Cahaya matahari yang sedikit tersingkap dari gorden jendela kamar hotel itu, membangunkan sepasang mata cantik milik Devina dari tidurnya. Meraba jam yang ada di nakas yang sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi. Devina terkejut karena sudah cukup siang untuk bangun dari tidur. Melihat sekeliling yang berbeda dari kamarnya, karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih.
Merasa ada yang berat di perutnya, sebuah telapak tangan besar. Kemudian ia menoleh dan terkejut mendapati di sebelah ranjangnya laki-laki tampan yang dicintai masih terpejam. Devina baru tersadar bahwa ia sudah menikah dengan Danar. Laki-laki yang begitu ia cintai.
Devina tersenyum simpul mengingat semalam adalah malam pertama mereka. Malam pertama? Ah, membuat Devina malu mengingat semalam mereka meluapkan cinta mereka dengan menggebu. Entah berapa lama mereka menghabiskan malam yang indah itu.
"Kamu terpesona sayang?" Danar masih terpejam dan merengkuh tubuh sang istri, saat Devina memandang wajah sang suami dengan penuh cinta.
Tampan. Itu kesan Devina saat melihat Danar masih tertidur. Alis tebal hampir menyatu, hidung mancung, bibir bawah yang agak tebal, dan rahang yang tegas. Jangan lupakan jambang tipisnya. Menambah kesan macho dan seksi.
"Hah,,, ehmm suamiku memang sangat tampan." dengan gugup Devina menjawab sambil terus memperhatikan wajah suaminya. Danar bahagia mendengar kata suamiku untuk pertama kalinya dari bibir sang istri.
"Kamu juga sangat cantik istriku, kamu adalah satu-satunya wanita tercantik yang aku temui dan juga seksi". Ucap Danar setelah membuka matanya menatap sang istri dan membuat sang istri merona kembali.
"Ah, kau membuatku malu sayang. Kau tahu sayang, aku sangat bahagia menjadi istrimu. Aku sangat mencintaimu." Sambil mendaratkan kecupan sekilas di bibir sang suami.
"Aku juga sangat bahagia bisa menikah denganmu. Aku juga sangat mencintaimu. Aku adalah pria paling beruntung bisa menjadi suamimu. Aku suka saat kau memanggilku suamiku. Itu terdengar indah." Ujar Danar memandang wajah sang istri yang sangat cantik dengan muka bantalnya, yang menambah kesan seksi di wajahnya.
Dipandangi sang suami setelah bangun tidur seperti ini, membuat Devina malu dan salah tingkah. Apalagi Devina tahu bahwa mereka berdua tidak memakai apapun di tubuhnya, hanya selembar selimut menutupi keduanya. Dia tidak ingin hal semalam terjadi lagi. Bukan karena tidak mau. Tapi karena seluruh badannya begitu lelah dan pegal akibat ulah suaminya semalam.
*
Singkat waktu, setelah dua malam mereka menghabiskan malam indahnya di hotel itu. Kini mereka tengah bersiap-siap untuk pulang menuju kediaman mereka. Rumah yang telah disiapkan Danar untuk sang istri tercinta. Hanya satu minggu Danar dan Devina mengambil cuti setelah pernikahan mereka. Meski Danar adalah CEO di perusahaannya sendiri, tapi ia tak ingin menjadi contoh yang buruk bagi para karyawannya. Begitu juga dengan Devina yang tak ingin lama-lama mengambil cuti kerjanya. Danar masih membebaskan Devina bekerja, asalkan Devina bisa membagi waktunya untuk suami dan rumah tanpa kelelahan.
Hampir satu jam perjalanan dari hotel menuju kawasan salah satu perumahan elit di Jakarta Selatan, akibat macet di jam pulang kantor. Memasuki gerbang tinggi yang sudah dibuka oleh satpam rumah itu, mobil Danar mendarat di depan halaman rumah yang mewah. Rumah dua lantai bernuansa putih yang merupakan rumah impian sang istri.
Pilar-pilar tinggi yang berada di depan rumah sebagai penyangga teras menunjukkan betapa kokohnya rumah tersebut. Di halaman depan terdapat taman yang ditumbuhi berbagai bunga kesukaan yang sedang mekar mempercantik taman tersebut. Serta lampu taman diletakkan di beberapa tempat yang tepat sebagai penerangan di malam hari.
"Ini rumah yang waktu itu kau tunjukkan padaku sayang?" Ucap Devina dengan mata berbinar dan terharu menatap rumah yang berada di depannya.
"Ya, ini rumah impianmu sayang." Ucap Danar sambil memeluk sang istri dari belakang.
"Rumah di mana kita akan memulai kehidupan kita dari awal. Rumah yang akan diisi oleh tawa candamu. Rumah yang akan dipenuhi kebahagiaanmu bersama anak-anak kita. Dan tempat tujuan utama aku pulang dari rasa lelahku." Lanjut Danar semakin mengeratkan pelukannya.
"Terima kasih mas. Terima kasih karenamu aku selalu bahagia. Dan akan selalu bahagia. " balas Devina dengan terharu.
"Mas?" Danar mengernyitkan dahi
"Kamu tidak suka, aku panggil mas, sayang?" Ucap Devina dengan heran karena panggilan mas pada suaminya, memiringkan kepalanya ke belakang melirik sang suami.
"Tidak, justru aku suka. Panggilan pertama kali terdengar dari bibir manismu sayang. Aku menyukainya." Balas Danar sambil tersenyum kemudian mencium pipi kanan sang istri.
Senyuman yang hanya diberikan untuk sang istri. Bahkan kepada orang tuanya saja, Danar terkesan dingin dan cuek. Hanya senyum tipis yang sering diperlihatkan kepada orang tuanya. Itulah Danar, bisa tersenyum manis dan menampakkan lesung pipi sebelah kanannya untuk Devina seorang. Wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta.
"Aku semakin mencintaimu. Selamat datang di rumah baru kita sayang." Lanjut Danar sambil menuntun sang istri masuk ke dalam rumah, yang sebelumnya sudah dibuka oleh asisten rumah tangganya.
"Wow, ini benar-benar menakjubkan mas. Desain interiornya benar-benar sesuai impianku." Devina dengan takjub memandang sekeliling ruangan rumah itu. Kebahagiaan terus terpancar di wajah cantik. Senyum yang selalu membuat Danar selalu jatuh cinta. Semua yang ada pada Devina. Sungguh Danar menyukai semuanya.
Benar pepatah mengatakan, bila jodoh akan mirip. Awalnya Danar menyangkal itu, tapi setelah memperhatikan wajah bahagia sang istri saat ini, dia membenarkan pepatah tersebut. Danar yang selalu realistis, kini percaya dengan pepatah yang hanya katanya.
"Mas, kau sungguh keren. Aku semakin mencintaimu." berjalan menghampiri sang suami dan memeluknya.
"Kau bahagia sayang?" ucap Danar
Devina perlahan merenggangkan pelukannya dan menatap Danar agak mendongakkan kepalanya. Karena tinggi Danar melebihi dirinya. Danar dengan tinggi 180cm, sedangkan Devina 165cm.
"Tidak, aku tidak bahagia mas." Devina menjawab dengan ekspresi agak cemberut.
"Kenapa kau tidak bahagia, sayang? Apa yang membuatmu tidak suka, sayang? Bagian mana yang tidak kamu suka, sayang? dengan cepat Danar memberondong pertanyaan kepada sang istri. Dan itu membuat Devina menahan tawa dengan mengulum bibirnya ke dalam, tanpa sepengetahuan Danar.
"Mas, aku memang tidak bahagia. Tapi..." Devina sengaja menggantungkan perkataannya yang membuat Danar semakin penasaran.
"Tapi... tapi aku sangaaatt bahagiaa mas" ucap Devina menggoda Danar sembari berlari menuju tangga atas.
Membuat Danar menyadari bahwa sang istri mengerjainya dengan perkataan tersebut.
"Kamu sangat nakal, sayang?" Danar menimpali mengikuti sang istri ke atas.
Terdengar tawa bahagia dari keduanya. Awal rumah tangga yang indah. Apakah akan selalu indah? Karena sejatinya kehidupan rumah tangga mereka baru saja dimulai. Di rumah inilah, kebahagiaan yang diharapkan keduanya. Namun tiada yang tahu, bahwa di sini jualah awal baru dimulai. Awal yang bahagia hanya sesaat, lalu berganti air mata kesedihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments