jorok? Maksud kamu apa hah! Kamu di gaji di sini, paham?! “ ucap Kenzo berteriak keras.
“Santai aja dong, gak usah nyolot gitu saya juga denger kalik om.”
“Om? Kamu manggil saya om. Dengar yah anak kecil, saya bukan om kamu. “
Vino yang hendak berjalan ke arah kolam, berbalik arah menuju kamar Kenzo setelah mendengar suara teriakan Tuannya.
“Ada apa ini? “ tanyanya di saat kakinya sudah berada dalam kamar Kenzo.
“DIAM! “ teriak kedua manusia tersebut, saat mendengar pertanyaan Vino.
Vino yang terkejut, memilih membungkam mulutnya. Yah dari pada di semprot, mending diam aja deh.
“Udah ah, capek ngomong sama kang jorok. "
Zahra yang hendak melangkah pergi, tangannya di cekal Kenzo.
"Apa pegang-pegang ini pelecehan namanya, " geram Zahra.
"Pelecahan katamu? dengar ya bocil, saya juga nggak nafsu sama badan kurus mu ini, " ujar Kenzo.
"Bodoh! "
Zahra melepaskan kasar tangan Kenzo, melangkah pergi dengan sedikit menyenggol pria itu.
Kenzo yang begitu kesal, hanya bisa pasrah dan membiarkan gadis itu melewatinya begitu saja.
“Hanya dia yang bisa kek gitu, " ucap ap Vino dengan sedikit terkekeh geli menatap punggung Zahra yang sudah hilang dari balik pintu.
Sedangkan Kenzo menatapnya dengan tatapan tajam yang seketika membuat kekehan Victor berubah menjadi suara batuk.
“Uhuk uhuk uhuk, permisi Tuan ada pekerjaan yang harus di selesaikan. ” elak Vino sembari membuntuti jejak Zahra.
Setelah kepergian Zahra dan Vino, Kenzo mengambil handuk yang di gunakannya tadi lalu meletakkan di dalam keranjang yang berisikan pakaian kotor.
“Bang sat! “ umpatnya sambil menendang keranjang yang tidak bersalah itu.
***
Saat ini, Kenzo bersama Vino dan beberapa anak buahnya tengah berada dalam ruang rahasia setelah menyelesaikan makan malamnya.
Ruangan tersebut di dominasi oleh warna hitam dan banyak tersimpan benda-benda tajam, serta berbagai macam senjata api.
“Bagaimana dengan perkembangan perusahaan di timur? “ tanya Kenzo kepada anak buahnya yang berbeda tegak dan tinggi.
“Semuanya berjalan lancar, hanya saja ada sedikit masalah. Namun, semuanya sudah di atasi.”
“Bagus, Lalu bagaimana dengan Tuan Ardan? “
“Tua bangka itu sangat merepotkan Tuan muda, “ ujar Vino memelas.
Kenzo menaikkan alisnya bingung dengan perkataan Victor.
“Merepotkan bagaimana Vin? “ tanya Dirwan, salah satu orang kepercayaan Kenzo selain Vino.
“Dia menawarkan putrinya sebagai jaminan kerja sama kita, “ jelas Vino yang seketika membuat Kenzo tersenyum smrik.
“Mainan baru yang menarik, “ batin Kenzo, membayangkan bagaimana reaksi Ardan saat mengetahui putrinya di jadikan babu oleh dirinya.
:
:
Bersambung..
Lanjut gak nih? 🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments