Terbukanya Peti Mati

Mata indah Nirwana membulat sempurna saat memasuki ruangan makam kuno. Cahaya matahari yang masuk melalui celah kecil tepat diatas peti batu sedikit membantu pencahayaan dalam ruangan lembab dan berdebu. Diatas peti terdapat patung ala bangsawan Rumania yang melekat dalam posisi tertidur.  

"Nicole, kita berhasil!" pekik Nirwana kegirangan.

Nicole sang asisten ikut gembira, ia spontan memeluk Nirwana erat. "Kita selesaikan misi Prof!"

Darren berjalan mendahului Nirwana dan timnya, ia memutari peti batu dan sesekali berjongkok memperhatikan ukiran yang tersembunyi di setiap sisi.

"Menemukan sesuatu yang menarik?"

Tanpa Darren sadari Nirwana telah berdiri tepat di depannya yang sedang berjongkok. Darren berhenti memperhatikan ukiran, ia menoleh dan mendongak ke atas lalu tersenyum pada Nirwana.

"Kau terlihat cantik dari sudut ini, nona!"

Kedua alis Nirwana naik keatas, "Benarkah? Kalau begitu matamu butuh bantuan tuan Darren!" arkeolog cantik itu mendengus kesal, matanya menatap Darren tak suka.

Lelaki tampan berwajah pucat itu menyeringai dan berdiri sejajar dengan Nirwana. Keduanya menatap lekat peti batu sepanjang tiga meter itu.

"Menurutmu siapa yang terkubur di bawah sini?" Nirwana tiba-tiba saja bertanya memecah keheningan.

"Entahlah, mungkin orang penting?" Darren menjawab tanpa bergeming, ia berbohong.

Darren tahu persis makam siapa yang ada didepannya. Ia masih menatap wajah yang terpahat di atas peti, masih teringat jelas dalam ingatannya bagaimana rupa kakek buyutnya itu.

Darren baru berusia lima tahun saat pertama bertemu dengan Constantin ketujuh. Kakek buyut dari sisi ibunya itu konon menjadi salah satu dari sepuluh tetua vampir terhebat. 

Beberapa kali ia sempat bertemu dengannya tapi tak pernah bertegur sapa. Kakek buyutnya itu hanya tersenyum dan mengusap kepalanya jika bertemu. Darren tidak pernah memperhatikan sang kakek yang sering berkunjung dan acapkali memperhatikannya dari jauh.

Hingga pada suatu malam, terdengar suara gaduh yang membuat Darren kecil terbangun. Ibu dan ayahnya berusaha melindungi kakek buyutnya dari Cezar, tetua paling kejam di antara sepuluh tetua lain. Darren kecil hanya mengintip dari balik anak tangga, ia ketakutan karena Cezar begitu mengerikan di matanya.

Darren kecil, tak paham apa yang diributkan. Hingga beberapa saat kemudian ia melihat kakek buyutnya dibawa pasukan vampir penjaga dalam keadaan terikat. Sekali seumur hidupnya Darren berteriak memanggil sang kakek. Ia nekat mendekati Constantin ketujuh tapi dicegah oleh kedua orang tuanya. Constantin ketujuh berhenti, ia mendekati Darren dan berpesan.

 "Jalani takdirmu dengan baik."

Itulah kali terakhir ia bertemu dengan kakek buyutnya. Darren hanya mendengar kabar dari utusan tetua jika Constantin ketujuh mendapat hukuman dibakar matahari. Setelah itu seluruh keluarga nya mengasingkan diri ke sebuah kota di pinggiran Transylvania. Tak jauh dari Kastil Leuven.

"Hei, tuan Darren! Apa kau dengar pertanyaanku tadi?" suara Nirwana membawa Darren kembali dari lamunannya.

"Aku? Kau bertanya padaku? Kapan?"

Nirwana berdecak kesal, "Lupakan!"

Wanita cantik itu kembali mendekati peti dan seperti biasa ia mempelajarinya dengan teliti. "Nicole, kemarilah! Aku perlu beberapa foto disini!" 

Darren mundur memberi ruang pada Nirwana dan Nicole untuk melakukan tugasnya. Ia memperhatikan dinding ruangan yang ditumbuhi lumut. Sesuatu menarik perhatiannya, ada tulisan yang nyaris tak terlihat dalam bahasa yang hanya dipakai kaumnya. Darren membersihkan lumut yang menutupi tulisan dengan kekuatannya.

Cukup sekali sentuh, tumbuhan lumut itu mengering dan berubah menjadi debu tanpa merusak apa yang terukir di dinding. Semuanya dilakukan cepat hingga tak ada yang menyadari sihir yang dikeluarkan Darren.

'Peringatan untuk siapapun yang membuka ruangan ini. Ruangan terkutuk tempat bersemayam Constantin ketujuh, penjaga masa depan dan masa lalu. Tidak ada yang bisa keluar dari tempat ini selain yang terpilih.'

"Yang terpilih? Apa maksudnya?" Darren mengernyit dan berbalik menatap dua wanita yang sedang asik meneliti peti batu. Matanya berkeliling memperhatikan sekitar.

"Hhm, mantra kuno itu tidak terdengar lagi. Peringatan yang terpahat di dinding, lalu jebakan maut. Kakek, apa yang sebenarnya kau sembunyikan disini?" lanjutnya bermonolog.

Nicole sesekali melirik ke arah Darren, ia dibuat penasaran dengan lelaki tampan yang tiba-tiba saja muncul di kastil.

"Profesor, siapa dia sebenarnya? Apa anda tidak curiga? Jangan-jangan dia pencuri!"

"Ssst, pelankan suaramu Nicole! Aku juga sedang mengawasi pria aneh itu. Tiba-tiba saja dia muncul, tentu saja mencurigakan. Turis katanya? Huh, sulit aku percaya!"

Nirwana sesekali memperhatikan apa yang sedang Darren lakukan. "Lihatlah, dia seperti membaca sesuatu,"

"Atau jangan-jangan dia ahli purbakala lain yang dikirim saingan kita?" Nicole berasumsi sambil mengambil foto patung dari sisi atas.

"Hhm, kau benar! Kita harus waspada, takutnya dia mengincar benda yang sama seperti kita." Nirwana kembali berbisik menekan suaranya agar tak terdengar, tentu saja semua itu percuma karena Darren juga memiliki kekuatan untuk bisa mendengar suara dalam frekuensi dibawah normal.

Perhatian Nirwana dari Darren terputus saat matanya menangkap ukiran relief mirip dengan gambar relik yang mereka cari. "Lihat ini!"

"Wah jackpot, kita menemukannya?" tanya Nicole dengan mata berbinar.

"Hhm entahlah, bisa iya bisa tidak. Belum tentu relik itu ada didalam sini." 

Jemari Nirwana menyentuh relief menonjol di sisi kiri peti. Memang bentuknya sangat mirip dengan yang tertera pada sketsa miliknya.

"Gery, monitor! Kau bisa melihatnya jelas?"

"Yup!"

"Apa ini yang kita cari?"

"Sembilan puluh sembilan persen benar, prof!" suara Gery terdengar yakin dan tegas.

Nirwana menyentuh relief berbentuk goblin itu dengan teliti. Ada hal yang menarik perhatiannya, benda berkilau yang melapisi bagian dalam.

"Apa ini?" rasa penasaran membuat Nirwana membuka sarung tangan yang dikenakan, ia ingin menyentuhnya langsung.

"Prof, kau yakin apa yang kau lakukan. Itu sangat berbahaya!" Nicole mengingatkan Nirwana.

"Tenanglah, aku hanya memastikan sesuatu."

Tangan Nirwana meraba bagian dalam mulut patung goblin, ia merasakan ada benda dingin yang menyentuh kulitnya.

"Hhm, ada logam di dalamnya. Unik!"

Nirwana berjongkok dan kembali memperhatikan lebih detail untuk memastikannya lagi. Tapi tiba-tiba ia menjerit kesakitan, sesuatu menusuk jarinya.

"Aaargh, sial!" Nirwana menarik jarinya keluar dari mulut patung goblin, terlihat darah segar menetes dari ujung jarinya.

"Profesor, jarimu?" Nicole bergegas mengambil sapu tangan dari kantong bajunya. Ia bergerak cepat dengan memberi pembersih luka pada luka Nirwana.

"Kapan dirimu bisa mengikuti aturan keselamatan profesor?" 

"Ccck, cuma luka kecil."

"Kecil katamu? Ingat kejadian di piramid, kita sampai demam sebulan terkena bakteri purba disana! Untung saja kita selamat!"

Nirwana tersenyum masam dan membiarkan Nicole mengobati lukanya, "Lumayan dalam, untung saja jarimu tidak terpotong!" ujar Nicole menakuti Nirwana.

"Ha … ha …, very funny!" 

Bau manis darah Nirwana memancing Darren untuk mendekat. Berkali kali ia menelan ludah, menahan diri saat melihat tetesan darah yang bergerak lambat di matanya.

"Manis sekali, aku ingin mencicipi nya."

Darren mendekat dengan mata terus menatap jari Nirwana yang terluka.

"Kau, baik-baik saja?" tanyanya berpura pura, Darren menghirup aroma manis yang terus menggodanya.

"Ya, tentu hanya luka kecil." sahut Nirwana yang tidak memperhatikan perubahan wajah Darren.

Darren berusaha menahan dirinya tapi sungguh tetesan darah itu membuatnya gila. Rasanya ingin sekali menghisap luka Nirwana dan menghabiskan darahnya. 

"Coba aku lihat, lukamu harus dipastikan steril." Darren kembali meneguk liurnya sendiri. Ia menarik tangan Nirwana dan memperhatikan luka yang masih terbuka lebar dengan darah menetes.

"Tidak perlu, Nicole sudah mengatasinya."

Nirwana menarik tangannya cepat tapi ia dikejutkan saat kilatan warna lain dimata Darren muncul. Manik matanya berubah merah sesaat. 

'Apa itu? Matanya berubah? Aneh sekali, aku yakin tidak salah lihat tadi.'

Tanpa mereka sadari tetesan darah Nirwana menjadi pemicu terbukanya peti batu. Formasi ukiran yang tak beraturan ternyata saling berkaitan satu sama lain. Ukiran itu bergerak perlahan dan menimbulkan suara gemuruh.

Darren dan yang lainnya menjauh dari peti, dan tak lama kemudian peti itu terbuka lebar. Patung bangsawan yang tertidur itu terbelah memanjang. Peti batu itu terbuka lebar layaknya sebuah kotak Pandora.

Suara gemuruh masih terdengar, Darren mencium adanya bahaya. Ia menoleh ke arah dinding berisikan peringatan lalu dengan cepat Darren menyambar tubuh Nicole dan juga Nirwana.

"Oh tidak, awas!"

Terpopuler

Comments

jika Constantin ketujuh dihukum bakar matahari, apa jasadnya tidak lebur menjadi debu ?

2024-06-10

0

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

sprti flim GGS

2023-04-14

3

kangsemen

kangsemen

anjayyy abang satu ini🤣

2023-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!