Salah satu informan Darren mengabarkan jadwal keberangkatan dan rencana Nirwana secara singkat melalui sambungan telepon. Sang pemimpin klan vampir terbesar ketiga di Rumania itu hanya mendengarkan dan kemudian mengakhiri panggilan tanpa berbicara apapun.
Darren kembali menatap layar monitor dan mengulang kembali rekaman Nirwana saat berada dalam ruangannya.
"Siapa sebenarnya gadis ini? Kekuatan yang melindunginya sangat misterius. Aku belum pernah menemukannya."
Darren terus mengulang dan mengulang, matanya tertuju pada kalung yang dipegang erat Nirwana. "Hhm, gadis ini seperti …,"
"Tuan, yang lain sudah menunggu. Kita segera berangkat." suara Abraham menghentikan rasa penasaran Darren.
Tanpa menunggu lama, ia dan rombongan bergegas pergi menyusul tim Nirwana ke hutan terkutuk. Rombongan keduanya datang hampir bersamaan hanya saja Darren dan pengikutnya memilih masuk dari sisi lain agar bisa mengawasi Nirwana dan timnya.
Darren mendapat informasi secara berkala dari mata-matanya. Ia berada pada jarak yang tidak terlalu jauh dari Nirwana, mengawasinya dan bersembunyi di antara pepohonan serta semak belukar.
"Benar dugaanku, gadis ini memang istimewa. Aku bisa merasakan energi tak biasa yang merembes keluar darinya."
Darren dengan kekuatannya mampu membuat tubuhnya menghilang, ia mendekati Nirwana yang mulai merasakan kehadirannya. Darren sengaja berdiri di depan Nirwana, ia memperhatikan wajah gadis dengan kacamata bertengger di hidungnya.
"Dia memang cantik."
Sang pemimpin vampir mengagumi kecantikan alami Nirwana, perpaduan wajah Asia dan Eropa. Kulitnya tidak terlalu putih, hidung mancung dengan rambut kecoklatan dan iris mata hitam.
Selama berabad abad tidak ada satupun wanita yang mampu membuatnya terpesona tapi kali ini, Darren dibuat penasaran dengan keberanian dan kecerdasan arkeolog muda yang sedang berdiri di depannya. Mata Darren kembali tertuju pada kalung berliontin hijau kekuningan yang melingkar di leher Nirwana.
"Kalung itu," ia bergumam sambil terus mengikuti Nirwana dan berjalan sejajar dengannya. Mempelajari energi yang merembes pada liontin unik itu.
"Itu bukan kalung biasa, siapa dirimu sebenarnya?"
Nirwana bukan tidak paham jika ada entitas tak terlihat yang ada disekitarnya. Hanya saja ia tak memiliki kemampuan untuk melihat kehidupan tak kasat mata di sekitarnya. Energi yang berbenturan antara miliknya dan Darren membuat tubuh Nirwana tak nyaman, sesekali ia menyentuh tengkuknya dan berdecak kesal.
"Selalu saja begini kalau ada ditempat angker." ia bergumam lirih dan kembali melihat ke atas pohon yang tampak bergoyang tak wajar.
Darren ikut mendongakkan kepala ke atas, ia melihat beberapa anak buahnya mengintai dan meloncat dari satu pohon ke pohon lain.
"Dia pintar, ia tahu ada yang tidak beres diatas sana. Huh, sayang sekali kau tidak bisa melihat apa pun." Darren tersenyum miring, menatap Nirwana sejenak sebelum akhirnya pergi dan kembali menghilang.
...----------------...
Rekahan tanah semakin melebar dan bergerak cepat menjalar membelah bumi. Nirwana yang terkejut tak bisa menyeimbangkan tubuhnya saat berdiri terlalu dekat dengan tanah yang terbuka tiba-tiba. Nicole dan asisten lainnya pun panik, mereka menyelamatkan diri masing-masing, melupakan Nirwana pasrah dengan hidupnya.
"Ooh, tidaaaaak!"
Tubuh Nirwana jatuh ke dalam rekahan tanah yang cukup lebar, ia pasrah dan bersiap menerima takdir kehidupan yang merenggut nyawanya di usia muda.
'Setidaknya aku mati dalam tugas pencarian, gugur secara terhormat.'
Nirwana memejamkan mata, tapi apa yang ia rasakan detik berikutnya adalah hentakan kuat yang menyambar tubuhnya cepat. Nirwana bagai terbang dengan kecepatan tinggi, jantungnya berdebar, aliran darahnya naik turun tak karuan membuat tubuhnya merespon dengan kengerian.
'Aku mati, aku pasti sedang menuju kematian!' teriaknya dalam hati, matanya semakin terpejam, ngeri membayangkan apa yang terjadi.
Suara gemuruh itu perlahan menghilang meninggalkan debu yang berterbangan. Nirwana membuka matanya perlahan, ia memicingkan mata melihat sekeliling dengan cemas.
"Apa aku mati?"
"Mati? Aku rasa tidak nona!" suara lelaki berada tepat di telinga Nirwana membuatnya terkejut.
"Si-siapa kamu?" keduanya saling menatap penuh takjub.
Nirwana bak bermimpi bertemu dengan lelaki tampan berwajah pucat yang tengah memeluknya. Mata biru laut ya menatap Nirwana lembut. Begitu juga dengan Darren yang akhirnya bisa menyentuh gadis yang beberapa jam ini telah menyita perhatiannya.
Nirwana terkejut, matanya terbelalak dan dengan cepat ia melepaskan pelukan Darren. Nirwana menjauh dan bertanya, "Kau bukan bagian dari tim? Apa kau pencuri?" teriaknya seraya mengambil salah satu alat penggalian yang tersemat di pinggang untuk melindungi dirinya.
Darren tersenyum sinis padanya, "Pencuri katamu? Seharusnya kau berterima kasih padaku, jika bukan karena aku, kau sudah terjatuh ke lubang itu!"
Nirwana melirik ke arah lubang besar menganga yang berjarak dua meter darinya. Gadis itu menelan ludah kasar, membayangkan dirinya terjatuh dalam lubang gelap mengerikan itu.
"Lalu jika bukan pencuri, siapa kau? Kenapa ada disini?" tanya Nirwana lagi dengan ketus, ia masih mengacungkan alat penggalian pada Darren membuat pria tampan itu terkekeh.
"Aku jadi menyesal menyelamatkanmu. Tuduhan mu itu menyakiti hatiku nona."
Nirwana yang merasa tak enak hati akhirnya menurunkan alat yang digunakan untuk mengancam Darren perlahan. Suara gemuruh itu kembali datang diikuti goncangan kecil. Nirwana kembali kehilangan keseimbangan, tubuhnya nyaris tergelincir saat tanah yang diinjaknya longsor.
Darren dengan cepat menarik tangan Nirwana dan memeluknya.
"Sepertinya disini berbahaya, kita harus pindah ke sebelah sana." ujar Darren memperhatikan retakan tanah yang semakin melebar.
"Y-ya kau benar, tapi bagaimana caranya kita pindah ke seberang sana?" Nirwana gugup dan ketakutan, baru kali ini ia berada dalam situasi yang mengancam hidupnya.
Darren tersenyum geli melihat wajah pucat Nirwana yang kini gugup tak karuan, "Wah, lihatlah siapa yang kini memeluk dan ketakutan." ejeknya pada Nirwana membuat gadis dalam pelukannya itu merona malu.
"Well, thank you tuan …,"
"Darren, namaku Darren. Maaf kita harus berkenalan dengan cara seperti ini nona …,"
"Nirwana,"
Mereka kembali terlibat dalam adu pandang, saling mengagumi dan terpesona. Senyum kecil mengembang di bibir keduanya, dengan jarak yang begitu dekat Darren bisa mencium bau darah Nirwana yang menggodanya.
Nalurinya tergerak untuk mencicipi darah gadis itu, ia mendekatkan wajahnya perlahan. Darren membius Nirwana dengan kemampuannya. Waktu berhenti berjalan sejenak. Mata Darren tertuju pada pembuluh darah di leher Nirwana yang berdenyut seolah memanggilnya untuk segera menancapkan kedua taring disana.
"Profesor Nirwana, apa anda baik-baik saja? Profesor, profesor! Jawab kami?!" suara Gery diseberang sana terdengar panik dan cemas.
Darren terkejut dan sedikit menjauhkan wajahnya. Nirwana pun tersadar dari pengaruh Darren, ia linglung sejenak sebelum menjawab panggilan Gery.
"Ya, Gery … aku baik-baik saja."
"Ya Tuhan, syukurlah! Kami khawatir disini, kamera anda mati dan getaran ini merusak alat penerima sinyal satelit."
Suara Gery yang lega terdengar sedikit berisik dengan gumaman aneh yang entah bagaimana muncul dalam mikrofon Nirwana. Sinyal kembali terputus, dan Nirwana tak bisa mendengar suara lain selain bunyi gumaman aneh itu.
"Gery, hallo kau disana?"
"Ada apa?" tanya Darren lebih selidik.
"Entahlah mungkin sinyal penerimanya jelek."
Gumaman aneh itu kembali terdengar, berdengung dan menggema ke seluruh ruangan.
"Apa kau mendengarnya, Darren?"
"Ya, jelas sekali." tanah kembali bergetar, "Kita harus segera menyeberang Nirwana, jika tidak kita mungkin terperosok disini."
"Tapi bagaimana caranya?"
Darren menatap Nirwana dan tersenyum, "Pejamkan matamu dan percayalah padaku."
"Apa kau yakin?" Nirwana sangsi tapi anggukan Darren membuatnya memilih untuk percaya pada lelaki yang baru saja menyelamatkan hidupnya.
Nirwana memejamkan mata dan mengeratkan pelukannya pada Darren. Sang Pemimpin klan itu pun tersenyum, adalah perkara mudah baginya untuk membawa tubuh Nirwana terbang melintasi rekahan tanah.
"Ingat pegang erat tubuhku jika kau ingin selamat!"
Nirwana menurut dan mengeratkan pelukannya, dengan sekali lompat Darren berhasil membawa tubuh Nirwana melintasi seberang. Tanpa kesulitan sedikitpun, Darren membawa tubuh Nirwana ke tempat aman bak membawa sehelai bulu.
"Kau masih ingin memelukku?"
Nirwana membuka mata dan melihat sekitar, ia melepas pelukannya dengan cepat. "Ah, maaf aku pikir kita …,"
Kalimat Nirwana terputus karena bunyi itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan meremangkan bulu roma. Terdengar seperti mantra yang diucapkan penyihir kuno pada jamannya. Nirwana memejamkan mata berusaha memahami apa makna kata itu tapi tak berhasil.
"Kau mendengarnya bukan?"
"Hhm, mantra kuno. Kita harus cepat pergi dari sini, sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi lagi." jawab Darren, matanya menatap gadis yang diliputi rasa penasaran itu.
"Tidak!" Nirwana menatap pintu makam yang masih tertutup. "Tidak sebelum aku membuka makam itu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
rekahan tanah atau lantai batunya bergeser menampakkan lubang ?
2024-06-09
0
kangsemen
menariik🔥
2023-02-19
1
irva 😍
eeeh udah main peluk pelukan ajah,,,
2023-01-08
5