Hari Minggu

Hari ini hari Minggu, hari liburnya Azkia. Ia sudah berencana membeli barang baru yang ingin Ibu beli. Setrikaan baru. Ibu sudah mengeluh akhir-akhir ini karena setrikaannya kurang panas. Azkia mengiyakan dan berusaha menyenangkan orangtuanya.

Azkia, Seruni dan Ibu sudah siap menuju departemen store untuk membeli beberapa kebutuhan yang sudah tidak layak pakai.

"Kita pergi beli apa yang dibutuhkan ya. Kamu juga Seruni. Kamu butuh apa, kamu boleh beli." kata Azkia menyetir mobilnya.

"Iya, Kak. Nanti Runi beli yang perlu-perlu aja." jawab Seruni tidak mau membebani kakaknya.

Semenjak bekerja dan Ayah meninggal, Azkia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya. Semenjak bekerja Azkia membelikan kebutuhan keluarganya yang selama ini tidak bisa dibeli karena sulitnya ekonomi pada saat itu.

****

Azkia memasuki departement store bersama Seruni dan Ibu. Seruni dan Ibu berjalan bersama sedangkan Azkia ingin melihat barang lain. Ibu mengangguk dan langsung menuju peralatan elektronik.

Azkia menuju bagian pakaian. Ia melihat pakaian orang dewasa dan anak kecil.

Terkadang, Azkia merindukan buah hatinya yang telah di titipkan keluarganya di desa. Ia ingin tahu bagaimana keadaannya dan wajahnya saat ini. Tapi Bapak melarangnya karena demi kebaikan Azkia sendiri.

Azkia menyentuh baju anak remaja usia 12-13 tahun. Anaknya pasti sudah besar. Apakah dia hidup dengan baik? Apakah dia sehat? Bagaimana dengan makannya?

Azkia tidak berhenti memikirkannya, ketika memikirkannya, ia merasa sesak. Belum pernah sekalipun ia bertemu dengan anaknya sejak melahirkan saat itu.

"Baju itu bagus." kata seorang pria yang memperhatikan Azkia memilih baju anak usia remaja.

"Oh ya, benarkah?"

Tapi tunggu dulu, kenapa suaranya terdengar seperti....

"Pak Kevin?" Azkia terkejut melihat bos nya berdiri tepat di belakangnya. Azkia melepas baju yang dipegangnya sejak tadi.

"Oh kamu... yang di kantor kan?" tanya Kevin yang ternyata tidak terlalu kenal dengan Azkia.

"Iya saya Azkia, Pak."

"Oh iya, iya. Kamu sedang pilih baju?" tanya Kevin memperhatikan baju yang Azkia sentuh.

"Apakah untuk adikmu?"

Azkia tertawa renyah dan mencoba mengalihkan pembicaraannya.

"Tidak, Pak. Saya cuma lewat dan lihat baju ini terlihat bagus. Adik saya sudah besar kok, Pak."

Kevin mengangguk dan mengiyakan perkataan Azkia.

"Bapak sendiri, sedang apa?"

Kevin menunjukkan barang yang dibelinya yang sudah ada di dalam keranjang.

"Saya beli ini untuk kebutuhan dirumah. Saya tidak tahu harus beli apa lagi untuk makanan sehari-hari." jawab Kevin terlihat polos.

Azkia tertawa kecil melihat Kevin seperti orang bingung ketika berbelanja.

"Saya temani saja yuk, Pak, untuk beli barang kebutuhan Bapak." kata Azkia menawarkan diri. Karena yang Azkia lihat, Kevin hanya membeli beberapa macam saus sambal dan tomat.

"Kamu bisa temani saya?"

"Bisa, Pak. Bisa. Ayo saya temani."

Azkia mengeluarkan hape dan segera memberitahu Seruni bahwa ia menemani temannya berbelanja di bagian makanan, sedangkan Seruni dan Ibu boleh melihat - lihat lebih lama lagi di bagian elektronik.

Azkia menuju bagian pasta dan saus pasta. Ia mengambil spageti dan makaroni jika Kevin tidak begitu terlalu mengkonsumsi nasi. Ia juga membelikan saus siap saji untuk pasta dan juga keju.

Sambil bertanya apa yang menjadi kesukaan Kevin, Azkia juga menuju bagian susu untuk sarapan pagi jika ia tidak sempat memasak sesuatu dan juga buah.

Mereka berbincang ringan sambil menuju bagian daging.

"Saya suka sekali daging apalagi kalau dibuat dengan lada hitam. Pasti akan terasa enak sekali." kata Azkia memilih beberapa daging untuk stok kulkas Kevin.

"Oh ya, Bapak bisa masak kan?"

"Hm... sebenarnya..." Kevin semakin memasang wajah kebingungannya ketika ditanya menu bumbu masak apa yang enak untuk dimakan.

"Saya hanya tahu makan saja dan tidak tahu memasak..."

Kemudian Azkia melihat keranjang belanjaannya sudah penuh dengan sayur, buah dan bahan lain. Azkia sampai lupa apakah Kevin bisa memasak atau tidak. Azkia hanya tersenyum menertawai kebodohannya kali ini.

****

Azkia memasukkan belanjaan Kevin ke mobilnya.

"Saya akan membuat masakan untuk Bapak. Dan saya akan kirimkan masakan nanti ke rumah Bapak." kata Azkia setelah selesai memasukkan bahan makanan ke dalam mobil.

"Kamu yakin? Apakah tidak merepotkan?"

"Saya yakin, Pak. Yang saya tidak yakin adalah apakah masakan Indonesia cocok dengan lidah Inggris atau tidak. Itu saja." jawab Azkia sambil berpikir kembali.

"Kalau masakannya masih bertema masakan barat, mungkin saya masih cocok." jawab Kevin tersenyum pada Azkia.

"Saya usahakan semoga bisa cocok pada Bapak."

"Saya ucapkan terima kasih, ya, Azkia." kata Kevin kemudian pamit meninggalkan Azkia.

Azkia segera menyusul Seruni dan Ibu yang masih asyik melihat barang-barang elektronik.

"Ibu, apa sudah selesai? Jadi beli yang mana?" tanya Azkia melihat Ibunya yang tertarik dengan blender merk baru.

"Ibu cuma mau beli setrika saja kok." jawab Ibu dan Runi pun terlihat sedang memegangi catokan rambut.

"Memang blender di rumah sudah rusak, Bu?" tanya Azkia.

"Tidak, Ibu hanya melihat saja kok." Ibu memegangi tangan Azkia dan menariknya agar segera menuju kasir.

"Runi, Runi, kalau sudah, ayo pulang." panggil Ibu dan Azkia masih metasa ada yang disembunyikan Ibu. Seruni pun langsung menaruh catokan rambut yang ia pegang tadi.

Saat di kasir, Azkia bertanya lagi pada Ibu sebelum membayarnya.

"Apa Ibu yakin tidak mau membeli blender itu?"

Ibu diam saja dan tidak menjawab. Ia kemudian bertanya pada Seruni.

"Runi, apakah blender di rumah rusak?"

Seruni melihat Ibu sebelum menjawabnya dan Ibu pun mengisyaratkan agar menjawab tidak. Azkia jadi gemas sendiri tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

"Mbak. Tambah blender itu sama catokan yang disana." kata Azkia pada kasir yang kemudian disambut baik oleh si Mbak Kasir.

****

Sekarang entah mengapa Azkia jadi mengomel sendiri di dalam mobil karena Seruni dan Ibu menahan keinginannya untuk membeli sesuatu.

"Kenapa sih Ibu dan Runi? Kalau mau membeli sesuatu, Kia sudah katakan, beli saja, Bu. Kalau memang sudah rusak ya beli, masa iya Ibu mau pakai blender yang sudah rusak?" kata Azkia gemas sekali karena Ibunya selalu mengkhawatirkan kondisi keuangan Azkia.

"Bukan begitu, Ki. Ibu hanya khawatir kamu tidak punya tabungan nanti kalau beli ini dan itu." jawab Ibu.

"Bu, Kia kerja kan buat Ibu sama Runi. Masa iya Kia perhitungan sama keluarga sendiri Bu." jawab Azkia.

Tetapi Ibu mencium aroma lain dari dalam mobil itu.

"Bau apa ini, Kia?"

"Bau apa, Bu?"

"Seperti bau..." Ibu kemudian menoleh ke belakang mobil dan banyak sekali plastik berisi bahan makanan di dalam.

"Kamu belanja makanan juga?" kata Ibu yang kini gantian mengomel.

"Ibu kan sudah bilang kalau belanja makanan itu di pasar, jangan di supermarket. Ngapain mahal - mahal nggak bisa nawar lagi."

"Itu bukan punya Kia, Bu." jawab Azkiq yang kini berubah menjadi anak yang patuh.

"Terus punya siapa?"

"Punya bos , Kia. Tadi ketemu dia minta ditemani belanja bahan makanan juga di samping departement store. Tapi ternyata dia nggak bisa masak jadi Kia masakin deh."

jawab Azkia.

"Memang kamu sempat masak? Kamu sibuk begitu mana sempat kamu masak."

Azkia hanya tertawa lebar mendengar omelan Ibunya yang tidak berhenti mengomelinya. Terkadang Azkia memang merindukan saat-saat seperti ini.

Terpopuler

Comments

suharwati jeni

suharwati jeni

rindu koq diomelin

2023-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!