Azkia merasa kecil berdiri di samping Kevin. Pasalnya, Kevin ini tegap, tinggi dan... astaga, wangi sekali. Azkia terus membatin dan bersumpah bahwa Mia dan Joana pastilah akan iri berat melihat Azkia berdiri berdampingan walau hanya di lift barang.
"Ehm. Bapak tahu ya ada lift barang disini?" tanya Azkia. Ia tidak ingin terlalu kaku kepada bosnya ini.
"Iya tahu. Marco yang beri tahu." jawab Kevin.
"Walaupun saya belum terlalu lama disini, tapi saya dengar dari Marco, kamu cukup kompeten. Saya harus berterima kasih. Karena kamu, perusahaan ini berjalan dengan baik." kata Kevin sambil melirik sesekali pada Azkia.
Azkia tersenyum malu.
"Iya Pak, sama-sama. Saya hanya menjalani pekerjaan saya."
Pintu lift terbuka. Merekapun keluar.
"Dari tender yang kemarin kamu datangi, ada dua yang menarik hati saya. Saya ingin melihat kedepannya. Prospek yang bagus. Tolong dianalisis dulu perusahaan tender itu biar saya bisa membandingkannya." kata Kevin.
"Baik, Pak. Akan saya kerjakan setelah sampai di kantor."
"Sementara kirim email dulu ke saya. Nanti kalau sudah fix, baru di print." kata Kevin lagi. Akhirnya mereka sampai di kantor, setelah absen finger print, Azkia mempersilakan Kevin masuk terlebih dulu karena Kevin adalah atasannya.
Azkia tidak suka dengan keadaan ini. Ia hanya malas ketika ia masuk ke ruang kantor nanti, rekan kerjanya akan mulai bergosip lagi. Benar saja, setelah Azkia masuk ke kantor, sudah ada Mia dan Joana yang siap menggibahi atasannya.
"Kamu dateng bareng Pak Kevin?" tanya Mia berbisik tetapi histeris.
"Wah, gila. Kamu kan paling nggak mau gosipin doi. Eh ternyata diem-diem..." Joana tidak percaya bahwa Azkia juga tertarik pada lelaki selain tertarik pada pekerjaan.
"Kalian apa sih. Aku cuma ketemu di depan. Selebihnya ngomong kerjaan kok. Nggak ada aku main dibelakang itu nggak ada." kata Azkia menuju meja kerjanya dan menaruh tasnya.
"Tapi kok nggak ketemu di lift? Aku juga baru dateng." kata Mia.
"Tadi lift penumpang penuh. Jadi aku naik lift barang." Azkia berkata cuek tidak memperhatikan raut wajah sahabatnya yang terlihat bingung. Ia menyalakan komputernya.
"Apa? Naik lift barang berdua?" Joana hampir saja melengkingkan suaranya.
Merasa salah bicara, Azkia meralat ucapannya.
"Nggak berdua kok. Ada OB. Tenang aja kenapa sih?"
"Awas aja kamu nusuk kita dari belakang." jawab Mia menyilangkan tangannya di dada.
"Bicara apa sih, udah sana ke tempat duduk. Lagian kamu kan fangirl idol Kpop. Kok bisa tertarik macem Pak Kevin?" tanya Azkia bingung dan mulai kesal dicurigai macam-macam.
"Aaazzz.. idol kpop itu jauh. Aku cuma bisa liat di tv youtube, instagram atau twitter. Tapi kalo Pak Kevin, itu kan nyata di depan mata. Ketampanannya bisa aku nikmati setiap hari." jawab Mia mendramatisir.
"Berisik, berisik. Sana kerja!" Azkia mulai risih jika Mia dan Joana datang ke meja kerjanya hanya untuk gibah. Lebih baik ia tetap kerja dan mencari bahan untuk dikirimkan ke Kevin. Hari ini Azkia ingin menyibukkan diri agar ia tidak teringat lagi pada Nicolas.
***
Nicolas merupakan anak laki-laki yang cukup tampan di sekolahnya. Banyak anak perempuan yang berlomba-lomba untuk memenangkan hati Nicolas. Tapi, Nicolas hanya terpikat oleh kecantikan Azkia. Azkia adalah adik kelas Nicolas yang ceria dan ramah. Itulah mengapa Nicolas menyukainya.
Azkiapun sama. Ia menyukai Nicolas. Banyak yang bilang, Azkia beruntung sekali bisa mendapatkan kakak kelas dan nggak perlu takut lagi kalau ada yang bully Azkia di sekolah. Pasti Nicolas datang dan membelanya.
Nicolas dan Azkia termasuk pasangan populer. Siapa yang nggak kenal sama Nicolas dan Azkia. Pasangan yang dianggap akan berpacaran lama dan tidak pernah putus.
Tapi siapa sangka, suatu hari sebelum hari wisuda kelulusannya, Azkia dan Nicolas bertengkar hebat. Sampai-sampai Azkia menangis sesenggukan. Azkiapun tidak ikut acara wisuda sekolahnya. Teman-teman mencari dimana keberadaan Azkia. Tetapi sama sekali tidak ada yang bisa menemukannya. Bahkan salah satu temannya, mencari ke rumah Azkia.
Tidak ada satupun orang dirumah Azkia. Semua terlihat kosong. Desas-desus mulai berdatangan di sekolah Azkia. Mereka mengaitkannya dengan Nicolas. Mereka hanya berasumsi bahwa Azkia dan Nicolas putus. Tapi entah apa masalahnya.
***
13 tahun yang lalu...
Azkia terlihat gemetar. Ia merasa ketakutan. Baru kali ini ia mengalaminya. Kini ia berada di sebuah pedesaan yang cukup jauh dari perkotaan. Ayah, Ibu, Azkia dan Seruni, pindah dengan tergesa ke pedesaan yang ternyata merupakan kampun halaman Ayahnya.
"Gausah dipikirin lagi, Nak. Ada Ayah dan Ibu disini. Kamu nggak usah takut." kata Ayah menenangkan Azkia. Namun suara Ayahnya yang lembut semakin membuat Azkia merasa bersalah.
"Ayah, maafkan Azkia, Ayah. Azkia sudah menjadi beban untuk Ayah. Maafkan Azkia, Yah! Azkia benar-benar malu!" Azkia menangis memohon maaf pada Ayahnya.
"Nak. Makanya kamu Ayah bawa ke kampung Ayah. Biar kamu bisa menenangkan diri disini." Ayahnya mengusap rambut Azkia yang hitam. Azkia memeluk Ayahnya dan ia menangis dengan sangat menyesal.
"Azkia bersumpah akan menurut pada Ayah dan Ibu untuk menebus dosa-dosa Azkia, Ayah. Azkia nggak akan mengulanginya lagi. Azkia sumpah, Ayah." janji Azkia pada kedua orang tuanya.
"Lalu, Yah, bagaimana dengan kehamilan Azkia ini?"
Ayah terdiam. Ayah masih belum bisa memutuskan.
"Usia kandunganmu belum ada sebulan, Nak. Kalau kamu mau..." Ibu ragu-ragu mengucapkan kalimat selanjutnya.
"Jangan, Bu. Jangan. Saudara Ayah ada yang tidak bisa mempunyai anak kan? Biar Azkia lahirkan saja anak ini Bu. Dan memberikan pada saudara Ayah yang sudah dua puluh tahun tidak punya anak, Bu. Ayah, bagaimana?" Azkia berusaha membujuk Ayahnya agar sebisa mungkin tidak mengugurkan kandungannya.
"Kamu yakin, Nak, dengan keputusanmu?" tanya Ayah.
"Iya Ayah. Azkia ikhlas. Daripada membunuh, Ayah. Itu dosa."
"Tapi kamu kemungkinannya akan sangat kecil bertemu dengan anakmu nanti." tegas Ayah lagi meyakinkan Azkia.
"Iya, Ayah."
Kemudian suasana menjadi hening. Ayah, Ibu dan Azkia melewati masa masa sulit. Hanya Seruni yang diminta untuk bungkam dan tidak menceritakan lada siapapun.
Kehamilan Azkia sehat. Ia memakan makanan bergizi yang Ibu masakkan untuknya. Dan juga ia mengecek kondisinya ke bidan secara rutin. Vitamin untuk penambah darah, asam folat dan kalsium secara rutin Azkia minum demi janinnya tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat.
Ia juga menyisihkan uang untuk membeli susu hamil agar kandungannya tetap sehat. Semakin lama semakin melewati hari, kandungan Azkia semakin besar. Ia semakin sulit bergerak dan berjalan. Tetapi Seruni dengan sigap membantu kakaknya yang kesulitan.
"Dek.. Tolong sendal kakak, Dek. Ini nggak muat, kaki kakak bengkak."
Seruni yang sejak kecil juga dilatih mandiri oleh Ibu sudah terbiasa menolong kakaknya yang sedang dalam kesulitan.
"Iya, Kak. Runi ambil dulu di belakang." Tidak lama, Seruni kembali dari halaman belakang dan memakaikan sendal untuk kakaknya.
"Kakak mau makan apa, Kak? Runi udah buat ayam goreng sama sayur sop "
"Ibu kemana, Dek?"
"Ibu kerumah sebelah dulu, Kak, bantu masak disana."
"Kakak mau sayur sop aja, Dek. Gausah banyak-banyak ya, sama tolong buatkan susu, Dek."
"Iya, Kak."
Seruni dengan sigap membantu kakaknya untuk makan dan minum susu. Azkia sudah terlihat sulit bergerak karena kehamilannya semakin dekat dengan waktu untuk lahirannya.
Seruni kembali dengan sayur sop dan susu untuk Azkia. Azkia menghirup kuah sayur sop dengan pelan, menikmati masakan Seruni yang memang terasa sedap.
"Kak." Seruni terlihat ragu untuk berbicara pada Azkia.
"Hm?" Azkia masih menikmati sayur sopnya tanpa menoleh ke arah Seruni.
"Kakak nggak mau nemuin Kak Nico lagi, Kak?"
Awalnya, Seruni takut Azkia akan marah dengan pertanyaannya. Tapi ternyata tidak. Azkia memang sudah lama berpikir apakah ia perlu menemui Nicolas lagi atau tidak.
"Buat apa, Dek? Kemarin sebelum kesini aja Kakak berantem sama dia. Kakak udah bilang yang sebenernya. Tapi memang orang bejat. Dia cuma mau enaknya aja."
Azkia kembali memakan wortel dan buncis dari mangkuknya.
"Runi rasa juga lebih baik disini. Kita jauh dari orang-orang yang kita kenal. Kakak juga nggak kena omongan macam-macam dari orang lain."
"Kakak nggak mikirin Nico lagi, Dek. Udah Kakak anggap itu masa lalu. Sekarang gimana caranya melahirkan anak ini dengan sehat. Makanya, Kakak bersyukur banget, kamu, Ibu , Ayah, bisa bantu dan support Kakak."
Seruni tersenyum melihat keteguhan hati Azkia. Memang pada mulanya, Azkia terlihat sangat rapuh. Tapi semakin lama, Azkia terlihat menjadi wanita yang kuat.
Seruni menyodorkan susu untuk Azkia. Azkia pun meletakkan mangkuk dan minum susu buatan Seruni.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments