Pak Rangga ternyata sedang mengadakan lomba tarik tambang antar Sekolah SMA Bakti dan SMA Taruna sebelum acara penerimaan rapor.
Yuna keluar dengan sangat bahagia melihat para siswa dan siswinya menikmati lomba tersebut. Dari jarak jauh, Bian menatapnya.
Kini giliran para guru untuk mengikuti lomba tarik tambang anatar sekolah tersebut. Yuna pun maju. Dan pak Rangga tepat di belakang Yuna dan ibu Dewi di belakang pak Rangga. masing-masing sekitar lima guru mewakili dari masing-masing sekolah.
"Ayo, Tarik!" sorak Bian.
"Tumben, lo ikut berpartisipasi dalam hal seperti ini. Tidak salah, nih." ledek Dion pada Bian.
"Salahnya di mana?" jawab Bian kembali bersorak.
Namun, Tiba-tiba saja Yuna terjatuh hingga timnya pun terkalahkan.
"Bu Yuna!" teriak Rangga panik. perhatian Rangga pada Yuna membuat Bian terlihat tidak suka.
Begitu Rangga akan membantu Yuna untuk berdiri, Yuna pun Menolaknya yang membuat Bian tersenyum.
Bian juga tidak tahu. Seperti apa perasaannya pada Yuna.
***
Tiba saatnya penerimaan rapor. semua siswa tampak seru-seruan menyambutnya.
Dari tempat Yuna berdiri terdengar Suara Bian di panggil dengan nilai yang kurang memuaskan. Kali ini, nilai Bian sangat menurun dari peringkat Satu menjadi peringkat ke empat.
Yuna geleng kepala mendengar Hal tersebut. Hingga namanya di panggil tidak kedengaran. Acara terus berlanjut hingga tiba masanya untuk kembali ke rumah masing-masing.
Begitu Yuna akan naik bis, Yuna tidak sengaja melihat Bian bersama Alea. Di mana Alea memaksa untuk ikut dengan Bian.
"Aku ada urusan, Alea." tolak Bian.
"Urusan? semenjak kamu kembali setelah menghilang satu malam. sikapmu berubah padaku, Bian. Ada apa, sih?"
"Tanyakan pada dirimu. Apa yang kamu lakukan di belakangku."
"Aku tidak melakukan apa-apa, Bian."
"Kau tidak melakukan apa-apa? Atau sebaliknya?" ujar Bian mulai menyalakan mesin motor andalannya.
Melihat Bis Yuna berlalu, Bian segera menancap gas motornya tanpa menghiraukan Alea.
"Bian!" teriak Alea kesal.
***
Cukup lama Yuna menunggu kedatangan Bian di sekolahnya. Namun, Bian belum juga muncul. Rangga datang dan menyapanya.
"Bu Yuna belum pulang?" tanya Pak Rangga yang kini sudah berada dalam mobilnya.
"Belum, pak. Sedikit lagi. saya masih ada urusan," jawab Yuna yang masih duduk di atas motor metiknya.
Rangga turun kembali dari mobilnya dan menghampiri Yuna.
"Kenapa, pak. Apa ada yang tertinggal?" tanya Yuna heran.
"Bu Yuna, apa sebentar malam ada waktu?"
"Waktu? Untuk apa, ya, pak Rangga?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam. Itu pun jika Bu Yuna ada waktu."
"Maaf pak Rangga. Saya tidak bisa." jawab Yuna apa adanya.
Entah sudah berapa kali, Pak Rangga berusaha mendekati Yuna. Namun tetap saja gagal.
'Kenapa kamu begitu susah untuk di dekati, Yuna?' batin Rangga.
"Baiklah, Bu Yuna. Aku duluan." Rangga terlihat kecewa dan menghela napas panjang.
Selang beberapa waktu Bian datang dengan ransel di punggungnya. Tampak sekolah Yuna begitu sunyi.
Bian kaget Begitu Yuna mengeluarkan suaranya.
"Dari tadi aku menunggumu. Dari mana saja, sih?"
"Ya, Maaf, Mbak. Tadi aku ke kos Dion."
"Ke kos temanmu?"
"Iya. Semalam aku bermalam di sana. Aku kabur dari rumah." Bian melepaskan helmnya, lalu memperbaiki rambut lurusnya. Jika wanita lain sudah pasti tergoda dengan penampilan Bian sekarang. Memakai kaos putih di padukan dengan jaket kulit berwarna merah dengan rambut sedikit dibiarkan terurai.
Namun, berbeda dengan Yuna. Yuna sama sekali tidak tertarik hal itu. Melirik Bian pun hanya sekilas. Kemudian, Yuna meninggalkan Bian menuju ruang guru, karena ada sesuatu yang ketinggalan.
"Mbak, mau kemana?" tanya Bian yang turun dari motornya dan menyusul Yuna menuju ruang guru.
"Mau ambil sesuatu di kantor." jawab Yuna tanpa menoleh.
Bian ikut masuk di dalam ruang guru tampak sudah sunyi, karena semua sudah kembali ke rumah masing-masing setelah pulang dari kemping sebelumnya.
"Jangan pegang-pegang. Kalau jatuh bagaimana?" tegur Yuna di mana Bian memeriksa piala yang ada di atas lemari.
"Cuma pegang saja, Mbak. tidak ambil, kok." jawab Bian dan duduk di kursi kerja Yuna.
Sementara Yuna sedang mencari sesuatu.
"Wow! ternyata istriku termasuk guru profesional, ya," puji Bian melihat file berkas penting Yuna.
"Kenapa kamu acak-acak itu, Bian! simpan tidak."
"Mbak, kenapa kalau bicara dengan aku Judas banget. Giliran dengan Pak Rangga ramah sekali. Aku ini suami kamu, Mbak." kata Bian lagi.
Tangan Yuna berhenti membuka sebuah map dan menoleh ke arah Bian.
"Istri? Jangan sebut itu."
Bian berdiri dari tempatnya. Yang membuat Yuna mulai berhati-hati.
"Berani mendekat satu langkah. Aku pastikan benda pusakamu tidak akan berfungsi."
Sekejap, Bian tertawa dan berkata. "Mbak, kalau benda pusakaku ini tidak berfungsi. kamu yang rugi."
"Mengapa aku harus yang rugi. Aku tidak akan pernah rugi."
Bian pun berbisik yang membuat Yuna terlihat semakin merotasikan matanya. Bian semakin tertawa dengan mimik wajah Yuna.
"kerjakan soal itu besok!" Yuna menempelkan kertas ujian di dahi Bian.
"Ayo pulang!" Yuna keluar dari ruangan tersebut.
"Mbak, hanya mecari kertas ujian setebal ini kita di sini?" Bian heran.
"Iya. Itu soal yang harus kamu kerjakan. Besok," jawab Yuna melangkah keluar dari ruangan tersebut. Di tangannya juga terlihat buku matematika cukup tebal.
Bian bisa pastikan itu buku matematika latihan soal-soal lengkap dengan pembahasannya.
"Aku tidak mau! Aku ingin libur," tolak Bian.
"Tidak ada libur!" Timpal Yuna dan menutup pintu kantor, lalu kembali menguncinya.
"Mbak, aku ini suamimu."
"Kalau kamu suamiku, kenapa? Siapa suruh kau mau menikahiku. Jadi, kau harus mau mengikuti aturanku."
Bian menarik napas. Mereka pun menuju parkiran.
"Aku naik motor sendiri. Kau boleh mengikuti dari belakang." jelas Yuna.
Sepanjang perjalanan Bian terus mengikuti Yuna dari belakang. Ada rasa damai dalam diri Bian setelah mengenal Yuna. Bian semakin penasaran dengan sikap Yuna.
***
"Kak Yuna!" teriak Anto melihat Yuna memasuki pekarangan rumahnya.
Anto cukup kagum melihat motor Besar yang dikendarai Bian.
"Wow, Keren!" puji Anto setelah Bian ikut memarkirkan motonya disamping motor Yuna.
Anto penasaran seperti bagaimana wajah kakak iparnya yang Anto dengar Bian masih muda. Begitu Bian membuka helmnya, Anto memuji Bian dalam hati.
"Kenapa kamu bercermin seperti itu? jerawatan?" tanya Yuna heran pada sikap Anto setelah meletakkan helmnya di atas motor.
"Kak, suami muda kakak keren juga." bisik Anto.
"Anto?!" teriak Yuna sedetik kemudian.
Anto pun segera menjauh dan berkata. "Kak Bain, jika kak Yuna modelnya seperti itu, kak Bian harus hati-hati. Dia akan menerkam dan mengoyakmu." Anto tertawa.
Bian hanya tersenyum dan melirik Yuna. Mata keduanya bertemu. Ibu Lusia datang.
"Nak Bian, ayo masuk. Kalian pasti sudah lelah." sambut Ibu lusia.
Bian semakin merasakan kekeluargaan di dalam rumah tersebut. Anto mengikuti Bian dari belakang.
"Nak Bian, ini Anto. Adik Yuna."
"Kita teman. Tenang saja, kak. Jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan boleh. Saya siap membantu. tapi, tidak gratis, ya." canda Anto. "Cukup bawa aku dengan menggunakan motor kak Bian."
Bian tersenyum mendengar kejujuran Anto.
"Baiklah. Tidak jadi masalah." jawab Bian.
"Nak, Bian. Maaf ya. Seperti inilah keadaan rumah kami."
"Tidak apa, Bu." jawab Bian.
"Bu, aku istirahat, ya." pamit Yuna. Namun, Yuna berhenti ketika Suara Ibu Lusia meminta Bian masuk kamar Yuna untuk beristirahat.
"Apa? Dia ke kamar aku. Tidak. Ada kamar tamu di sana. Dia tidur di sana."
"Yuna?" tegur Ibu Yuna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
ciru
cakeep. makin menarik ceritanya
2023-07-10
0
Roewina
ngantuk ya Thor? tulisannya banyak yg salah😄😄🙏
2023-03-21
2
nuraeinieni
awal tdk mau yuna,,,,,,,nanti kalau sdh di peluk bian luluh jg,,,,😂😂😂
2022-12-29
1