Serpihan Luka Azkia
Azkia Kirana, dikenal dengan keterampilannya dalam berbicara saat persentasi di depan klien. Mempunyai tubuh yang indah, paras wajah yang cantik, otak yang pintar membuat banyak lelaki terpikat dengannya. Azkia selalu tampil sempurna di depan klien sehingga klien selalu menyetujui proposal yang Azkia persentasikan. Dengan kata lain, Azkia merupakan tombak untuk perusahaannya.
Azkia juga terkenal supel dan ramah. Banyak sekali yang ingin mengajaknya makan siang, tapi karena ada janji dengan klien, Azkia terpaksa menolaknya. Siapa yang tidak senang dengan Azkia? Jika diajak bicara mengenai pekerjaan selalu nyambung. Diajak gosip mengenai karyawan di perusahaan sebelah, selalu update, terutama kalau diajak gibah tentang pemilik perusahaan yang gantengnya setengah mati. Kevin Lincoln. Iya. Lelaki ganteng yang merupakan bos mereka itu turunan Indonesia-Inggris. Jadi siapa yang tidak bisa melihat ketampanannya dalam radius satu kilometer?
Kevin melewati karyawannya yang sedang mengobrol di jam istirahat. Ia melemparkan senyum tapi langsung memasuki ruangannya.
"Oh ya ampun! Apa kalian lihat senyumnya manis sekali?" kata seorang rekan Azkia yang langsung luluh dengan senyuman Kevin.
"Jangan begitu, Mia. Siapa yang tidak tahu kalau dia tampan? Tapi yang bikin aku penasaran, dia sudah punya pacar atau belum?" Joana menimpalinya dengan ekspresi sedih. Berharap kalau Kevin masih berstatus single.
"Apa kalian nggak punya bahasan lain ya selain ngomongin orang?" tanya Azkia menyeruput kopinya.
"Pak Kevin itu adalah bahasan paling sempurna." ujar Mia dengan dramatis. Azkia hanya menggelengkan kepalanya dan segera bergegas dari tempat duduknya.
"Az, kamu mau kemana? Kita kan belum selesai gibahnya." Joana menahan tangan Azkia untuk bangkit dari obrolan siangnya.
"Kerja yuk. Aku masih punya deadline nih!" Azkia tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ya ampun, Az. Kamu benar-benar sudah dibudakin sama duit ya. Pikiranmu kerja, kerja dan kerja." Joana masih tidak percaya bahwa Azkia benar-benar meninggalkannya dan mereka sangat berat untuk bangkit dari duduknya dan masih ingin untuk bergosip.
***
Azkia menyiapkan laporan hasil persentasi yang akan ia laporkan ke atasannya, Pak Marco. Selama ini ia selalu menganalisis hasil persentasi Azkia dan ia pula yang akan mempertimbangkan untuk rencana kedepannya. Tapi kali ini Marco terlihat sangat sibuk dengan telponnya. Azkia mengetuk dan hanya suara Marco-lah yang sangat bising karena telpon yang ia jawab.
"Azkia. Tolong kamu berikan hasil persentasi ini ke Pak Kevin dulu ya, dia ada di ruangannya." ujar Marco dengan terburu-buru.
"Maaf, Pak?" tanya Azkia bingung.
"Saya lagi menangani komplain. kamu ke Pak Kevin, serahkan hasil ini biar dia yang mutusin selanjutnya gimana." Marco kembali sibuk dengan telponnya. Azkia tidak bisa bicara apapun lagi. Ia segera menutup pintu ruangan Marco.
Azkia menghela napas. Ia mengipas-ngipas wajahnya yang tidak terasa panas. Ia merasa sangat grogi kalau harus menyerahkan hasil persentasi ini ke Kevin. Azkia melangkahkan kakinya yang tidak jauh dari ruangan Marco. Ia segera mengetuk pintu ruang kerja Kevin dengan pelan.
"Come in." jawab Kevin dari dalam ruangan setelah Azkia mengetuknya. Azkia agak sedikit gemetar ketika ia melangkahkan kakinya menghadapi Kevin.
"Hm.. Selamat siang, Pak." sapa Azkia.
Kevin berhenti memandang komputernya dan menoleh pada Azkia.
"Yes?"
"Pak Marco meminta saya untuk memberikan hasil persentasi saya kemarin kepada Pak Kevin." Azkia merasa sangat gugup sekarang. Azkia menyerahkan berkas yang sudah di ketik dengan rapi kepada Kevin.
"Saya biasa terima laporan dari Marco aja. Saya jadi bingung bagaimana kalau kamu yang menyerahkan laporan ini." jawab Kevin membaca berkas yang Azkia serahkan.
"Iya, Pak. Saya juga bingung." Azkia tersenyum ramah mencairkan suasana yang ada didepannya. Seketika ia merasa badannya tegang dan apa yang dibilang Mia dan Joana tentang bosnya ini, memang benar. Bahwa ketampanannya hakiki.
"Yaudah. Kamu tinggalin dulu disini. Nanti biar saya bicara sama Marco. Thank you ya." kata Kevin.
Azkia pamit meninggalkan ruangannya. Dadanya berdegup kencang dan terasa ingin pingsan di tempat. Wajah Azkia merona merah dan ia tersenyum. Azkia kembali lagi ke meja kerjanya dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum selesai.
***
"Kamu tadi ke ruangan Pak Kevin ya?" tanya Mia begitu pulang kerja. Ia merangkul lengan Azkia dan tersenyum menggoda.
"Aku hanya menyerahkan berkas aja kok." jawab Azkia apa adanya.
"Tapi kan kamu biasanya ke Pak Marco bukan ke Pak Kevin." timpal Joana sambil memencet tombol lift.
"Ya pokoknya soal pekerjaan."
Tidak lama lift terbuka dan mereka memasuki ruang lift. Mia dan Joana tidak ada hentinya membicarakan bosnya yang tampan. Sedangkan Azkia hanya tertawa melihat rekan kerjanya dibutakan oleh ketampanan bosnya.
Setelah keluar dari lift, Azkia melihat sosok lelaki yang selama ini tidak pernah dijumpainya. Sesosok lelaki yang tidak asing bagi Azkia. Azkia mengikuti bayangan itu sejenak. Namun Mia dan Joana membuyarkan pikiran Azkia saat ini.
"Ayo, Az. Kamu lihat apa sih? Ayo pulang!" seru Joana menarik Azkia. Azkia tersadar lalu mengikuti Mia dan Joana.
"Iya maaf, ayo pulang." Azkia kembali bersama teman-temannya dan tidak mempedulikan bayangan itu lagi. Barangkali, Azkia salah melihat. Azkia kembali mendengarkan ocehan Mia dan Joana yang terdengar sangat merdu ketika membicarakan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
suharwati jeni
siapa bayangan itu?
lelaki masa lalu azkia kah ?
2023-05-04
0