Hanya Satu Yang Tak Cemburu!

"Rumah papamu jauh dari sini, Liz. Lalu pekerjaanmu?"

"Aku bisa keluar dari pekerjaanku. Aku ada tabungan untuk membiayai hidupku sendiri di sana, Ma." Eliz kembali memeluk Wati. "Setidaknya untuk sekarang, aku ingin menjaga jarak dari Richard. Aku tidak mau bertemu dengannya."

Sedih hati Wati mendengar kalimat itu keluar dari mulut putrinya. Sebagai orang tua yang pernah mengalami patah hati karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain, ia menyadari betapa sakit hati Eliz saat ini melihat orang yang dicintainya bermesraan dengan wanita lain. Sama halnya seperti dirinya dulu. Namun, tak ada sedikitpun keinginan jika jejaknya diikuti oleh putrinya sendiri.

"Sebenarnya ... mama sangat setuju kalau kau dan Richard jadi kekasih, apalagi kalau sampai kalian menikah. Mama akan lebih tenang melihatmu berada di tangan yang tepat. Mama sangat mengenal Richard, juga keluarganya. Mereka dari keluarga yang baik, Liz."

Eliz diam, memilih untuk tak menjawab dan mendengarkan saja apa yang dikatakan mamanya.

"Kenapa sih kalian tidak pacaran saja. Kenapa kau tidak ungkapkan saja perasaanmu ke Richard. Siapa tau Richard juga punya perasaan yang sama denganmu?"

"Tidak mungkin. Aku dan Richard hanya sahabat. Sahabat untuk selamanya."

"Apa salahnya dicoba. Mereka masih sepasang kekasih, bukan suami istri, jadi kau masih memiliki hak untuk mengungkapkan isi hatimu yang sesungguhnya!"

Eliz menghela napasnya dan menjelaskan bahwa ia tak mau merusak hubungan orang lain meskipun mereka belum terikat hubungan yang sah. Sampai kapanpun Eliz memilih memendam perasaannya dibandingkan hubungan persahabatannya dengan Richard hancur.

"Mama hanya bisa mendukung semua keputusanmu Liz. Yang penting jangan melakukan hal-hal diluar batas. Tau kan maksud mama?"

"Eliz tau Ma. Perasaan kalut ini aku yakin hanya untuk sekarang saja. Seiring berjalannya waktu aku pasti akan kembali seperti sedia kala. Aku hanya butuh waktu beberapa saat saja."

Wati percaya itu. Ia pun kembali memberi saran untuk menguatkan hati Eliz. Kemudian ia meninggalkan anaknya itu di dalam kamarnya.

"Seharusnya aku memang tidak boleh kalut seperti ini." Haaaaahhhh, ia rentangkan kedua tangannya diiringi tarikan napas dalam yang bisa membuatnya tenang.

Niatnya untuk ke rumah papanya sudah bulat. Setidaknya di sana ia nanti bisa bernapas tenang dan mencari suasana baru. Desa tempat ayahnya tinggal cukup luas dan sejuk. Sekitarnya banyak persawahan serta kebun-kebun tetangga yang asri. Suasana yang tepat untuknya saat ini.

**

"Kau mau keluar dari sini?" Rahma terkejut.

"Iya. Aku ada urusan ke rumah papaku di kampung."

"Papamu kenapa memangnya?"

"Tidak apa-apa. Hanya saja aku lama tidak bertemu dengan papa. Aku akan tinggal di rumahnya beberapa waktu."

"Lalu aku bagaimana?" Rahma memeluk Eliz sampai ia tak menyadari Eliz kesulitan bernapas.

"Singkirkan tanganmu, kau membuatku tidak bernapas!"

Rahma terkikik melihat Eliz merajuk.

"Masih ada banyak karyawan di sini yang menemanimu. Kalau suatu saat aku kembali, aku pasti akan menemuimu."

"Huft, baiklah. Kapan kau akan keluar dari sini?"

"Masih beberapa hari lagi, ada beberapa hal yang harus aku urus."

"Syukurlah, aku pikir besok atau lusa. Lalu kak Icad, apa dia tau kau akan keluar dari supermarket ini?"

Eliz terdiam. Ia belum memikirkan alasan apa yang akan ia katakan pada Icad tentang kepergiannya nanti.

"Aku belum bilang padanya."

Diam-diam Rahma menduga alasan terbesar Eliz keluar dari supermarket dan meninggalkan kota ini tak lain dan tak bukan adalah Richard.

"Kalau kau ingin aku tidak mengatakan kemana kau pergi pada kak Icad, aku janji tak akan mengatakannya!"

Eliz berbalik dan tersenyum diiringi anggukan setuju. Tidak ada lagi yang perlu Eliz jelaskan perihal hubungannya dengan Richard pada Rahma. Ia cukup pintar untuk menebak sendiri perasaan Eliz terhadap sahabatnya itu.

"Kalian membicarakan apa?" Richard melipat dua tangannya di atas meja seraya menatap tajam dua wanita yang berdiri tepat di hadapannya.

Eliz dan Rahma sangat terkejut dengan kedatangan Richard yang tiba-tiba.

"Kenapa kalian terkejut? Katakan, rahasia apa yang kalian sembunyikan dariku, hemm?" tanyanya lagi.

"Sejak kapan kau datang, Icad?" tanya Eliz.

"Baru saja. Aku lihat kalian serius bicara sampai tak sadar ada manusia tampan berdiri di dekat kalian!"

"Kau benar. Kami memang sedang bicara yang sangat serius. Membicarakan seorang pria tampan yang tidak peka!" sindir Rahma. Wajahnya terlihat ketus tak seperti biasa.

Dengan gerakan cepat Eliz menyodok rusuk Rahma membuat wanita itu memekik kesakitan. Ia pun melotot memberi isyarat untuk tak mengatakan apapun pada Richard.

"Kalian ini kenapa?" Richard menangkap gelagat aneh dari keduanya.

"Abaikan Rahma. Aku sudah selesai kerja, apa kau mau pulang?" Eliz meraih tas selempang nya lalu mengalungkannya ke badan.

"Aku ke sini memang untuk mengajakmu pulang bersama. Ayo kita cari makan malam di resto terdekat!"

"Hemm, ok." Jawab Eliz.

"Lalu kekasihmu?" seloroh Rahma.

"Kekasihku?" Richard melirik ke arah Eliz, mengira wanita itu menceritakan tentang hubungannya dengan Lusi kepada Rahma.

"Aku melihat fotomu dan gadis manja itu di sosial media. Kalian sepertinya tidak terlalu pantas jadi kekasih. Dari segi wajah kalian berdua itu berbeda. Tapi wajahmu malah mirip dengan Eliz-"

"Rahma!" Eliz memperingatkan.

"Aku bicara fakta, Liz. Kak Icad memang mirip kok sama kamu, bukan sama wanita itu!" katanya lagi dengan nada sewot.

"Kau cemburu? Katakan saja!" Richard tertawa.

Gegas Eliz mengajak Richard keluar supermarket sebelum Rahma kebablasan mengatakan yang seharusnya tidak dia katakan.

*

"Temanmu lucu sekali," sambil mengingat-ingat wajah Rahma yang ketus tadi. "Apa dia cemburu?"

"Mungkin," jawabnya setengah mengkambing hitamkan Rahma. Padahal dia yang cemburu, bukan Rahma. 'Maafkan aku Rahma.'

"Haha, aku memang tampan. Aku bisa membuat siapa saja yang dekat denganku cemburu hanya karena melihatku dengan Lusi."

"Ya ya ya, kau tidak salah. Kau suka membuat cemburu banyak wanita!"

"Apalagi kalau aku menikah dengan Lusi nanti. Pasti banyak wanita yang tak terima dengan keputusanku itu."

"Ya, itu juga benar!" Eliz mengangguk.

"Dan hanya satu orang yang tak akan cemburu!" Richard melemparkan tatapannya pada Eliz.

"Siapa dia?"

"Kau!"

Sesaat Eliz terdiam, lalu tersenyum kecut membenarkan ucapan itu.

"Apa yang perlu dicemburukan dari pria sepertimu. Penakut pada wanita, sekali jatuh cinta langsung lupa dengan segalanya. Payah!" cibir nya menolak hatinya yang meronta kesakitan.

'Kau salah besar, Icad. Aku yang paling tersiksa karena cemburu melihat kau dan Lusi.' Terusnya dalam hati.

Richard membelokkan mobilnya di sebuah restoran korea, salah satu tempat favorit mereka selain restoran indonesia.

"Kita manggang-manggang ya?!" ajak Richard.

"No. Makanan yang lebih cepat sajiannya saja ya, Cad."

"Kenapa harus makan makanan yang cepat dihidangkan? Aku ingin menikmati kebersamaan kita setelah beberapa hari kita tidak bertemu!" protes Richard.

"Ini sudah malam Icad."

"Alasan macam apa itu? Bilang sama mama Wati kau bersamaku, dia pasti tak akan protes!" Richard mengabaikan Eliz yang terus berguman tak jelas. Ia membuka pintu dan berjalan lebih dulu ke arah resto.

"Kelamaan bersamamu aku bisa sesak napas, Cad!" keluh Eliz.

**

Beberapa bahan makanan mentah dipesan oleh Richard untuk menikmati kebersamaannya dengan Eliz malam ini. Ada potongan daging mentah, jamur, kerang dan aneka seafood lainnya ada di atas meja mereka. Richard terlihat sangat antusias, berbeda dengan Eliz yang hanya sibuk memandang Richard lalu mengalihkan pandangannya lagi saat Richard menangkap basah dirinya.

"Ayo, panggangkan makanan untukku!" ucap Richard.

"Kau bisa melakukannya sendiri." Tolak Eliz.

Dengan sumpit di tangan. Eliz mulai memanggang daging kesukaannya.

"Suapkan itu untukku!" Titah Richard.

"Tidak. Aku sudah susah payah memanggang ini untukku sendiri-"

Richard tak mau tahu, ia merebut daging itu dan memasukkannya ke dalam mulut dengan bantuan sumpit Eliz.

"Icad, kenapa hari ini kau manja sekali?!"

"Biarkan saja. Aku ingin selalu menikmati kebersamaan kita dengan cara-cara seperti ini, sebelum pasangan kita mencegah kita melakukan ini." Katanya dengan santai dibumbui tawa, tanpa sadar bahwa apa yang dia katakan menyakiti hati Eliz.

Terpopuler

Comments

Women-Stars🍁 Al-Zha

Women-Stars🍁 Al-Zha

next author

2023-01-12

0

Hielmeera🍒⃞⃟🦅

Hielmeera🍒⃞⃟🦅

malah mamahnya yg sibuk nyuru anaknya pacaran

2023-01-11

1

who are you?

who are you?

capcuss

2023-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!