Mimpi Buruk

Azkia menuju ke kamarnya saat sampai rumah. Ia menaruh tas nya dan membuka laci. Ia mencari-cari sesuatu di laci itu. Laci yang pertama ia mencarinya. Sesuatu yang terlupakan oleh Azkia pada saat itu. Setelah putus asa mencari di laci pertama, ia mulai mencari ke laci yang ke dua. Tidak ada juga. Azkia merasa lemas dan sangat frustasi. Ia memijat keningnya. Ia merasakan pusing.

Seketika, Ibu masuk dan membawakan segelas air untuk Azkia. Raut wajah gelisah Azkia membuat Ibu sangat khawatir.

"Ki, kenapa? Ada masalah?" tanya Ibu.

"Nggak, Bu. Nggak ada apa-apa." Azkia berusaha membuat Ibu tidak perlu khawatir dengan apa yang Azkia alami hari ini.

"Ini minum dulu. Kamu tadi langsung buru-buru ke kamar. Ibu kira ada apa." kata Ibu kemudian berjalan kembali ke ambang pintu.

Azkia menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia merasa pusing sekali semenjak bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang membuat hidupnya hampir hancur berantakan. Azkia memejamkan matanya. Ia lelah dan tidak ingin memikirkan apapun. Azkia sudah yakin, mimpi buruk itu tidak akan pernah datang lagi.

***

Esoknya, di kantor, Azkia agak terburu-buru menuju lift. Gedung kantor Azkia terdapat beberapa perusahaan lain, jadi Azkia harus buru-buru agar tidak terlalu lama berhenti di lantai yang lain.

Saat pintu lift mulai tertutup, ada seseorang yang menahan pintu liftnya. Seorang lelaki yang selama ini menjadi mimpi buruk untuk Azkia.

Azkia terkejut, ia berusaha menyembunyikan wajahnya dengan rambut dan buku yang ia pegang. Bagaimanapun ia tidak ingin menatap apalagi menyapa lelaki itu. Ia merasa gugup, tapi ia harus bisa mengendalikan dirinya.

Satu persatu orang-orang turun dari lift dan semakin lama semakin sedikit. Lelaki itu mengeluarkan hapenya dan sebentar lagi giliran Azkia yang akan turun dari lift. Tapi apa yang Azkia pikirkan, tidak semulus bayangannya.

"Tunggu, Mba." panggil lelaki itu. Azkia sudah keluar dari lift, tetapi lelaki itu mengikutinya.

"Ada yang jatuh." katanya sambil memberikan pulpen Azkia.

Tanpa menoleh, Azkia mengambil pulpen itu. Dan langsung pergi meninggalkan lelaki itu.

Lelaki itu berdiri dengan bingung tapi tidak terlalu memikirkannya. Ia langsung menekan tombol lift lagi.

***

Azkia menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya. Tubuhnya terasa lemas. Ia merasa tidak sanggup berdiri lagi. Ia selalu merasa gemetar jika bertemu dengan lelaki itu.

Masih belum banyak orang yang datang ke kantor. Azkia ingin istirahat sebentar. Bertemu dengan lelaki itu sama saja membawa mimpi buruk ke dalam hidupnya.

Tok Tok...

Azkia mendengar suara ketukan di mejanya. Azkia merasa lemas sekali, ia hanya mengerjap dan memastikan bayangan seseorang yang datang menghampirinya.

Tok tok...

Lagi. ia mengetuk meja membangunkan Azkia. Kali ini, Azkia membuka matanya dengan benar. Terlihat jelas siapa seseorang yang mengetuk mejanya. Lelaki itu. Lelaki yang selama ini membuatnya terus merasakan mimpi buruk. Lelaki di masa lalu yang membuat Azkia selalu merasa tidak berdaya karena kebencian dihati Azkia yang sangat mendalam. Nicolas.

"Kamu Azkia kan?" tanyanya sambil tersenyum. Azkia tidak menjawab apapun. Ia menatap lelaki itu dengan bingung tetapi tidak dipungkiri bahwa ketika melihat lelaki itu, Azkia merasa sedikit gemetar.

***

"Azkia! Bangun! Udah jam berapa ini?" Ibu teriak pada Azkia yang tidak bangun juga.

Azkia terkejut dan langsung bangun, merapikan rambutnya dan melihat jam yang ada di meja kecilnya.

"Jam berapa ini, Bu?"

"Ibu sudah bangunkan dari tadi kamu nggak bangun-bangun! Sudah setengah delapan nih!"

"Astaga, aku telat!" Azkia bergegas ke kamar mandi dan merapikan barang yang harus dibawa dengan tergesa-gesa.

Ia berpakaian dengan baju yang ada di gantung. Ia mengambil baju yang mana saja tanpa memilihnya. setelah mengenakan pakaiannya, ia menyisir dan merapikan riasan tipisnya.

Ia terhenti sesaat.

Itu cuma mimpi. Bukan kenyataan. Jangan takut, Azkia , batin Azkia dalam hati. Ia menguatkan dirinya sendiri walau ia tahu sewaktu-waktu, bisa saja ia bertemu dengan Nicolas lagi.

***

Azkia berjalan di lobby menuju lift. Langkah Azkia terhenti ketika ia melihat Nicolas di depan pintu lift. Azkia mematung. Ia merasakan keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Ia menunduk dan tidak berani melihat ke sekitar. Ia ingin menepi dulu, ke toilet lobby agar ia bisa sedikit menenangkan diri. Ia tidak sanggup melihat Nicolas.

Tetapi tiba-tiba.. BRUKK!

Azkia merasa malu sekali. Ia telah menabrak seseorang yang Azkia rasa tubuhnya sangatlah atletis.

"Maaf, saya..." Azkia melihat siapa yang ia tabrak. Tidak! Itu Pak Kevin!

"Are you okay?" tanya Kevin melihat raut wajah Azkia yang terlihat kebingungan.

"Iya, Pak. Saya baik-baik aja. Maaf ya, Pak."

"Sudah jam segini. Liftnya penuh. Kita naik lift barang saja." kata Kevin mengajak Azkia menuju lift barang. Tanpa berpikir panjang, Azkia mengikuti Kevin menuju lift barang. Untuk hari ini Azkia merasa berterima kasih pada bosnya yang super ganteng ini. Hari ini, ia selamat dari Nicolas.

Entah kenapa Azkia selalu merasa gelisah ketika ia bertemu dengan Nicolas. Mungkinkah sudah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu? Azkia bisa memikirkan itu nanti setelah jam kerjanya usai. Sekarang, ia hanya ingin konsentrasi dengan pekerjaannya dulu.

****

Tiara adalah kakak kelas Azkia yang juga merupakan teman sekelas Nicolas. Ia selalu menatap sinis ketika bertemu dengan Azkia di koridor sekolah maupun dikantin.

Ya. Tiara memang sudah lama menaruh hatinya pada Nicolas, tapi dengan mudahnya Azkia merebut hati Nicolas dalam waktu yang singkat.

Suatu hari, Tiara melihat Nicolas yang berjalan bersama dengan Azkia dengan tawa yang renyah. Cemburu? Tentu saja. Siapa yang suka melihat pujaan hatinya berjalan dengan wanita lain. Tapi apa yang bisa Tiara lakukan? Ia hanya bisa menatap dan semakin lama, rasa tidak sukanya pada Azkia semakin membesar.

Tiara sedang berkumpul bersama teman-temannya dan melihat Azkia yang akan melewati Tiara. Tiara yang memang sudah lama menaruh rasa kesal pada Azkia, melontarkan kata-kata yang kurang enak didengar.

"Kayaknya ada yany lagi seneng banget dideketin sama kakak kelas. Hidupnya aman ya sekarang udah ada back up kakak kelas?"

Azkia menghentikan langkahnya, merasa jika dirinya yang dibicarakan.

Teman-teman Tiara tidak berkata apapun, malah berbisik bertanya apa yang Tiara maksud.

Azkia melanjutkan kembali menelusuri koridor melewati Tiara dan teman-temannya.

"Kamu kenapa, Ti? Kamu kesal sama dia?" tanya salah satu temannya.

"Enggak. Cuma kesal aja setiap lihat dia lewat dan nggak ada sopan-sopannya." jawab Tiara menatap punggung Azkia yang masih belum menghilang dari koridor.

"Kirain karena dia dekat sama Nico jadi kamu kepanasan." ujar teman yang lain sambil tertawa.

"Jangan bilang kamu kalah saing sama dia, ya." kata yang lain menimpali.

Kalah? Tidak. Ini baru permulaan, ucap Tiara dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!