Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 menit, waktu makan siang sebentar lagi telah tiba. Dering nada khusus pada ponsel milik Devina berbunyi. Menandakan sang suami menghubunginya. Devina segera mengalihkan pandangan matanya pada ponsel tersebut dan mengangkatnya. Sebuah panggilan video dari sang suami. Menggeser ke atas tombol warna hijau dan meletakkannya di atas meja yang masih dalam genggaman tangan kanannya.
"Halo, mas." Sapa Devina pada suaminya dengan senyuman indahnya.
"Sudah selesai pekerjaannya, sayang?" Tanya Danar pada sang istri dibalas dengan senyuman pula.
"Untuk sebagian sudah, mas. Tinggal mengecek ulang beberapa dokumen yang sudah direvisi saja." Balas Devina sambil menopangkan tangan kirinya menyangga dagunya.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan segera menjemputmu, sayang. Aku sudah menyiapkan makan siang yang spesial untuk istriku yang cantik ini." Ucap Danar yang terus menatap intens sang istri.
Tak jemu. Dua kata yang menggambarkan perasaan Danar ketika melihat wajah sang istri dari dekat. Walau hanya lewat ponsel sekalipun. Sedangkan yang ditatap, seketika merona pipinya sambil menggigit bibir bawahnya tanpa Devina sadari karena menahan malu dipandang seperti itu oleh sang suami.
"Kamu menggodaku, sayang?" Lanjut Danar menimpali sebelum sang istri menjawab ucapannya.
"Menggoda? Menggoda bagaimana, mas? Aku tidak menggodamu. Memang apa yang kulakukan, mas?" Tanya Devina menyatukan kedua alisnya karena heran dengan perkataan suaminya.
"Kamu benar-benar tidak tahu, sayang? Kamu melakukan ini. Aku jadi ingin mengurungmu, sayang." Ucap Danar sembari menunjukkan yang dilakukan Devina tadi saat menggigit bibir bawahnya.
Blush, merona lagi pipi Devina.
"Mas!! Jangan mulai lagi, deh! Aku jadi tambah malu." Balas Devina yang semakin malu karena Danar.
"Kamu sungguh menggemaskan, sayang." Danar menimpali yang justru semakin membuat pipi Devina merah merona seperti tomat.
Devina tak mampu berkata untuk membalas ucapan sang suami.
"Ya, sudah. Kamu siap-siap ya, sayang. Aku segera ke sana. I love you." Ucap Danar mengakhiri pembicaraannya dengan sang istri.
"Iya, mas. I love you too." Balas Devina
Keluar dari lift di lobi perusahaan, Devina berjalan menuju teras gedung bertepatan dengan Danar yang sudah tiba di depan gedung menunggu sang istri di samping pintu kemudi. Setelah saling menyapa dan berpelukan, Danar segera menuntun sang istri ke kursi penumpang di samping kemudi. Membukakan pintu mobil dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri Danar berada di atas kepala Devina untuk melindungi kepala sang istri agar tidak membentur pintu mobil. Perhatian kecil, namun selalu Danar lakukan untuk Devina.
Setelah memastikan Devina duduk dengan nyaman dan menutup pintu mobil, Danar pun segera masuk ke kursi kemudi. Tidak lupa memasang sabuk pengaman demi keselamatan dan peraturan lalu lintas. Menyalakan mesin mobil menuju ke tempat makan siang yang sudah direservasi sebelumnya.
Jalanan cukup bersahabat dan tidak terjebak macet. Setelah 10 menit perjalanan, mereka telah tiba di sebuah restoran mewah yang sudah dua kali mereka kunjungi bersama setelah LDR. Pertama, saat mereka bertemu untuk melakukan makan malam bersama setelah berpisah. Kedua, saat mereka merayakan hari jadi hubungan mereka yang kelima, sekaligus Danar melamar Devina secara pribadi.
Devina merasa heran saja, hanya untuk makan siang harus dilakukan di restoran tersebut. Pasalnya tadi pagi Danar mengatakan akan makan siang di tempat makan biasa. Jadi tidak ada hari spesial untuk hari ini. Devina memang tidak begitu suka makan di restoran mahal. Baginya yang terpenting makanan itu enak, higienis, dan tempatnya nyaman. Jangan lupakan harga juga termasuk alasan Devina. Menurutnya untuk sekadar makan kenapa harus yang mahal, jika ada makanan yang murah dan enak. Bukannya pelit, kesederhanaan itulah Devina Maharani. Tapi Devina tetap menuruti ajakan sang suami. Pikirnya sesekali tidak apalah.
Setelah keduanya turun dari mobil, kemudian berjalan menuju restoran yang sudah disambut oleh seorang waiter dan mengantarkan mereka ke tempat makan yang sudah dipesan.
Tiba di atas, seketika Devina takjub dengan dekorasi yang ditata indah menyerupai candle light dinner. Tangan kirinya membengkap mulutnya, karena takjub sekaligus terharu dengan mata berbinar mendapat kejutan dari sang suami. Sedangkan tangan kanannya masih digenggam sang suami dari awal masuk restoran sampai lantai atas. Keharuan Devina ditambah dengan adanya tulisan besar "Selamat Makan Siang Istriku" didekat panggung musik di ruangan tersebut.
Devina memperhatikan ruangan tersebut, sebab tidak ada pengunjung lainnya, hanya ada tiga waiters yang sedang menunggu untuk melayani mereka. Apalagi hanya ada satu meja bundar dan dua kursi saja.
'Kenapa aku merasa ini seperti makan malam romantis waktu itu? Apakah hari ini adalah hari yang spesial? Atau perayaan apa?' batin Devina dipenuhi pertanyaan dalam benaknya.
"Hari ini memang aku pesan khusus hanya untuk kita, sayang. Seperti saat pertama kali kita dinner setelah LDR. Seperti saat kita merayakan hari jadi kita, kemudian aku melamarmu. Ini semua kulakukan karena aku juga tidak mau ada yang mengganggu makan siang kita yang spesial ini." ucap Danar seakan tahu isi pemikiran sang istri sambil menatap wajah Devina yang terlihat bingung mencerna pernyataan Danar.
'Kamu tetap menggemaskan, sayang.' batin Danar memperhatikan wajah Devina.
Cup
Danar mengangkat tangan Devina yang masih digenggamnya dan mengecupnya. Hal itu membuat Devina berdebar dan merona. Lagi-lagi Danar membuat sang istri merona karena perlakuannya yang manis kepada Devina.
"Kamu tahu, sayang? Kenapa hari ini merupakan makan siang yang spesial? Dan harus dilakukan di restoran ini?" Tanya Danar yang terus menatap wajah sang istri yang tengah merona.
Devina hanya mampu menjawab pertanyaan Danar dengan gelengan kepala beberapa kali, menampakkan wajah polosnya. Membuat wajah Devina semakin imut dan menggemaskan.
"Karena hari ini, untuk pertama kalinya, kita makan siang di luar setelah menjadi suami istri, sayang. Dan itu, merupakan hal yang spesial bagiku, sayang. Bahkan, aku ingin setiap harinya adalah hari spesial bagi kita berdua. Dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya, bagaimanapun keadaannya, adalah yang spesial bagi kita, sayang. Kamu adalah hal paling spesial yang hadir dalam hidupku. Kamu adalah tujuan hidupku. Hanya kamu, sayang. Devina Maharani Adijaya." Jawab Danar dengan serius setiap perkataannya. Matanya menyiratkan cinta yang begitu besar untuk sang istri. Devina pun bisa merasakan itu.
"Kamu bahkan lebih mengenal diriku lebih dari siapapun, sayang. Meski waktu pernah memisahkan jarak kita berdua. Tapi nyatanya cinta kita tetap bersemi dan makin bersemi hingga sekarang. Bahkan nanti sampai akhir hayat kita, sayang. Di sini, hanya ada kamu seorang. Belahan jiwaku. Wanita pertama dan satu-satunya yang membuat aku, Danar Adijaya mengenal dan merasakan cinta. Bahkan aku selalu jatuh cinta padamu, sayang. Berjanjilah untuk selalu setia dan mencintaiku, sayang. Jangan pernah pergi meninggalkanku. Walau apapun yang terjadi." Lanjut Danar serius dengan pernyataan kasih cintanya kepada sang istri, Devina. Membuat Devina semakin terharu dan sulit berkata untuk membalas ucapan Danar.
"Berjanjilah, sayang." Lanjut Danar meminta sang istri untuk berjanji dengan yakin.
"Iya, mas. Aku berjanji. Aku berjanji akan selalu setia dan mencintaimu. Aku tidak akan pernah pergi meninggalkanmu. Apapun yang terjadi. Karena aku sangat mencintaimu, mas. Danar Adijaya." Jawab Devina dengan terus mengangguk kecil dan menahan air mata bahagia yang hendak keluar di pelupuk mata.
"Terima kasih, sayang. Aku juga sangat mencintaimu." Ucap Danar menimpali perkataan sang istri. Dilanjut memeluk Devina dengan erat dan sesekali mengecup kepala istrinya.
Mereka saling berpelukan untuk meluapkan rasa cinta yang begitu besar. Mereka tidak tahu, bahwa janji cinta mereka harus dilanggar karena sebuah rahasia yang tak mereka ketahui.
"Tapi, mas. Kenapa dari awal kamu tidak memberitahuku kalau kita akan makan siang di sini? Lihat penampilanku, mas! Aku hanya mengenakan pakaian kantor." protes Devina sambil mengerucutkan bibirnya karena merasa penampilannya tidak pas saat makan siang spesial seperti ini.
"Kamu tetap cantik, sayang. Apapun yang kamu kenakan, tetap cantik ditubuhmu." balas Danar menanggapi ucapan Devina sambil memperhatikan sang istri dari bawah sampai ke atas.
"Ayo, sayang." ajak Danar sambil merangkul pinggang sang istri menuju tempat makan mereka.
Mereka pun menikmati makan siang spesial dan romantis ini. Bagi Devina, Danar merupakan pria yang romantis. Meski tak banyak bicara, tapi perlakuannya begitu manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments