"Hah, ini tidak mungkin. Siapa wanita ini?" kedua mata Rahma membelalak memandangi foto yang dia dilihat di akun istagram milik Richard.
"Apa sih, Ma. Berisik tau tidak. Diamlah dan biarkan aku menghitung uang hasil hari ini," protes Eliz sambil terus menghitung lembar demi lembar uang seratus ribuan.
"Ini tidak mungkin, Liz."
"Apanya yang tidak mungkin?"
Buru-buru Rahma mendekatkan ponselnya di depan wajah Eliz. Wanita itu melirik ke ponsel tersebut dan mendapati foto Richard dan Lusi yang sedang berselfi dengan latar belakang pantai.
"Ini kak Richard kan? Ini dia foto sama siapa? Kekasihnya?"
Eliz tertegun selama beberapa saat sebelum akhirnya ia mengangguk membenarkan dugaan Eliz. Dan lagi ... hati Eliz kembali sesak tak karuan rasanya.
Sejak kepulangan Lusi dari rumah sakit, Richard jarang sekali menemui dirinya. Sesekali Richard mengirim pesan padanya itupun satu dua kali ia lakukan meski setiap hari tak pernah absen.
Katanya, dia menemani Lusi, mengantarkan pulang Lusi, menjemput Lusi dan berangkat kerja bareng Lusi. Semua untuk Lusi, Lusi dan Lusi. Eliz tersingkirkan sejak Richard mengenal Lusi. Dan seharusnya Eliz menyadari dari awal jika keadaan seperti itu lambat laun akan datang kepadanya.
Dan yang lebih membuat Eliz sedih, Richard sudah mengenalkan Lusi kepada papa dan mamanya. Dan katanya dalam pesan singkat, Richard akan melamar Lusi setelah kepulangan orang tua Lusi dari luar negeri.
"Lalu kau bagaimana, Liz?" tanya Rahma dengan nada suara iba.
"Bagaimana apanya. Aku biasa saja." Elaknya sambil kembali menyibukkan diri dengan uang di kotak kasir.
Rahma menaruh ponselnya, lalu menarik bahu Eliz hingga mereka berhadapan.
"Kalau biasa saja, kenapa ada air mata di bawah matamu?" Rahma usap air mata itu dengan sapu tangan yang barusan ia sambar dari atas meja.
"Hanya kelelahan karena menghitung uang sebanyak ini." Jawab Eliz berbohong. Yang sebenarnya ia sedih dan entah sejak kapan air mata itu merembes tanpa izin keluar dari matanya.
"Apa yang membuatmu berpikir aku percaya dengan ucapanmu?" Rahma dan Eliz saling memandang. Rahma menelisik jauh ke dalam bola mata Eliz hingga ia menemukan jawaban yang sebenarnya dari sana. "Kau cemburu kan melihat foto kak Icad dengan wanita itu?"
"Jangan mengada-ngada, aku baik-baik saja-"
"Tidak," pungkas Rahma. "Kau tidak sedang dalam keadaan baik. Hatimu sakit, kau menahan sakit yang luar biasa. Kau suka kak Icad kan, Liz?"
"Jangan menyebar fitnah-"
"Itu kenyataan, bukan fitnah!"
"Lalu kau mau apa? Apa urusanmu tentang yang aku rasakan sekarang hah?!" Eliz membanting uang yang dia pegang lalu meninggalkan meja kasir untuk pergi ke arah belakang.
"Kalau tidak apa-apa, kenapa marah?" dengan sikap Eliz yang demikian membuat Rahma semakin yakin bahwa ia menyukai Richard sementara Richard tak mengetahui perasaan Eliz yang sesungguhnya.
Cukup lama Eliz berada di toilet hingga pekerjaan Eliz di kasir digantikan oleh Rahma. Selesai menghitung uang hasil penjualan hari ini, Rahma memasukkan uang itu ke dalam amplop.
Eliz kembali dengan wajah basah dengan air.
"Maaf Rahma, aku tadi membentakmu!" katanya menyesali perbuatannya.
"Tidak apa-apa." Rahma tersenyum dan mengusap beberapa kali bahu Eliz.
Ia tak berani lagi mengungkit nama Richard karena sepertinya Eliz tak ingin membicarakan sahabatnya itu lagi.
Malam itu, Eliz kembali pulang sendiri selesai bekerja. Sesuatu yang akhir-akhir ini menjadi kebiasannya. Biasanya Richard selalu ada di malam seperti ini, tapi sekarang semua jauh berbeda.
"Mana Richard? Panggil dia dulu, mama mau titip ini untuk ibunya!" Wati mengangkat sebuah rantang yang berisi makanan untuk ibu Richard.
"Aku pulang sendiri. Richard sedang ada urusan."
"Ah sayang sekali. Padahal ini semur jengkol kesukaan mamanya Icad. Kebetulan baru matang." Wati nampak kecewa. "Tapi akhir-akhir ini kau sering pulang sendiri, Liz. Richard sibuk sekali ya?"
"I-iya Ma, Richard sibuk. Eliz masuk ke dalam dulu ya Ma."
"Iya. Jangan lupa makan."
Wati memandang putrinya yang berjalan menaiki anak tangga menuju ke lantai dua kamarnya.
"Ya sudah, aku antar sendiri aja ke rumah Rita."
Wati memutuskan mengantarkan semur itu sendiri ke rumah Rita, mamanya Richard. Saat ia membukan gerbang rumah, kebetulan sekali mobil Richard berhenti di depan rumahnya. Pemuda itu keluar, lalu disusul oleh seorang wanita berambut panjang yang baru pertama kali dilihat oleh Wati. Wanita itu melingkarkan tangannya ke lengan Richard, dan mereka tertawa bersama.
"Kita masuk dulu, mama pasti senang melihatmu membawakan oleh-oleh untuknya!"
Wati pun mengurungkan niatnya untuk datang ke rumah orang tua Richard.
"Apa itu tadi kekasihnya Richard. Kenapa Eliz tidak pernah cerita?" Wati mengedikkan bahu, namun pikirannya terus bertanya-tanya tentang hubungan Richard dengan wanita itu.
Daripada penasaran, ia pun melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana kamar Eliz berada.
Pintu kamar Eliz tak tertutup sempurna sehingga Wati mengintip ke dalam lebih dulu.
Dengan jelas Wati melihat Eliz sedang duduk termenung di tepi ranjangnya tanpa bergerak sama sekali.
Langkah Wati sudah hampir masuk ke dalam saat Eliz tertunduk dan menangis hingga terisak.
'Eliz,' gumam Wati. Ia tak mengerti kenapa tiba-tiba Eliz menangis hingga terisak. Ia hendak masuk tapi ia urungkan niatnya dan memilih mendengar apa yang saat ini Eliz gumamkan di tengah isaknya.
"Kenapa sesakit ini? Ada apa? Setiap aku melihat kalian berdua, kenapa air mata ini keluar," Eliz semakin menangis menahan dadanya yang sesak.
"Eliz?"
Cepat-cepat Eliz mengusap air matanya dan mencoba mengulas senyum di bibirnya.
"Ma. Aku mau mandi-"
"Apa alasanmu menangis sampai terisak seperti itu?"
"Itu-"
"Apa yang kau maksud kalian berdua itu Richard dan ... wanita yang saat ini bersamanya?"
Eliz terkejut. "Mama tau darimana?"
"Barusan mama lihat Richard dan wanita berambut panjang masuk ke rumahnya Richard. Apa dia kekasihnya Icad?"
"Emmm-"
"Kau cemburu melihat kedekatan mereka berdua?"
Eliz mendongak seketika.
Wati mengambil tempat di sisi Eliz. Ia menyingkirkan beberapa helai rambut Eliz yang berantakan di wajah. "Katakan saja sama mama sejujur-jujurnya, Liz. Kau cinta sama Icad?"
"Mama," air mata Eliz kembali meleleh tak tertahankan. Sikap putrinya itu cukup membuat Wati tahu apa yang dirasakan putrinya sekarang.
Ia meraih tubuh Eliz dan memeluknya erat, mencoba memberikan sandaran terbaik untuk kesedihan sang putri.
"Sudah mama duga. Pasti salah satu dari kalian menaruh hati. Tapi mama tak menduga jika putri mama yang menaruh hatinya pada sahabatnya sendiri."
Eliz semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh Wati.
"Mama tidak akan bertanya kapan kau mulai cinta sama Icad. Yang ingin mama katakan, kalian berdua akan memiliki kehidupan masing-masing. Dan sekarang sepertinya Richard sudah memulai kehidupannya dan memilih wanita itu sebagai tambatan hatinya, Nak. Lepaskan dia, jadikan dia tetap sahabatmu, dan jangan sampai hubungan kalian renggang hanya karena perasaan bertepuk sebelah tangan yang kau rasakan itu!"
Eliz mengangguk. Ia mgnusap air mata dan memandang mamanya dengan nanar.
"Apa yang bisa mama lakukan untukmu, Nak?" Wati mengusap wajah basah putrinya kembali.
"Apa boleh aku pergi menemui papa? Aku ingin menyendiri dulu, Ma."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
⭕ BluJoker
Author yg berpengalaman... itu yg bisa aku katakan. Aku harap editor memiliki pendapat yg sama denganku dan berkenan mengangkat karya ini ke halaman promosi. Karya ini ditulis dengan gaya bahasa ringan dan sederhana sehingga mudah dipahami juga alur ceritanya sesuai, mengalir sehingga membacanya pun tidak terasa jenuh. Keren, Author KChris 👍🎉
2023-01-18
5
Elp Rida
peka dikit Napa sih icad, kasihan tu eliznya 😭😭😭😭😭😭
2023-01-12
3
rinasti
Ibu selalu yang terbaik
2023-01-12
1